NovelToon NovelToon
Blind Girl And Cold Mafia

Blind Girl And Cold Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Roman-Angst Mafia
Popularitas:19.5k
Nilai: 5
Nama Author: La-Rayya

Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya dan membuatnya buta karena melindungi adiknya, pernikahan Intan dibatalkan, dan tunangannya memutuskan untuk menikahi Hilda, adik perempuannya. Putus asa dan tak tahu harus berbuat apa, dia mencoba bunuh diri, tapi diselamatkan oleh ayahnya.

Hilda yang ingin menyingkirkan Intan, bercerita kepada ayahnya tentang seorang lelaki misterius yang mencari calon istri dan lelaki itu akan memberi bayaran yang sangat tinggi kepada siapa saja yang bersedia. Ayah Hilda tentu saja mau agar bisa mendapat kekayaan yang akan membantu meningkatkan perusahaannya dan memaksa Intan untuk menikah tanpa mengetahui seperti apa rupa calon suaminya itu.

Sean sedang mencari seorang istri untuk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia. Saat dia tahu Intan buta, dia sangat marah dan ingin membatalkan pernikahan. Tapi Intan bersikeras dan mengatakan akan melakukan apapun asal Sean mau menikahinya dan membalaskan dendamnya pada orang yang sudah menyakiti

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pil Kontrasepsi

Sean keluar kamar sambil membawa nampan, dan saat kembali, Intan sudah mulai mengisi bak mandi dan sedang membuka pakaiannya.

"Benar-benar pemandangan terindah di dunia." Ucap Sean.

Intan tersenyum dan mengulurkan tangan ke arah suaranya.

Sean mendekat dan menciumnya. Mereka melepas pakaian dan berendam bersama, lalu bercinta. Setelah itu, Sean mengajak Intan menonton film dan menceritakan setiap adegannya kepadanya. Dalam adegan di mana sang tokoh utama mengungkapkan kepada kekasihnya bahwa dia hamil, Intan menangis, dan Sean merasa terharu karena hal-hal sederhana pun dapat menyentuhnya.

"Ratuku, jika waktunya tepat, kita akan memiliki keluarga seperti mereka. Mungkin tidak sekarang karena aku punya banyak urusan, tapi secepat mungkin, dan aku akan menikahi mu lagi. Dan kali ini dengan perayaan besar, semua orang akan tahu bahwa kau milikku." Ucap Sean.

Intan mengangguk sambil tersenyum saat mereka selesai menonton film. Kemudian, mereka makan malam bersama dan pergi tidur.

Minggu demi minggu berlalu, Sean menepati janjinya untuk tidak mengecewakan Intan seperti yang dia lakukan saat makan siang ketika harus bergegas ke rumah sakit untuk menjenguk Vina.

Disisi lain, Vina beberapa kali mencoba meminta penjaga untuk menelepon Sean, mengatakan dia sedang sakit, tapi tidak berhasil karena Sean telah menyewa dokter untuk memastikan kesehatan bayinya. Saat Vina berhasil membujuk penjaga untuk menelepon Sean, Sean meminta penjaga untuk mengaktifkan speaker.

"Kalau aku dapat satu telepon lagi soal Vina yang sedang sakit, ini yang akan aku lakukan. Dokter yang tidak bisa mengurus pasiennya secara efektif, yang membuat pasiennya sakit terus-menerus, dia tidak seharusnya praktik sebagai dokter dan itu berarti dia adalah orang-orang yang tidak berguna dan tak pantas hidup. Dan kau Vina, kalau kau tidak bisa sembuh bahkan di rumahku yang nyaman, kau harus kembali ke kamar sempit di rumah lamamu. Kau ngerti?" Ucap Sean penuh ancaman.

"Aku ingin bertemu denganmu, Sean. Kau meninggalkanku sendirian di rumah ini, dan kau tidak pernah datang menjengukku dan bayi kita lagi." Ucap Vina.

"Aku akan menemui mu dalam tiga hari saat aku membawamu ke dokter untuk tes DNA." Balas Sean.

"Saat kau tahu dia benar-benar anakmu, kau akan merasa tidak enak karena memperlakukanku seperti ini, karena bersikap kejam terhadap ibu dari anakmu." Ucap Vina.

Sean langsung menutup telepon, mengabaikan kata-kata Vina sepenuhnya.

Di rumah, Intan yang telah membeli pil kontrasepsi tengah memegang pil itu di kamar mandi, mengumpulkan keberanian untuk meminumnya. Menstruasinya sudah terlambat seminggu. Terkejut, dia tersentak ketika Bi Lila mengetuk pintu kamarnya.

"Non Intan? Makan siang sudah siap, ayo turun untuk makan." Ucap Bi Lila.

"Aku akan ke sana sebentar lagi, Bi Lila." Balas Intan.

Akhirnya Intan minum pil itu, menelannya hingga kering. Menyimpan botolnya di lemari, dan pergi ke dapur untuk makan siang. Namun, minum pil dengan cara seperti itu bukanlah ide yang baik. Dia batuk dan berdeham karena tenggorokannya terasa tersumbat. Ketika dia mencoba makan, dia mulai batuk dan akhirnya muntah karena tersedak yang hebat.

"Apakah Non Intan baik-baik saja?" Tanya Bi Lila.

"Maaf, Bi Lila. Sungguh. Aku akan membereskan semuanya, ambilkan saja ember pel dan kain." Ucap Intan.

"Non Intan, apa Non Intan benar-benar berpikir saya khawatir dengan kekacauan ini? Apa yang Non Intan rasakan?" Tanya Bi Lila.

"Tidak apa-apa, aku hanya terlalu banyak batuk." Jawab Intan.

"Sepertinya lebih dari itu. Saya akan menelepon Pak Sean." Ucap Bi Lila.

"Tidak! Sudah kubilang aku baik-baik saja, dan memang begitu. Itu cuma batuk-batuk." Ucap Intan.

"Begini, Non, maafkan saya, tapi saya akan menelepon Pak Sean. Dia akan tahu apakah Anda perlu ke dokter atau tidak." Ucap Bi Lila.

"AKU BILANG TIDAK, BI LILA!!" Teriak Intan.

Pada saat itu, Bi Lila terkejut karena Intan tidak pernah meninggikan suaranya sebelumnya.

"Kalau begitu, beri saya alasan yang bagus, Non, karena kalau tidak, saya akan menelepon, meskipun itu membuat Anda kesal. Kesehatan dan kebaikan Anda adalah prioritas saya." Ucap Bi Lila.

Intan menyentuh wajahnya dan menarik napas dalam-dalam.

"Maaf ya, aku teriak-teriak. Aku cuma minum pil kontrasepsi tadi di kamar mandi, dan aku menelannya tanpa air. Kurasa pil itu membuat tenggorokanku iritasi, dan itu yang membuatku batuk-batuk." Ucap Intan.

"Apa Non Intan tidak mau punya bayi? Itukah sebabnya Non Intan tidak mau saya memanggil Pak Sean?" Tanya Bi Lila.

"Bukan itu," Intan memulai, mengingat percakapan mereka minggu lalu. "Dia bilang kami akan punya keluarga seutuhnya, tapi belum sekarang. Ada banyak hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu." Ujar Intan.

"Saya mengerti," kata Bi Lika sambil berpikir, "tapi kenapa harus minum pil di kamar mandi sana, tanpa air? Bila saja pada saya, dan saya akan memastikan Non Intan meminumnya setiap pagi, dengan cara yang benar." Balas Bi Lila.

Intan mengakui, "Rasanya aku hanya takut. Aku terlambat datang bulan sudah sembilan hari ini, dan jauh di lubuk hatiku, aku merasa bersalah. Itulah kenapa aku sampai batuk-batuk." Ujar Intan.

"Tunggu, datang bulan Non Intan sudah terlambat dan Non Intan masih mau minum obat?" Tanya Bi Lila bingung.

"Ya," desah Intan, "Sean tidak menginginkan anak saat ini, dan bukan hakku untuk memutuskan hal ini untuknya." Ucap Intan.

"Tapi kalau Non Intan hamil, apa Non Intan akan mengakhiri hidup bayi itu begitu saja? Itu tindakan yang salah." Ucap Bi Lila.

Intan mulai menangis mendengar kata-kata Bi Lila. Dia tak akan pernah menyakiti makhluk hidup. Satu-satunya ketakutannya adalah kehamilan yang tidak direncanakan, membuat Sean marah, dan kemungkinan dia akan dipenjara untuk menggantikan Sean dan malah berakhir dengan melahirkan di penjara.

"Tenangkan diri Anda Non," bisik Bi Lila.

Setelah membantu Intan ke kamar mandi, Bi Lila mulai membereskan kekacauan di ruang makan. Dia menelepon apotek untuk memesan tes kehamilan hanya untuk memastikan kecurigaannya. Dia memesan empat merek berbeda. Setelah ruang makan bersih dan kiriman dari apotek diterima, Bi Lila membawanya kepada Intan.

Tok tok.

"Non Intan? Bolehkah saya masuk?" Tanya Bi Lila lembut.

"Tentu saja, Bi Lila," jawab Intan.

"Saya punya ini untuk Anda." Kata Bi Lila sambil mengulurkan barang itu.

"Apa ini?" Tanya Intan.

"Itu hanya untuk memastikan," ucap Bi Lila meyakinkannya.

"Aku tidak mengerti," ucap Intan.

Kebingungan di wajah Intan tampak jelas.

"Itu tes kehamilan yang bisa dilakukan di rumah. Saya memesan empat merek berbeda untuk memastikan," jelas Bi Lila.

Intan ragu-ragu, memegang kantong kertas kecil itu dengan hati-hati.

"Aku tidak bisa melakukan tesnya, Bi Lila," kata Intan.

"Kenapa tidak?" Tanya Bi Lila.

"Karena aku minum obat itu," aku Intan. "Kalau hasilnya positif dan aku keguguran, aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri." Lanjut Intan.

"Tapi Non, Anda memuntahkan obatnya, dan lebih baik mencari tahu dan menemui dokter yang bisa membantu, daripada hidup dalam ketidakpastian ini," tegas Bi Lila.

"Aku tidak bisa." Balas Intan.

"Ayolah Non, saya rasa Anda perlu menjernihkan keraguan Anda. Lebih baik singkirkan saja keraguan itu dari pikiran Anda. Saya akan meninggalkan Anda sendiri, tapi kalau Anda butuh bantuan, panggil saja saya." Ucap Bi Lila.

Bi Lila lalu pergi, meninggalkan Intan sendirian.

Bersambung...

1
Anita Rahayu
HARGA YG PANTAS BAGI PSIKOPAT 😎😎😎😎😎😎😎
Rara Ardani
hilda jangan sampai di bunuh, tapi disiksa dan beri racun jangka panjang yang efeknya bikin sakit sekujur tubuh
Rara Ardani
dan aq berharap anak vina mati saja,sudah cukup intan punya anak kembarnya, kalau aq tidak sudi mengurus anak orang, baik ya baik tapi jangan tolol
Rara Ardani
ceritanya bagus, aq berharap intan disini walau baik, harus jadi orang yang tegas dan tidak menyek2,ambil pengalaman masa lalu dan untuk sean benar2 bucin sama intan,siapa yang berbuat jahat sama keluarganya dihabisi
Rahmat
moga aja intan bisa melihat kembali jangan katakan kalau keluarga intan bohong tentang intan tdk bisa melihat lg qu tggu sean ngamuk bombay hahaha klau tau itu akal"meetuax
Rahmat
mantap sean siksa tuh si hilda dasar keluarga gila
Rahmat
Hahaha kena jebakan maut pk julian walau pun intan tdk bisa melihat tapi dia jenius
Rahmat
sean mulai biasa keberadaan intan
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
akhirnya jangan sia sia kan intan y se dpet donor secepatnya
kalea rizuky
bapak laknat
kalea rizuky
awas bucin lo se/Curse//Curse/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!