Kekasih Ku, Suami Adikku

Saat ini, Raffa tengah menemani Alena di kamarnya. Gadis itu bahkan tidak lepas dari pelukan kekasihnya. Entah kenapa, hari ini Alena enggan berjauhan dengan Raffa. Dia ingin Raffa selalu berada di sisinya.

Sedangkan Raffa? Dia sama sekali tidak keberatan dengan tingkah Alena saat ini. Justru Raffa bersyukur jika Alena manja padanya. Ini merupakan hal yang jarang di lakukan oleh gadis kesayangannya.

"sayang, apa kau sudah makan hmm?"

"belum ... Aku tidak bernafsu. Aku kira, hatiku akan baik-baik saja saat melihat mu menikahi Liana. Ternyata tidak, hatiku sakit Raff."

Raffa tersenyum, dia mengusap lembut pucuk kepala Alena. Dan membubuhkan sebuah kecupan di dahi Alena.

"itu karena kau mencintaiku sayang. Meski Liana adikmu, kau pasti tidak akan rela melihat ku dekat dengan gadis itu."

Alena hanya mengangguk, dia menyetujui ucapan Raffa. Dan Alena bersyukur saat kedua orang tua Raffa bahkan mengerti keadaan keluarganya. Mereka tidak memarahi Alena atas tindakannya. Hanya saja, kedua orang tua Raffa langsung pergi setelah mengetahui hal tersebut.

Ditto dan Dewi tentu tidak bisa melakukan apapun. Mereka bahkan tidak bisa menahan kedua orang tua Raffa untuk tetap berada disini. Sudah bagus kedua orang tua Raffa tidak mengacaukan pernikahan putrinya.

"sayang, aku akan ambilkan makanan untukmu. Kau tunggu sebentar oke?"

"berjanjilah kau akan segera kembali."

"tentu sayang. Kau yang terpenting untukku."

Alena tersenyum, Raffa segera beranjak dari kamar Alena dan berjalan menuruni tangga untuk mengambilkan makanan untuk kekasihnya.

Raffa menoleh ke arah pelaminan, dia bisa melihat Liana yang masih duduk di sana bersama dengan kedua orang tuanya. Raffa bahkan enggan untuk duduk bersama Alena meski pesta pernikahan mereka belum berakhir.

Liana yang kebetulan tengah memperhatikan para tamu pun melihat Raffa yang tengah mengambil makanan. sungguh, Liana sakit hati saat Raffa bahkan tidak mempedulikan pernikahan mereka. Liana tahu jika Raffa tidak menginginkan hal ini. Hanya saja, bisakah Raffa tidak membuatnya malu di hadapan orang-orang?

Liana bangkit dari duduknya, dia hendak berjalan menghampiri Raffa. Hanya saja, langkahnya tertahan saat Ditto mencekal pergelangan tangannya. Liana menoleh, dia menatap bertanya pada ayahnya.

"mau kemana Lian? Kau sedang hamil, sebaiknya kau duduk di sini."

"sebentar ayah. Lian ingin menghampiri kak Raffa."

"untuk apa? Dia sedang menghibur Alena yang menangis seharian ini."

Deg ..

Lagi-lagi hati Liana tercubit mendengar kalimat yang terlontar dari bibir ayahnya. kenapa mereka hanya mementingkan Alena? Apakah keberadaan Lian tidak pantas di perhatikan?

"sebentar ayah. Aku hanya ingin berbicara dengannya."

Liana menghentak kasar tangan Ditto. Sungguh, bagi Ditto sikap Liana sedikit keterlaluan.

"Bu, kau perhatikan Liana. Dia sedang menghampiri Raffa." ucap Ditto pada Dewi yang tengah berdiri di sampingnya saat ini.

"memangnya Lian mau apa yah?"

"ayah tidak tahu. perhatikan saja mereka. Ayah takut jika Liana mengacaukan acara ini."

Dewi mengangguk, ucapan suaminya memang tidak salah. Mereka begitu hapal bagaimana sikap putri bungsunya.

Saat Raffa tengah memilih makanan, dia terkejut saat tiba-tiba saja seseorang mencekal tangannya. Raffa menoleh, dan lebih terkejut lagi saat melihat Liana yang kini tengah berdiri di sampingnya.

"ada apa Lian? Lepaskan tangan mu."

"kak, apa yang sedang kakak lakukan? Kenapa kakak tidak duduk di pelaminan denganku?"

Raffa tersenyum remeh pada Liana. Dia tidak menduga jika Liana akan seberani ini mengatakan hal itu di hadapannya.

"untuk apa aku duduk di pelaminan Lian? Apa kau ingin orang-orang tahu jika aku suamimu?"

"ahh tidak kak, bukan seperti itu. Aku hanya malu saat orang-orang bertanya dimana suamiku. Mereka ingin lihat suamiku kak."

"maaf Liana, aku tidak bisa menuruti perkataan mu. Alena lebih membutuhkan ku, dan bagiku, Alena lebih penting dari pada dirimu. dan lagi, tolong jaga sikapmu. aku tidak suka saat tubuhku di sentuh oleh sembarang orang, permisi."

Raffa menghempas tangan Liana di tangannya dan berjalan menaiki tangga. Raffa benar-benar muak melihat wajah Liana. Apalagi jika Raffa harus duduk bersama dengan gadis itu di pelaminan.

Sementara itu, manik Liana berkaca. Dia tidak mengira jika Raffa akan Sekasar ini padanya. Sebelumnya, bahkan Raffa tidak pernah menunjukkan sikapnya yang seperti ini.

"kak .. Kau benar-benar tega padaku." batin Liana.

Dewi segera berjalan menghampiri Liana. Dia menyaksikan adegan yang baru saja terjadi antara Raffa dan putrinya. Dan Dewi tidak ingin Liana bersedih.

"nak, ayo kita kembali ke pelaminan. Para tamu undangan mencarimu."

"aku tidak mau Bu, aku malu saat mereka bertanya dimana suamiku. kak Raffa bahkan enggan menemaniku di pelaminan."

Dewi mengerti bagaimana perasaan Liana. Dan Dewi tidak bisa berbuat apapun. Dia tidak mungkin memaksa Raffa lagi untuk melakukan apa yang Liana inginkan. Dewi tidak ingin Raffa berkorban terlalu banyak. Dan lagi, ada hati Alena yang harus Raffa jaga.

"ibu mengerti Nak. Hanya saja, ibu tidak bisa melakukan apapun saat ini."

"Bu, kak Raffa begitu menyayangi kak Alena. tapi, kenapa dia mau menikahiku Bu? bukankah dengan seperti ini kak kak Raffa akan menyakitiku dan kak Alena?"

"iya Nak ibu mengerti. Dan mereka hanya ingin menyelamatkan nama baik keluarga kita. Ibu mohon, kau harus sabar demi bayi yang sedang kau kandung saat ini."

Liana hanya mengangguk, dia mengikuti langkah ibunya yang mengajaknya kembali duduk di pelaminan.

"apakah aku harus memenangkan hati kak Raffa? Bukankah jika begini hanya aku yang akan sakit? Jika sudah terlanjur, kenapa aku tidak sekalian merebut kak Raffa dari kak Alena? Bukankah selama ini dia yang selalu merebut kebahagiaan ku?" batin Liana.

"aku mungkin hanya tinggal bertaruh dengan waktu. Aku akan mencuri kesempatan untuk mengambil hati kak Raffa dan menjadikan kak Raffa ayah dari bayiku sepenuhnya. Lihatlah kak Alena, apa yang akan aku lakukan padamu." batin liana.

sementara itu, saat ini Raffa tengah menyuapi Alena di kamar gadis itu. Alena memakan makanannya dengan lahap saat disuapi oleh Raffa. Begitu juga Raffa yang ikut memakan makanan tersebut bersama Alena.

"Raff, kapan kita kembali ke kota? Apa kau mengambil cuti di kantor?"

"tidak ... Besok kita akan kembali berangkat ke kota dan bekerja. Untuk apa aku mengambil cuti? Aku akan melakukan itu jika aku menikah denganmu. Dan lagi, Liana akan tetap tinggal disini. Meskipun kami sudah menikah, aku tidak bisa tinggal satu atap dengan Liana."

Alena hanya tersenyum. Hatinya benar-benar lega ketika mendengar ucapan yang terlontar dari bibir Raffa. Setidaknya, Alena tidak merasa cemburu karena Raffa tinggal jauh dari Liana.