Dia bukan pembunuh, namun dia di cap sebagai pembunuh oleh pria yang menjadikannya istri atas dasar dendam. Adiknya yang meninggal terjatuh dari atas gedung, dan menjadikan Laras sebagai tersangka pembunuhnya.
Kehidupan pernikahan yang tidak seperti Laras bayangkan. Hanya penuh dengan penderita dan siksaan. Namun, Laras tidak bisa terlepas dari Lin sampai dia puas melampiaskan dendamnya.
"Aku akan membuatmu menderita, sampai kau memilih untuk mengakhiri hidupmu sendiri!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suaramu Begitu Mirip Dengan Istriku
"Maaf Tuan, saya izin membersihkan tubuh anda" ucap Laras yang perlahan membuka kancing baju pasien yang di pakai oleh Lin.
Lin tidak menjawab, dia hanya membiarkan saja perawatnya itu melakukan apapun. Karena sekarang dia sadar bagaimana dirinya yang memang membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan apapun. Dia yang sekarang sudah menjadi orang cacat yang tidak bisa melakukan apa-apa sendiri.
Laras mengelap tubuh Lin dengan handuk basah dengan begitu lembut. Dia bahkan tidak pernah menyangka jika dirinya akan bisa melakukan hal seperti ini pada suaminya. Karena jika suaminya tahu jika yang melakukan hal ini adalah dirinya, mungkin Lin sudah mengusirnya sejak awal.
"Sudah selesai Tuan, sekarang apa mau makan dulu?" ucap Laras.
Lin terdiam sejenak, setiap mendengar suara perawatnya ini, dia pasti mengingat tentang Laras. Dalam keadaan seperti ini pastinya dia tidak mungkin meneruskan mencari Laras, jika pun dia bisa menemukan istrinya, dia tidak akan tega membiarkan Laras kembali padanya dalam keadaan seperti ini. Lin tidak mau merepotkan Laras dalam keadaan seperti ini.
"Suaramu benar-benar mirip sekali dengan istriku"
Laras yang sedang menyimpan kembali handuk basah ke dalam wadah berisi air hangat itu, langsung terdiam sejenak. Mendengar ucapan Lin itu cukup membuatnya terkejut sekarang. Bagaimana pria itu yang ternyata masih mengingat suaranya dengan jelas. Namun, Laras harus benar-benar menjadi Rasti sekarang, tidak boleh sampai suaminya tahu jika itu adalah dia.
"Memangnya kemana istri anda?" tanya Laras, dia menarik kursi di samping ranjang pasien dan duduk disana.
Lin menghembuskan nafas pelan, seolah cerita yang akan dia ceritakan saat ini begitu berat baginya. "Dia pergi karena kesalahanku. Mungkin dia sudah lelah karena semua perlakuanku yang begitu kasar padanya. Sekarang aku menyadari keberadaannya begitu berarti untukku"
Air mata Laras menetes begitu saja mendengarnya. Dia langsung usap air mata di pipinya dengan kasar. "Em, mungkin dia hanya lelah sejenak dan ingin menenangkan diri dulu. Siapa tahu nanti akan kembali kesini. Lagian seorang istri tidak akan mudah meninggalkan suaminya untuk selamanya, karena dia pasti sangat mencintai suaminya"
Lin menggeleng pelan dengan ucapan Laras, sejatinya dia tidak berharap istrinya kembali sekarang. "Aku berharap dia tidak akan kembali lagi sekarang. Karena keadaanku yang seperti ini hanya akan membuatnya susah"
Laras langsung menggeleng pelan dengan air mata yang kembali menetes. Apapun yang terjadi saat ini, pastinya tidak akan pernah membuatnya merasa kesusahan saat merawat Lin. Laras mencintai pria ini dan bahkan dia sudah mencarinya sejak lama. Jadi, mana mungkin dia akan merasa kesusahan untuk merawat Lin.
"Rasti, aku bukan orang yang baik. Bahkan pada istriku sendiri, aku begitu kejam. Mungkin ini adalah hukuman Tuhan untukku"
Laras menatap suaminya dengan penuh rasa sakit, air matanya tidak berhenti menetes. Melihat Lin yang saat ini, benar-benar tidak seperti suaminya yang dulu. Bahkan mata yang selalu menatap tajam padanya itu, sekarang hanya terlihat tatapan kosong tanpa ada harapan apapun disana.
"Semuanya bisa berubah, Tuan. Jika memang anda menyesali semuanya, mungkin suatu saat nanti istri anda akan kembali"
Laras tidak pernah tahu bagaimana keadaan Lin setelah dia tinggalkan. Yang dia pikirkan mungkin suaminya akan senang dan mungkin akhirnya akan menikah dengan Viona. Bukan rapuh seperti ini. Sekarang dia memilih untuk menjadi perawatnya, karena dia takut Lin tidak akan pernah menerimanya untuk merawatnya dalam keadaan seperti ini. Karena dia yang masih membenci Laras.
Tapi sekarang, Laras seolah mengetahui hal lain. Bagaimana dia melihat suaminya yang begitu rapuh ketika menceritakan tentang dirinya. Rasanya Laras menyesal karena tidak jujur sejak awal tanpa perlu berpura-pura jadi perawat seperti ini. Namun, sekarang semuanya sudah terlanjur. Dan Laras hanya perlu terus melakukan semuanya.
"Sudahlah Tuan, sekarang anda harus makan dulu dan minum obat. Jangan terlalu banyak berpikir, biar nanti bisa cepat pulih dan pulang ke rumah"
Laras mengambil semangkuk bubur yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit. Dia membantu Lin untuk duduk bersandar terlebih dahulu. Mulai menyuapinya dengan lembut. Terkadang dia juga membersihkan bibir Lin yang kotor karena makanan dengan tangannya. Terkadang Laras membayangkan hal ini akan terjadi suatu hari nanti pada dirinya, sebagai istrinya. Bukan perawatnya seperti ini.
*
Akhirnya setelah satu minggu berada di rumah sakit, hari ini Lin sudah bisa pulang ke rumahnya. Laras membantunya berjalan perlahan menuju mobil Axel yang menjemput mereka saat ini. Beruntung kaki Lin tidak cedera parah, hanya luka luar saja yang sudah mulai membaik. Hanya tangan kanannya yang masih memakai gif.
"Hati-hati" ucap Axel yang membukakan pintu mobil untuk sahabatnya ini. Dia juga tersenyum pada Laras sebagai sapaan.
Setelah Lin masuk, Laras juga ikut masuk ke dalam mobil. Semua barang di masukan ke bagasi mobil oleh Axel. Setelah itu, mobil melaju meninggalkan kawasan rumah sakit. Laras menatap ke arah suaminya yang hanya diam saja. Rasanya sakit sekali melihatnya rapuh dan seolah tidak ada tujuan hidup lagi.
"Lin, aku mendapatkan ponselmu dari polisi dan sudah rusak. Tapi aku sudah beli yang baru, dan aku juga sudah memindahkan semua hal penting dalam ponselmu ini. Beberapa hari lalu ada telepon dari seseorang yang menanyakan tentang kasus adikmu"
Penjelasan Axel itu membuat Laras langsung terdiam, dia menoleh dan menatap suaminya dengan cemas. Apa mungkin Lin akan melanjutkan kasus itu, maka Laras akan kembali di penjara jika itu terjadi.
"Axel, tolong hubungi dia dan minta untuk datang ke rumahku hari ini" ucap Lin.
"Oke"
Mungkin sudah saatnya Lin menuntaskan semua ini. Meski sekarang keadaannya seperti ini, namun dia tetap harus menyelesaikan kasus adiknya ini. Tidak boleh sampai terus membuat nama baik Laras tercoreng karena kasus ini, sementara dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun.
Saat sudah sampai di rumah, Laras langsung membantu Lin berjalan. Dia begitu memperlakukan Lin dengan sangat tulus. Membuat Axel yang mengikutinya dari belakang, cukup terharu dengan ketulusan Laras.
"Sekarang aku tahu kenapa Lin sampai gila karena kehilanganmu, Ras" lirihnya pelan.
Reni berdiri di depan pintu, mengangguk hormat pada Lin dan Laras. Dia menatap Laras dengan mata berkaca-kaca. Bahkan dia tidak menyangka jika gadis itu akan kembali lagi ke rumah ini. Jika saja bukan Axel yang datang beberapa hari lalu dan menjelaskan situasinya, mungkin dia akan begitu terkejut dengan kedatangan Laras kembali.
"Selamat datang kembali di rumah ini, Tuan" ucap Reni.
"Reni, ini adalah perawatku sekarang. Rasti, ini adalah pelayan di rumah ini" ucap Lin.
"Em, saya Rasti Mbak" ucap Laras.
Reni mengangguk dengan menahan air matanya. "Semoga kita bekerja sama di rumah ini dengan baik ya, Rasti. Saya Reni"
"Reni tunjukan kamarku pada Rasti, kamar yang aku tempati saat ini" ucap Lin.
Reni mengerti apa maksudnya, dia langsung membawa Lin ke kamar yang dulu ditempati oleh Laras. Bahkan Laras juga begitu terkejut dengan hal ini. Ingin bertanya pada Reni, namun situasinya belum tepat.
Bersambung
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪