NovelToon NovelToon
Beringin : The Sacred Tree System

Beringin : The Sacred Tree System

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Spiritual / Mengubah Takdir
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

*Untuk mengerti alurnya di sarankan membaca terlebih dahulu Nightmare system sampai selesai*

Kisah seorang pemuda yang memiliki cita cita untuk menjadi seorang atlet mma, terpaksa harus meninggalkan cita citanya karena dia harus bekerja menghidupi ketiga adiknya dan dirinya sendiri akibat ayahnya menghilang. Di usia 10 tahun, dia mengalami sebuah kejadian yang membuatnya mengalami amnesia ringan dan tidak sadar dirinya pernah menolong sesuatu yang sekarang kembali membantu dia menyelesaikan masalah yang sedang di hadapinya.

Genre : Fantasi, fiksi, action, comedy, drama, super heroes, mystery.

Mohon tinggalkan jejak ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24

Ardo dan Desi terus melihat ke layar, kemudian keduanya menoleh melihat Beringin yang berdiri di sebelah layar,

“Jadi....kejadian ini masih dua jam lagi ?” tanya Ardo.

“Benar sekali, lalu apa yang mau kalian lakukan ?” tanya Beringin.

“Des, lo tinggal di mana ?” tanya Ardo sambil menoleh melihat Desi.

“Gue tinggal di kos kosan, kenapa ?” tanya Desi.

“Hmm...kos kosan lo deket kampus kan ?” tanya Ardo.

“Iya deket, deket juga ama resto padang tempat kita makan tadi pagi,” jawab Desi.

“Hmm...ok, sementara gue ajak ade ade gue ngungsi ke sana, tolong lo jaga mereka, gue ngadepin tamu yang dateng ama om Irwan,” ujar Ardo.

“Loh...sendirian ?” tanya Desi.

“Ya, tolong lo ngerti, gue juga punya perhitungan sama orang itu,” jawab Ardo.

“Ya udah, gue ngerti, tapi lo hati hati,” balas Desi.

“Jangan khawatir, gue udah jauh berkembang dari dulu, selain itu ada Beringin yang bantu gue sekarang,” ujar Ardo sambil memegang kepala Desi.

“Iya, (menoleh ke arah Beringin) tolong jaga dia,” ujar Desi.

“Baik di mengerti, silahkan masuk ke portal jika sudah siap,” balas Beringin.

“Ayo Des, inget bilang lo kembaran rahasia Intan dan Intan sudah meninggal, (menoleh melihat Beringin) bisa kan lo bantu supaya dia muncul di ingatan ketiga adik gue sebagai Desi ?” ujar Ardo.

“Bisa, serahkan padaku,” ujar Beringin.

“Nah beres, ayo Des,” ajak Ardo.

“Iya, yuk Do,” balas Desi.

Keduanya langsung berlari masuk ke dalam portal, mereka langsung keluar dari portal di belakang halaman rumah Ardo, di dalam mereka melihat Adel, Andin dan Irwan masih berbincang bincang. “Sreek,” Ardo membuka pintu halaman belakang dan ketiganya menoleh kaget melihat Ardo.

“Loh kak, bukannya keluar dari depan ya ? kok masuk dari belakang ?” tanya Adel.

“Iya, lewat mana ke belakangnya kak ?” tanya Andin.

“Kenapa Do ?” tanya Irwan.

“Om Irwan, Adel dan Andin, tolong dengarkan,”

Ardo kemudian mengatakan semua yang dia lihat di layar kepada ketiganya, tentu saja ketiganya menjadi saling menoleh dan melihat satu sama lain karena heran, tapi Irwan yang mendengar cerita Ardo langsung berdiri,

“Mereka mencari saya, sebaiknya saya pergi dan tidak melibatkan kalian,” ujar Irwan.

“Tidak om, aku temani om di sini, (menoleh melihat Adel dan Andin, kemudian mendekati keduanya) Del, Ndin, sebelumnya maaf, tapi kakak minta kalian pergi dulu sementara dari rumah ini, bawa Nisa sekalian,” ujar Ardo.

“Hah...kemana kak ? besok aku sekolah, Andin juga, sedangkan Nisa lagi ga enak badan,” ujar Adel.

“Kalian tetap sekolah seperti biasa, tapi sementara kalian jangan di rumah dulu, kalian sudah dengar cerita om Irwan kan barusan, di rumah ini berbahaya,” ujar Ardo.

“Tapi kita harus kemana kak ?” tanya Andin.

Ardo menoleh melihat Desi yang masih berdiri menunduk di depan pintu, kemudian dia memanggil Desi masuk ke dalam. Melihat Desi berjalan masuk, wajah Adel dan Andin langsung berubah menjadi marah.

“Dia kak ? kamu ga salah kak ? kamu masih berhubungan sama dia ? aku bener bener ga habis pikir kak,” teriak Adel marah.

“Kak, dia kak Intan kan, kenapa kak Intan ada di sini, tolong jelasin sama Andin kak,” tambah Andin.

“Kalian lupa ya, dia bukan Intan, tapi Desi, kembarannya Intan, kalian harusnya kenal dong,” ujar Ardo.

“Eh...kembaran ?” tanya Irwan heran.

“Oh iya om, mungkin om ga tau, tapi dia emang kembarannya Intan dan seperti yang om bilang, Intan sudah meninggal,” jawab Ardo menoleh melihat Irwan.

“A..pa ? kak Intan meninggal ?” tanya Adel.

“Ka..kamu serius kak ? bener kak Intan meninggal ?” tanya Andin.

“Bener Del, Ndin, kakak ku sudah meninggal, aku adik kembarnya, namaku Desi, aku sebenarnya kenal kalian makanya aku bisa menyebut nama kamu Del karena memang aku dekat dengan kalian dulu menggantikan kakak ku, kalian berdua pasti bisa bedain,” ujar Desi di sebelah Ardo.

Adel dan Andin mendadak diam, kemudian mereka menatap Desi yang berdiri di sebelah Ardo sampai memicingkan mata mereka dan memiringkan kepala mereka, keduanya mengamati wajah Desi dengan seksama,

“Aku...ingat emang kak Intan punya saudara kembar, tapi......aneh,” ujar Adel.

“Iya, entah kenapa aku juga ingat,” tambah Andin.

Melihat kedua adiknya terdiam, Ardo mengangkat kedua tangannya dan meletakkannya di kepala kedua adiknya, kemudian dia mengatakan kalau malam ini Adel, Andin dan Anisa tinggal dulu bersama Desi di kos kosannya dan besok Ardo akan menyusul untuk kos di sana juga.

“Gitu ya kak, trus kita sekamar sama kak Desi gitu ?” tanya Andin.

“Mana muat ya kak, kita aja bertiga,” tambah Adel.

Ardo berbalik dan berjalan ke lemari, dia membuka kotak besi di dalam lemari kemudian mengambil buku tabungannya, setelah itu dia berjalan ke arah Adel dan Andin kemudian memberikan bukunya. Adel yang melihat jumlah uang di buku itu menjadi kaget bukan main, dia memperlihatkan saldonya kepada Andin yang juga langsung kaget,

“Kalian pegang duit itu, kalau malam ini ada kamar kosong langsung saja sewa untuk tiga bulan,” ujar Ardo.

“Duit ini darimana kak ?” tanya Andin.

“Jangan jangan duit yang waktu itu ya kak, kok jumlahnya nambah sih ?” tanya Adel.

“Nanti aku jelaskan, sekarang kalian siap siap dulu dan bantu Nisa di atas, kalian langsung pergi saja naik taksi online, bawa semua keperluan kalian, tidak ada waktu lagi, kalian harus cepat,” jawab Ardo.

“Ayo Del, Ndin, aku bantu, nanti aku jelaskan juga di kos,” ujar Desi.

“I..iya,” balas Adel dan Andin yang sebenarnya masih bingung.

Adel, Andin dan Desi berlari naik ke lantai dua untuk membereskan barang barang mereka, Ardo menoleh melihat Irwan yang nampak ketakutan dan kebingungan. Kemudian Irwan menoleh melihat Ardo.

“Do, saya bener bener minta maaf, gara gara saya kedamaian kalian terusik,” ujar Irwan dengan suara gemetar.

“Ga perlu di pikirkan om, setelah Desi membawa adik adik pergi, aku akan bawa om ke tempat aman,” ujar Ardo.

“Hah...bicara apa kamu Do ?” tanya Irwan.

“Nanti aku jelaskan, sekarang om diam saja dulu,” jawab Ardo.

Ardo melihat jam tangannya, masih ada waktu sekitar satu setengah jam sebelum masa depan yang dia lihat terjadi. Lima belas menit kemudian, “druk...druk...druk,” Desi turun ke bawah sambil menggendong Anisa yang tertidur di punggungnya, Adel dan Andin mengikutinya membawa dua buah koper yang lumayan besar. Ardo langsung membantu kedua adiknya membawa koper mereka dan kemudian memesan taksi online.

Mereka sudah siap di depan pintu masuk, Ardo bisa melihat wajah Adel dan Andin yang ketakutan, kemudian dia mendekati keduanya,

“Jangan khawatir, kalian aman bersama Desi,” ujar Ardo.

“Tapi kakak bener nyusul ya,” balas Adel.

“Iya kak, jangan tinggalin kita ya,” balas Andin.

“Aku pasti nyusul kalian kesana, (menoleh melihat Desi) Des tolong jaga mereka sampai gue dateng,” ujar Ardo.

“Iya Do, serahkan sama gue,” balas Desi.

Terdengar suara mobil di depan rumah, Ardo membuka pintunya, dia melihat sebuah mobil mini bus berada di depan pagarnya, setelah mengkonfirmasi dengan pengemudinya, Ardo meminta semuanya naik ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah. Terlihat Adel dan Andin melihat Ardo yang melambaikan tangan sambil tersenyum dari dalam kaca mobil. Setelah mobil sudah pergi jauh, Ardo kembali masuk ke dalam rumahnya, dia langsung menghampiri Irwan.

“Om, sekarang kita ke rumah nenek di cisarua,” ujar Irwan.

“Hah...sekarang ? gimana caranya kita kesana ? bagaimana kalau di jalan berpapasan dengan mereka ?” tanya Irwan panik.

“Um...maaf ya om,” ujar Ardo.

“Hah...apa maksu....”

Belum selesai Irwan berbicara, “buaak,” Ardo memukul tengkuk Irwan sampai Irwan pingsan, kemudian dia memapah tubuh Irwan yang jatuh limbung ke depan dan mengangkatnya.

“Beringin, tolong buka portal untuk ke rumah nenek bisa ?” tanya Ardo.

[Baik, silahkan langsung berjalan ke pohon.]

Ardo berjalan keluar ke halaman belakang, sebuah portal di dahan pohon muncul, Ardo memapah Irwan masuk ke dalam portal dan menghilang. Mereka muncul di sebuah rumah yang berada di tengah gunung dan nampak terlantar, tidak ada lampu sama sekali yang menyala. Ardo memapah Irwan masuk ke dalam,

[Aku akan menyalakan listriknya untuk sementara.]

Ketika Ardo membuka pintu, “blaar,” seluruh lampu di dalam rumah menyala, Ardo bisa melihat kalau di dalam rumah banyak sekali perabot perabot antik yang di tutupi oleh plastik, Ardo membaringkan Irwan di sebuah kursi antik yang nampak seperti sofa dan membuka plastik penutupnya. Setelah membaringkan Irwan,

“Nah sekarang, gue pulang lagi ke rumah,” ujar Ardo.

[Baik, silahkan lewat portal yang sama untuk pulang.]

“Oh sekalian tinggalin surat buat om Irwan biar dia ga bingung ntar pas bangun,” ujar Ardo.

[Baiklah, aku akan lakukan.]

Ardo kembali keluar dari rumah dan masuk kembali ke portal yang masih terbuka di udara, setelah Ardo masuk, portal menutup meninggalkan suasana yang hening dan sunyi, hanya suara jangkrik dan serangga lainnya yang terdengar di sekitar rumah. Setelah keluar kembali dari pohon, Ardo masuk ke ruang tengahnya, dia berjalan ke arah pintu keluar dan mengambil kursi, kemudian dia duduk menghadap pintu. “Bwuuung,” sebuah layar hologram muncul di hadapan wajah Ardo,

\=========================================================

Main Quest          :

          Pertahankan rumah (0/1)

Time           : unlimited

Reward       :

          22.000.000 IDR.

          12.000p exp.

\=========================================================

“Nice....hehe,” ujar Ardo dalam hati.

“Bwoooosh,” tubuh Ardo yang duduk di kursi langsung di penuhi oleh tanaman rambat yang membentuk kepompong, tak lama kemudian kepompong terbuka dan Ardo masih duduk di kursi yang berada tepat di depan pintu dengan wujud manusia pohonnya.

“Nah...silahkan datang para bajingan, gue tunggu kalian,” ujar Ardo dengan suara mengerikan sambil tersenyum.

1
Ellya Syaji'ah
bagus... lanjut...
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya kakak
total 1 replies
Razali Azli
wow! menarik. masih awal chapter. terlalu banyak persoalan. mungkinkah bapa mereka telah ditransmirgasi ke dunia kultivator?
Mobs Jinsei: terima kasih dukungannya kakak
total 1 replies
Linna_Naa^•^
tamatin ya thor, seru banget soalnya
Mobs Jinsei: siap kak, makasih dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!