"Sampai kapan kau akan seperti ini zaf ?" tanya seorang perempuan berpakaian rapih dan memegang papan dada, Zafira hanya menghela nafasnya lelah "entahlah, trauma itu masih ada" jawaban Zafira membuat Cintia mengerucutkan bibirnya.
"Kau tidak bisa selamanya seperti ini, kau harus bisa berdamai dengan keadaan Zaf" lanjut kembali Cintia sembari menulis sesuatu di atas kertas putih yang berada di papan dadanya.
pintu ruang dokter Gavin terdengar terbuka disana sedang berdiri seorang Devan dan Edwin saling berangkulan dan berjalan melewati Zafira serta Cintia, tepat saat mata Zafira beradu dengan kedua manik Devan getaran dan ketakutan itu terlihat jelas hingga Zafira menegang seketika.
namun Devan tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Zafira, mungkin bagi Devan kejadian 5 tahun yang lalu adalah bukan apa - apa bagi Devan tetapi tidak bagi Zafira Lalita.
ingin tau kelanjutkan ceritanya ?
kalian bisa baca ya teman - teman ini kelanjutan cerita tentang si kembar ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hatinya mencelos melihat wanita itu
Devan sangat marah tubuhnya dikuasai oleh amarah dan emosi, Devan melihat dengan jelas wanita itu dilecehkan oleh para lelaki biadap yang kemungkinan adalah anak buah dari lelaki tua itu.
Mereka memainkan payu dara wanita tersebut hingga wanita itu hanya bisa menangis dan bergerak bagai ulat, Devan sudah tidak tahan melihat kejadian yang sangat menjijikan itu hingga dia berlari ke arah gerumbulan yang sedang melecehkan tubuh wanita yang tidak berdosa tersebut.
Devan menendang salah satu kepala anak buah lelaki tua itu hingga mereka yang sedang berada disana terkejut kemudian melihat Devan dengan bengis.
"Kalian sunggu bukan lelaki jantan, yang hanya berani dengan seorang wanita cuih" ucap Devan dengan emosi, saat ini Edwin dan Devan saling adu jotos dengan anak buah lelaki tua itu.
Mereka semua terkapar karena ulah Devan dan Edwin "dengar pak tua, kami tidak takut dengan kau ataupun jejaring gelapmu itu" Edwin bersuara didepan muka lelaki tua yang saat ini sedang sekarat.
"Aku bersumpah, anakku akan membalas semua ini dengan kalian" Devan menghela nafasnya kemudian berjalan ke arh wanita yang masih ketakutan dan menangis itu.
Devan membuka penutup mulut wanita tersebut, dan betapa terkejutnya Devan saat melihat siapa wanita itu "Zafira" gumamnya dengan pelan.
Devan segera melepas jaket yang dia pakai untuk menutupi tubuh Zafira yang dalam keadaan naked tanpa sehelai pun "Tolong aku hiks hiks" Devan membuka tali yang bertengger dipergelangan tangan Zafira dan membuka untaian tali yang berada dipergelangan kakinya.
Zafira seketika memeluk tubuh Devan dengan sangat erat "tolong aku, bawa aku pergi dari sini hiks hiks" entah keberanian dari mana Devan membalas pelukan Zafira dengan banyak sekali kemarahan disana.
Di dalam hati Devan dia bersumpah akan membalas perbuatan si tua bangka itu kepada Zafira, Devan sangat mengenali Zafira karena dia adalah asisten dokter dari kakak kembarnya yaitu Gavin.
"Suuut tenanglah kau sudah aman" ucap Devan seraya menenangkan Zafira dan mengelus kepala Zafira, setelah dirasa oleh Devan bahwa Zafira sudah tenang barulah dia mengangkat tubuh rapuh Zafira ke dalam gendongannya.
Zafira dengan otomatis mengalungkan tangannya pada leher Devan dan membenamkan wajahnya di dada bidang milik Devan.
Edwin terlebih dahulu berjalan keluar untuk mengambil mobilnya yang terparkir sedikit jauh dari rumah kosong itu, saat ini mobil Edwin sudah terparkir didepan pagar rumah tersebut dan Devan berjakan menghampiri mobil Edwin.
Edwin dengan inisiatif keluar untuk membukakan pintu belakang kursi penumpang, Devan menurunkan Zafira dikursi penumpang yang berada dibelakang kemudian dia menutup pintu mobil itu.
Devan membuka pintu mobil penumpang yang berada didepan dan mendudukkan pantatnya disana, sementara Edwin sudah berada dibalik kemudi "Zaf dimana rumahmu ?" Devan bertanya pada Zafira yang gelisah di kursi belakang.
Saat Devan merasa tidak ada jawaban dari Zafira dia melihat Zafira dari kaca spion yang berada diatas, Devan melototkan kedua matanya kemudian membelokkan tubuh kesamping untuk mengecek kondisi Zafira.
"Ed bawa kita ke apartement ku" Edwin hanya mengangguk sambil mengemudikan mobil dengan sedikit cepat, tak berapa lama mereka sudah berada di basement parkir apartement milik Devan.
"Dev apa kau membutuhkan sesuatu ?" Devan menggeleng kemudian buru - buru membuka pintu mobil Edwin, Edwin melihat Devan membopong tubuh Zafira menuju life yang berada tak jauh dari Edwin memarkirkan mobilnya.