NovelToon NovelToon
Antasena Pendekar Tanpa Tanding

Antasena Pendekar Tanpa Tanding

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Spiritual / Perperangan / Ilmu Kanuragan / Kultivasi Modern / Penyelamat
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: kelana syair( BE)

Pengembaraan seorang pendekar muda yang mencari para pembunuh kedua orang tuanya.Ia berkelana dari satu tempat ketempat lain.Dalam perjalanannya itu ia menemui berbagai masalah hingga membuat dirinya menjadi sasaran pembunuhan dari suatu perguruan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menemukan teman

Tidak jauh di belakang Antasena ada dua orang yang laki-laki berjalan searah dengannya.

Mereka berdua adalah Baradenta dan Suryadenta dua orang kakak beradik ,merupakan murid utama dari Perguruan Kemuning yang juga mengikuti sayembara.

Baradenta dan Suryadenta mendapatkan tugas dari Jumantara untuk ikut membasmi Brajadara sekaligus untuk menunjukkan kepada kerajaan Paku Putih kalau Perguruannya juga ikut mengabdi pada kerajaan.

"Kalau kita berhasil membawa kepala Brajadara tentu kita akan terkenal kakang" ujar Suryadenta.

Baradenta mengangguk setuju. "Benar, Suryadenta". Nama Perguruan Kemuning akan harum di seluruh penjuru negeri. Kita akan dielu-elukan sebagai pahlawan, dan para pemuda akan berbondong-bondong ingin berguru di perguruan kita."

"Bayangkan, Suryadenta," lanjut Baradenta dengan mata berbinar, "Kita akan menjadi murid kebanggaan Guru Jumantara. Beliau pasti akan sangat bangga pada kita."

Suryadenta tersenyum lebar. Ia sudah membayangkan dirinya berdiri di depan gerbang Perguruan Kemuning, disambut dengan sorak-sorai dan tepuk tangan meriah. Ia akan menjadi pendekar ternama, disegani kawan dan ditakuti lawan.

Namun, sejenak kemudian wajah Suryadenta berubah muram. "Tapi, Kakang," katanya dengan nada lirih, "Apakah kita akan berhasil? Brajadara bukanlah lawan yang mudah. Ia memiliki banyak ilmu kesaktian yang sangat mematikan."

Baradenta menepuk bahu adiknya, berusaha menenangkan. "Tenang saja, Suryadenta. Kita tidak boleh gentar sebelum bertanding. Kita telah digembleng dengan ilmu kanuragan terbaik dari Perguruan Kemuning. Kita pasti bisa mengalahkan Brajadara."

"Lagipula," tambah Baradenta, "Kita tidak sendirian. Banyak pendekar sakti dari berbagai penjuru negeri yang juga ikut dalam sayembara ini. Mereka pasti juga mengincar kepala Brajadara."

Suryadenta mengangguk pelan. Ia berusaha mengusir rasa takut dan ragu yang menghantui hatinya. Ia harus yakin pada kemampuan dirinya dan kakaknya. Mereka harus berhasil membawa kepala Brajadara dan mengharumkan nama Perguruan Kemuning.

"Kakang, kalau seluruh pendekar bekerjasama terus bagaimana cara menentukan pemenangnya dalam sayembara itu? " tanya Suryadenta, "Kalau semua jadi pemenang sepertinya kurang adil, aku tidak setuju, "

Baradenta tertawa kecil mendengar pertanyaan adiknya. "Ah, kau ini terlalu bersemangat. Tentu saja ada cara untuk menentukan pemenangnya."

"Begini," lanjut Baradenta menjelaskan, "Meskipun semua pendekar akan bekerja sama, namun pasti akan ada yang paling menonjol dan memberikan andil terbesar dalam pertarungan. Nah, orang itulah yang akan dianggap sebagai pemenang sayembara."

"Biasanya," tambah Baradenta, "Raja Paku Putih akan menentukan pemenangnya berdasarkan pertimbangan beberapa hal. Misalnya, siapa yang memberikan pukulan terakhir pada Brajadara, seberapa besar kontribusi seseorang dalam pertarungan, dan seberapa hebat ilmu kanuragan yang ditunjukkan."

Suryadenta manggut-manggut. "Jadi, meskipun kita bekerja sama, kita tetap harus berusaha sebaik mungkin untuk menunjukkan kemampuan terbaik kita, ya Kakang?"

"Tepat sekali, Adinda!" seru Baradenta. "Kita harus berjuang sekuat tenaga, bukan hanya untuk mengalahkan Brajadara, tapi juga untuk mengharumkan nama Perguruan Kemuning."

"Baiklah, Kakang!" sahut Suryadenta dengan semangat membara. "Aku siap bertarung dan menunjukkan kehebatan ilmu Perguruan Kemuning!"

Baradenta dan Suryadenta mempercepat langkahnya, hingga mereka berdua pun menyusul Antasena yang berjalan di depan mereka.

"Kakang lihatlah itu pasti peserta sayembara yang lain, " tunjuk Suryadenta begitu melihat seorang pemuda yang mengenakan pakaian abu abu di depannya.

"Hmm, sepertinya memang begitu," jawab Baradenta sambil mengamati pemuda berpakaian abu-abu yang berjalan dengan langkah mantap di depan mereka. "Dari sorot matanya, dia tampak seperti seorang pendekar yang tangguh."

"Apakah kita perlu menyapanya, Kakang?" tanya Suryadenta. Rasa penasaran menggelitik hatinya. Ia ingin tahu siapa gerangan pemuda itu dan dari perguruan mana ia berasal.

Baradenta terdiam sejenak, menimbang-nimbang. "Sebaiknya kita dekati saja," ucapnya akhirnya. "Kita bisa berkenalan dan bertukar informasi. Siapa tahu, kita bisa bekerja sama untuk mengalahkan Brajadara."

Mereka pun mempercepat langkah, berusaha menyamai langkah pemuda berpakaian abu-abu itu.

"Permisi, Pendekar," sapa Baradenta dengan sopan. Pemuda itu menoleh, menatap mereka dengan tatapan tajam yang membuat Suryadenta sedikit bergidik.

"Ada perlu apa?" tanyanya singkat. Suaranya terdengar dingin dan datar, tanpa ekspresi.

"Maaf mengganggu perjalananmu, Pendekar," ujar Baradenta lagi. "Kami hanya ingin berkenalan. Namaku Baradenta, dan ini adikku, Suryadenta. Kami dari Perguruan Kemuning."

Pemuda itu mengernyitkan dahi. "Perguruan Kemuning?" gumamnya seolah-olah baru pertama kali mendengar nama itu. "Aku belum pernah mendengarnya."

Suryadenta merasa sedikit tersinggung. Perguruan Kemuning bukanlah perguruan kecil. Bagaimana mungkin pemuda ini belum pernah mendengarnya?

"Perguruan kami memang tidak seterkenal Perguruan Semeru atau Perguruan Pagar Ruyung," sahut Baradenta, berusaha menahan emosi adiknya.

Antasena menghentikan langkahnya setelah mendengar Baradenta menyebut nama perguruan Semeru, emosinya seketika meluap mengingat kematian kedua orang tuanya.

Antasena menghentikan langkahnya setelah mendengar Baradenta menyebut nama perguruan Semeru, emosinya seketika meluap mengingat kematian kedua orang tuanya. Namun ia berusaha untuk tetap tenang.

"Perguruan Semeru, " Desis Antasena dengan tangan terkepal.

Baradenta dan Suryadenta heran melihat perubahan di wajah Antasena."Ada apa tuan pendekar? "Apakah kami salah berkata-kata, " Baradenta dan adiknya saling pandang.

Antasena menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam gejolak amarah yang membuncah. Wajahnya yang tadi tenang kini dibayangi awan kelabu. "Semeru...," ulangnya lirih, "Nama itu bagai duri yang merobek luka lama. Kalian mungkin tak tahu, tapi perguruan Semeru adalah dalang di balik kematian kedua orang tuaku."

Baradenta dan Suryadenta tersentak. Raut wajah mereka berubah dari heran menjadi prihatin. "Maafkan kami, Pendekar," ucap Baradenta menyesal, "Kami sungguh tak tahu."

"Tak apa," Antasena mencoba tersenyum, "Kalian pasti juga peserta sayembara, bagaimana kalau kita berjalan bersama sama?"ucap Antasena.

" Kami berdua pun sebenarnya mau mengatakan hal itu tuan pendekar. Kalau tuan pendekar bilang begitu kami berdua dengan senang hati menerimanya, "Baradenta kemudian mengulurkan tangannya, sebagai tanda perkenalkan.

" Kalian berdua panggil saja aku Antasena, "ucapnya memperkenalkan diri.

"Kalau boleh saya tahu saudara Antasena ini dari perguruan mana? " tanya Baradenta di sela perjalanan itu.

"Aku tidak berasal dari perguruan mana pun, semua ilmu yang aku kuasai berasal dari ayah dan ibuku, "jawab Antasena.Berkata apa adanya.

Tiba-tiba terdengar suara senjata beradu tidak jauh di depan mereka, hal itu membuat Antasena dan kedua teman barunya itu penasaran.

"Kalian berdua dengar suara di depan sana? " tanya Antasena menunjuk ke arah di depannya.

"Ya, jangan jangan peserta sayembara yang lain sedang berhadapan dengan para pasukan Brajadara, " kata Suryadenta.

"Bagaimana kalau kita lihat? "usul Antasena.

"Baiklah, "kata Baradenta menyetujui.

Mereka bertiga mempercepat langkahnya menuju ke arah sumber suara. Setelah berjalan beberapa puluh langkah, mereka bertiga akhirnya sampai di tempat kejadian. Di tempat itu tampak seorang laki laki tua berpakaian putih dan seorang wanita berpakaian hitam sedang bertarung melawan beberapa orang berpakaian hitam dengan muka tertutup kain. Orang orang itu berjumlah tidak kurang dari sepuluh orang ."Aku yakin orang orang itu pasti satu kelompok dengan orang menyerangku waktu itu" gumam Antasena.

"Apakah saudara Antasena tahu siapa orang orang yang mengeroyok orang tua dan gadis itu? " tanya Baradenta.

Antasena yang sedang memperhatikan petarungan itu mengangguk, "Benar, mereka adalah para pembunuh bayaran yang ditugaskan untuk membunuh para peserta sayembara ini, " ucap Antasena.

Baradenta dan Suryadenta langsung terkejut mendengar perkataan Antasena itu.

"Apa maksudmu, Antasena?" tanya Baradenta dengan kening berkerut. "Bagaimana kau tahu mereka pembunuh bayaran?"

"Sebelum aku bertemu dengan kalian, tadi aku sempat bertarung dengan tiga orang yang berpakaian sama seperti mereka, aku yakin orang orang itu satu kelompok dengan tiga orang yang aku hadapi tadi, " Pandangan Antasena tidak lepas dari pertarungan itu.

Suryadenta terkesiap. "Jadi, mereka memang mengincar peserta sayembara? Tapi siapa yang mengirim mereka?"

Antasena menggeleng. "Aku belum tahu. Tapi yang pasti, ada seseorang yang tidak ingin sayembara ini berjalan lancar." Ia menatap Baradenta dan Suryadenta dengan tajam. "Kalian harus berhati-hati. Jika mereka tahu kalian menuju ke sayembara, kalian juga bisa menjadi target."

Baradenta dan Suryadenta saling berpandangan. Kekhawatiran jelas terpancar di wajah mereka. Suasana di antara mereka menjadi tegang. Pertarungan di depan mata mereka seakan menjadi pengingat akan bahaya yang mengintai.

1
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Gempa bumi 🌏
ria
lanjutkan
Endri ALLIKA
lanjutkan Bosque 🙏🙏
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
Zainal Arifin
lanjutkan
Redy Ryan Little
Bagus
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Muantebz
ria
lanjutkan
ria
lanjutkan maju terus
ria
maju
ria
semangat
ria
lanjutkan
ria
mantap
ria
maju terus
ria
lanjutkan
yun
mantap semangat dan lanjutkan
yun
lngsung kam
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!