Shankara Adhiyaksa. Putra sulung Reenan Xavier Adhiyaksa dan Annisa Harsono, lelaki tampan mapan dan kaya raya tentunya.
Hidup aman tenang dan damai yang ia jalani berubah seketika ketika sang ayah menyuruhnya untuk menikahi seorang perempuan pilihan ayahnya,
Disisi lain pertemuannya dengan wali kelas adiknya membuat Shankara sedikit terusik karena perasaan yang ia rasakan pada wali kelas adiknya sedikit berbeda, bisa di bilang ia jatuh cinta pada pandangan pertama
Tapi ia juga tidak mungkin mengecewakan ayahnya walau hatinya bersikeras menolak permintaan sang ayah
Di hadapkan pada dua pilihan, siapa yang akan di pilih Shankara pada akhirnya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skinant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Bukan mimpi di siang bolong, Ana benar-benar melihat Shan berdiri di depan rumahnya dan memasang wajah yang sangat sangar saat ini
Ana sempat melirik spion motornya dan melihat Dimas yang masih mengikutinya, hingga akhirnya Ana langsung menurunkan standar motornya saat mencapai area rumahnya dan berlari memeluk Shan,
"Aku takut, aku takut Shan aku takut" ucap Ana berulang kali yang membuat darah Shan semakin mendidih karena amarah,
Shan mengambil helm milik Ana dan melemparkannya pada laki-laki yang membuat calon istrinya itu ketakutan,
Praakkk
Dimas terjatuh tertindih motor miliknya hingga menyebabkan beberapa orang memperhatikan mereka karena hari juga masih sore dan komplek perumahan Ana sudah banyak orang yang pulang bekerja,
Ana menahan Shan agar tidak membuat keributan berlebihan karena sudah banyak orang mulai berkerumun mendekati mereka, Shan dengan terpaksa melepaskan penguntit calon istrinya walau sebenarnya hatinya tidak rela membiarkannya lolos begitu saja,
Banyak orang berdatangan bertanya tentang apa yang terjadi, setelah Ana menjelaskan garis besarnya semua orang kembali bubar meninggalkan dua kekasih itu seorang diri,
Shan membantu Ana masuk ke dalam rumah dan kembali keluar untuk mengurus motor calon istrinya yang masih terparkir di tengah jalan,
Ana langsung mandi sebelum menemui Shan lagi, ia sangat bersyukur karena Shan menyelamatkannya hari ini jika tidak ada Shan entah apa yang akan terjadi padanya nanti, apalagi mengingat ibu dan adiknya sedang tidak ada di rumah
Selesai mandi dan berganti baju Ana segera membuatkan minum untuk laki-laki yang sedang duduk menunggunya di teras,
"Ini minumnya" ucap Ana sambil menyodorkan segelas kopi untuk Shan,
"Terima kasih" jawab Shan tanpa melihat Ana, ia sibuk dengan ponsel di tangannya,
Sudah beberapa menit berlalu dan Shan tetap diam membuat Ana menjadi salah tingkah karena ia juga tidak berani membuka pembicaraan terlebih dahulu,
"Aku pulang dulu" ucap Shan sambil berdiri
"Tapi kopinya belum diminum" cegah Ana
"Aku tidak minum kopi" sahut Shan yang membuat Ana melongo tidak percaya,
Kenapa tidak bilang dari tadi! Batin Ana kesal.
"Ku buatkan lagi" tawar Ana yang di balas gelengan kepala Shan
"Hati-hati di rumah, telfon adikmu agar segera pulang"
"Shan" panggil Ana,
"Tunggu disini sampai adikku pulang, aku takut" ucap Ana lirih
Shan kembali turun dari motornya dan kembali duduk di kursi yang tadi ia duduki
"Bawa kesini ponselmu"
"Untuk apa?" tanya Ana bingung
"Kemarikan saja" Shan mengulurkan tangannya untuk meminta ponsel Ana
Shan mengecek seluruh riwayat pesan juga panggilan serta media sosial Ana,
"Ada yang aneh?" tanya Ana
"Kenapa tidak bilang dari awal jika di teror seperti ini?" ucap Shan
"Aku tidak mau mengganggumu lagipula aku merasa bisa mengatasinya sendiri jadi aku diam saja" Ana mengatakan jujur tentang apa yang di rasakannya,
Shan diam saja tapi sorot matanya menandakan sebenarnya ada kekecewaan disana,
"Lihat yang terjadi, kalau aku tidak disini mau jadi apa kamu tadi? Setidaknya beritahu aku kalau sesuatu mengganggumu walau jauh atau aku ada di ujung benua lain pun aku tetap bisa melindungi mu!" ucap Shan kesal,
Rasanya ia bisa gila kalau calon istrinya sampai kenapa napa, ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika dirinya tidak menunggu Ana pulang bekerja dan juga rumah Ana yang ternyata sedang kosong,
Shan mengusap wajahnya kasar, perasaan ingin menghajar seseorang tadi semakin menjadi karena dia penyebab ia sulit menghubungi calon istrinya,
"Malam ini tidur di rumahku!" putus Shan
"Apa kata orang kalau aku tidur di rumahmu?"
"Peduli apa orang lain kalau sesuatu terjadi padamu? Ajak adik dan ibumu sekalian suruh adikmu langsung ke rumahku saja"
"Aku juga tidak tidur di rumah 2 hari ini" cicit Ana
"Lalu tidur dimana?"
"Rumah sakit, ibuku sedang di rawat di rumah sakit"
Shan mengatur nafas agar tidak terpancing emosi karena perempuan di depannya ini,
"Apa lagi yang kamu sembunyikan dariku?" tanya Shan "Sebenarnya aku juga masih di anggap tidak olehmu? Semuanya kamu sembunyikan tidak pernah bercerita tentang apapun padaku lalu apa gunanya aku?"
"Maaf"
"Kalau memang sudah tidak membutuhkanku harusnya bilang saja sejak awal, tidak usah memberiku harapan apapun selama 2 tahun ini"
"Maaf aku tidak akan mengulanginya lagi"
Shan hanya diam menahan kekecewaan yang ada di hatinya, ia seperti tidak ada gunanya sama sekali, rasanya ia memang sudah tidak di butuhkan oleh perempuan yang ia cintai
"Aku memang tidak mengabari mu karena ku pikir ibu hanya kontrol biasa tapi dokter mengatakan ibu harus rawat inap karena kondisinya yang sedikit buruk, juga akhir-akhir ini ibu kelelahan karena sering tidur hingga larut malam"
Shan tetap diam, ia tidak ingin menjawab perkataan perempuan di depannya ini, rasa kecewa yang ia rasakan masih terlalu besar,
"Dan untuk pak Dimas, orang yang terus meneror ku itu aku hanya belum bicara padamu, aku sudah berencana untuk menceritakannya padamu hari ini tapi ternyata kau sudah pulang dan aku juga tidak mau mengganggu study mu disana jika aku mengadu tentang hal ini"
Ana tertunduk dalam ketika Shan melihatnya dengan sorot mata yang menyeramkan, ia tau dirinya salah karena menyembunyikan semuanya dari Shan tapi ia juga merasa tidak enak hati jika merepotkan banyak orang nantinya hanya karena ia mengadu pada Shan tentang apa yang di alaminya,
"Baiklah kalau begitu" jawab Shan sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain
"Kenapa?" tanya Ana bingung,
"Kita sudahi saja hubungan kita sampai disini"