Angkara Afrizal Wijaya, ketua osis yang kehidupannya hampir sempurna. Tetapi, karena kehadiran adik kelas yang sangat menyebalkan. Kesehariannya di sekolah bagaikan neraka dunia.
Dia adalah Alana, gadis gila yang selalu mengejar-ngejar cinta seorang Angkara tanpa kenal lelah. Alana adalah ketua geng motor Avegas.
"Kak Angkasa!"
"Nama aku Angkara!"
"Tetap saja aku akan memanggilmu Angkasa, Angkara Sayang."
Kisah cinta abu-abu pun di mulai! Akankah gadis gila seperti Alana, mampu meluluhkan hati ketua osis galak?
Follow tiktok: Cepen
Ig: tantye005
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 ~ Razia Tas
Sejak tangan ketua Avegas sembuh, mereka semakin liar saja di jalanan. Terlebih setelah tahu dalang di balik kecelakaannya beberapa minggu yang lalu adalah Devano.
All Star musuh Avegas, itu tidak terbantahkan kali ini. Bahkan Avegas telah mengumumkannya pada perkumpulan antar geng yang memihak mereka.
"Siapa pun yang melihat anggota All Star berada di jalanan, maka hajar mereka! Jangan pernah berhenti membantai jika ketuanya nggak datang dan meminta maaf pada kita!" teriak Alana di depan para anggotanya yang berjejer rapi di aula markas.
"Siap bu Ketua. Harga diri, harga mati untuk Avegas!" teriak anggota Avegas serempak.
Alana tersenyum lebar, ia merasa puas dengan respon anggotanya. Perempuan itu pun meninggalkan aula dan memilih duduk di sofa panjang bersama inti Avegas lainnya.
"Banyak perubahan njir, ternyata sakit hati bisa buat orang kuat," celetuk Jevian.
"Hooh, sejak Alana memutuskan untuk melupakan Kara, jadi lebih sangar dan tegas," timpal Roy.
"Gue masih di sini, nanti digibahin pas tidur." Alana menatap tajam teman-temannya dan hanya di balas tawa.
Malam yang semakin larut dan jam yang ditarget daddynya mulai habis. Alana pun berpamitan pada sahabat-sahabatnya untuk pulang.
"Hati-hati bu Ketua, itu tangannya masih ada bekas luka," celetuk Gio mengantar Alana hingga di depan pintu. "Apa perlu gue antar sampai di depan rumah?" Tawarnya.
"Nggak perlu, lo kira gue bocil." Alana pun melenggang pergi dengan motor kesayangannya.
Pulang terlalu larut dan rawang bahaya, Gio diam-diam mengikuti ketuanya agar memastikan selamat sampai tujuan. Tetapi lelaki itu tidak menyadari ada sosok lain yang mengikuti Alana juga.
Sosok itu adalah Angkara, entah ada apa dengannya sehingga mengikuti Alana diam-diam. Sejak pertengkaran di lapangan basket, Alana tak lagi mengirimkan pesan padanya, bahkan untuk saling menyapa kala berpapasan di koridor pun Alana enggang menatapnya.
....
Upacara bendera sedang terjadi di lapangan SMA Angkasa. Para siswa telah berjejer rapi sesuai urutan kelas masing-masing, begitu pun dengan inti Avegas dan ketuanya.
Untuk pertama kalinya Alana berdiri paling depan bukan dengan tujuan menggoda Kara. Tetapi untuk membuktikan pada daddynya bahwa ia bisa berubah menjadi lebih baik meski menjabat sebagai ketua geng motor.
Keringat telah menetes dari kening Alana sejak tadi, tetapi gadis itu tetap berdiri tegap dan menghormat pada tiang bendera. Aksinya tak pernah luput dari perhatian Angkara yang tengah menjadi pembaca susunan upacara.
Kenapa rasanya sakit mendapati Alana telah mundur dari mencintainya secara ugal-ugalan? Ia ingin mendekat, ia ingin lebih jauh. Tetapi setiap kali memikirkan hal itu rasa sesak tak tertandingi menghampirinya.
Hingga upacara bendera selesai pun Angkara masih saja memperhatikan Alana, berbeda dengan gadis itu yang sengaja menghindari setiap kontak mata saat tatapan mereka tak sengaja bertemu.
"Al." Gio datang dan langsung merangkul pundak ketuanya. "Katanya hari ini ada razia tas. Gue dapat bocoran dari salah satu anggota osis," bisik Gio.
"Ya sudah sih, gue nggak punya barang mencurigakan di tas. Kalian tuh sering menyimpang rokok."
"Sudah beres Bu Ketua. Rokok aman di warung sebelah," celetuk Roy.
"Narkoboy aman?" Jayden menaikkan alisnya sambil menahan senyum.
"Si anying, lo kira kita senakal itu sampai menyembunyikan Narkobo?." Jevian menyiku perut Jayden.
"Masih waras teman-teman gue ternyata." Alana tertawa. Bertos ala lelaki sebelum berpisah ke kelas masing-masing.
Beberapa menit setelah mereka duduk di bangku, beberapa anggota osis pun datang untuk merazia tas seperti kabar yang beredar sebelumnya. Karena memang osis SMA Angkasa tidak hanya sekedar mengancam, tetapi turun tangan langsung.
Alana menghela napas panjang tahu osis yang masuk ke kelas adalah Tiara juga ketua osis. Tanpa ragu ia menaikkan tas hitamnya ke atas meja untuk di periksa.
"Al," panggil Gio.
"Hm."
"Pujaan hati lo."
"Berisik anjir!" Alana mencubit pinggang Gio agar berhenti mengoceh, bertepatan datangnya Angkara untuk memeriksa tasnya.
"Simpan!" perintah Angkara dengan suara kecilnya, ia takut mendapatkan hal aneh dia tas Alana yang notabenya anak motor.
"Periksa saja, nggak usah sok melindungi. Lo kan ketua osis jujur dan bijak," celetuknya.
Angkara menghela napas, segera membuka tas Alana dan memeriksa isinya. Pergerakan tangan Angkara berhenti kala membuka resleting bagian kecil yang ada dalam tas tersebut. Jantung lelaki itu berdetak tidak menentu. Bahkan tanpa melihatnya lebih rinci pun siapa pun tahu apa benda itu.
"Kenapa berhenti? Sini biar aku yang periksa." Tiara merebut paksa tas Alana di tangan Angkara. Menggeledah bahkan menumpahkan isinya secara acak.
Mata Gio membulat sempurna kala melihat benda putih bersama alat hisapnya terjatuh dari dalam tas Alana.
mana dia nggak dkasih anak lagi
kasiaan banget,
seakan disini marwah dito dipertaruhkan