NovelToon NovelToon
Meant To Be

Meant To Be

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Beda Usia / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

El Gracia Jovanka memang terkenal gila. Di usianya yang masih terbilang muda, ia sudah melanglang buana di dunia malam. Banyak kelab telah dia datangi, untuk sekadar unjuk gigi—meliukkan badan di dance floor demi mendapat applause dari para pengunjung lain.

Moto hidupnya adalah 'I want it, I get it' yang mana hal tersebut membuatnya kerap kali nekat melakukan banyak hal demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan sejauh ini, dia belum pernah gagal.

Lalu, apa jadinya jika dia tiba-tiba menginginkan Azerya Karelino Gautama, yang hatinya masih tertinggal di masa lalu untuk menjadi pacarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

She Didn't Get the Point

...Bagian 16:...

...She Didn't Get the Point ...

...💫💫💫💫💫...

Marah. Karel masih marah. Dia masih enggan bersinggungan dengan Jovanka setelah apa yang terjadi terakhir kali dengan David. Dia masih ingin menghindari gadis itu untuk satu, dua, tiga, atau bahkan sebelas hari lagi. Hatinya perlu ditenangkan. Gejolak amarah di dadanya perlu dipadamkan. 

Dan semuanya buyar hanya karena Eliana. 

Sepulang dari kefe, Karel membiarkan Eliana masuk ke unit Jovanka. Gadis kecil itu melambaikan tangan padanya, dengan senyum yang mengembang penuh. Tidak usah tanya soal Jovanka, sebab Karel sama sekali tidak meliriknya. Jadi dia tidak tahu seperti apa ekspresi yang terpasang di wajah gadis itu saat mereka berpisah beberapa saat lalu. 

Sekarang, di atas kasurnya, Karel berguling tidak tenang. Wangi sabun aromaterapi yang masih melekat di badannya setelah mandi pun, tidak mampu menenangkan pikirannya seperti yang seharusnya. Dia tidak bisa serta-merta memercayakan putrinya kepada orang lain, terlebih itu adalah Jovanka yang sedari awal sudah dilabeli musuh bebuyutan oleh Eliana. Berkali-kali Karel menimbang. Haruskah pergi menyusul ke unit sebelah untuk mengecek keadaan, atau biarkan saja dua manusia beda generasi itu melanjutkan kesibukan—les menyihir, katanya. 

"Susulin aja, daripada nggak tenang." Dari sambungan FaceTime, Gavin memberi saran. Dari background di belakang tubuhnya, lelaki itu masih ada di kantor. Padahal sekarang sudah lewat pukul delapan. 

"Males," sambutnya. Dia berguling lagi, mengubah posisi menjadi tengkurap. "Gue lagi nggak mood lihat wajah Jovanka." 

Di seberang sana, Gavin sambil sibuk membolak-balik kertas. Suaranya terdengar satisfying, seperti konten-konten ASMR yang sering Karel temui di media sosial. 

"Kenapa? Gracia habis bikin kamu kesal lagi?" 

"Jovanka," Karel meralat, penuh ketegasan. "Dia nggak suka dipanggil Gracia." 

Gavin menghentikan aktivitasnya. Map hitam tebal ditutupnya, setengah dilempar ke atas tumpukan berkas lain di meja kerjanya. Lelaki itu meraih ponselnya, membawa wajahnya lebih dekat dengan layar hingga tak banyak lagi yang bisa Karel lihat di latar belakang. "Dia panggil kamu Azerya, padahal kamu nggak suka. Dia juga panggil saya Om, walaupun berkali-kali saya bilang umur saya belum terlalu tua." Gavin memutar kursi, menyandarkan punggungnya santai menghadap terang bulan yang terpantul di kaca jendela besar. "Terus kenapa saya nggak boleh panggil dia Gracia?" 

"Gue nggak suka dipanggil Azerya cuma karena nggak terbiasa," balas Karel. Posisinya berubah lagi. Kini duduk bersandar di headboard ranjang. "Tapi Jovanka beda. Dia nggak mau dipanggil Gracia karena nama itu bawa kenangan buruk buat dia." Karel tidak pernah benar-benar mendengar hal itu langsung dari mulut Jovanka. Ia hanya menyimpulkannya sendiri. Menghubungkannya dengan David yang setengah mampus Jovanka benci. 

"Oh, ya? My bad," ucap Gavin, sarat akan rasa sesal. "Saya kira dia nggak suka dipanggil Gracia cuma karena nggak suka aja." 

"Yang penting sekarang lo udah tahu. Habis ini jangan panggil dia Gracia lagi." 

Gavin mengangguk mengerti. Tapi gerakannya putus-putus dan suara lelaki itu mulai tidak kedengaran jelas lagi. 

Untuk sesaat, Karel mengira jaringan internetnya sedang ada gangguan. Namun tak lama kemudian, penyebab aslinya langsung ketahuan. Setelah Karel memutus sambungan FaceTime dengan Gavin untuk mengecek sinyal, sembilan panggilan tak terjawab dari nomor Jovanka langsung memenuhi notifikasinya. Perasaan Karel langsung tidak enak. Takut terjadi apa-apa pada Eliana. Jadi dia buru-buru memanggil balik nomor Jovanka, dengan dada yang mulai berdebar tidak nyaman. 

Dalam beberapa detik, panggilannya diterima. Tetapi alih-alih Jovanka, Karel malah disuguhi wajah Eliana yang memenuhi layar. Putrinya itu seakan menjejalkan wajahnya di sana, tidak memberikan ruang bagi hal lain untuk in frame. 

"Kenapa, El?" tanyanya. Meski panik, ia berusaha menekan suaranya agar tetap terdengar tenang. 

"Ayah mau ke sini, nggak? Bantuin El." 

"Bantu apa? Kamu lagi kenapa-kenapa di situ?" 

"Ke sini aja dulu, Ayah. Nanti El jelasin." 

"Ayah lagi—" Belum. Belum selesai Karel bicara, telepon sudah diputus duluan oleh Eliana. 

Bersama embusan napasnya yang terasa berat, Karel bangun dari kasurnya. Access card unit Jovanka, tersimpan di atas meja, disambar cepat lalu segera ia keluar unit untuk menghampiri putrinya.

Seperti biasa, sekali tap, pintu unit terbuka. Kakinya terasa berat saat melangkah masuk. Perutnya mulai bergejolak, akibat emosi yang perlahan-lahan kembali merambat naik.

Dikira putrinya sedang kesulitan, atau mungkin mulai bertengkar dengan Jovanka, malah ia temukan dua manusia itu anteng duduk bersebelahan di lantai. Setumpuk kartu mengisi tangan mungil Eliana, selagi Jovanka di sampingnya tampak mencurahkan perhatiannya penuh ke sana.

"Ada apa?" tanyanya, begitu tatapannya bertemu dengan mata boba Eliana.

"Ayah, come here." Si kecil menepuk lantai di sebelahnya, mengundangnya untuk bergabung dengan apa pun kegiatan yang sedang dilakukannya bersama Jovanka.

Karel yang enggan menambah beban pikiran, mendekat. Namun tidak dia iyakan permintaan putrinya untuk duduk, alih-alih berdiri tiga langkah di depannya.

"Ayah...." Eliana mulai merengek. Kecil tangannya menepuk-nepuk lantai, mungkin berpikir bisa menimbulkan bunyi gemuruh menakutkan sehingga ayahnya akan luluh.

Namun kali ini, Karel teguh pada pendiriannya. Ia tidak bergerak sedikit pun dari posisinya, mata menatap lekat wajah kecil dengan pipi tembam menggemaskan di depannya.

"Kamu mau minta bantuan apa dari Ayah?" ulangnya. Lembut dan rendah suaranya, tetapi seharusnya Jovanka bisa menangkap bahwa tidak ada lagi keramahan yang tersimpan di dalamnya.

"El mau tunjukin ke Ayah hasil belajar mantera sama Penyihir," jawab Eliana, sedikit bersungut-sungut. Tumpukan kartu di tangan mungilnya dikocok susah payah, sambil bibirnya mulai cemberut. "Tapi Ayah nggak mau duduk buat lihat."

"Ayah bisa lihat dari sini."

"Tapi kan Ayah...." Protes itu lolos kembali. Kocokan kartunya berhenti.

Dari ekor matanya, Karel mencuri lihat eksistensi Jovanka. Gadis itu menundukkan kepala, sekilas tampak enggan meninggalkan Eliana, namun Karel tahu betul alasannya tak mau mengangkat kepala adalah demi menghindari kontak mata dengannya.

"Lakuin sekarang kalau kamu mau kasih lihat Ayah," kata Karel akhirnya, saat kembali menatap wajah kecil putrinya. "Kalau enggak, Ayah mau pulang."

Makin-makin menjadi wajah Eliana ditekuk. Meskipun pada akhirnya anak itu tetap melanjutkan niatnya. Mengocok kartu, meminta Karel memilih satu dan menyimpannya tanpa Eliana bisa melihat, lalu menebak kartu pilihannya setelah meraba-raba dalam pikirannya selama beberapa detik.

Hal itu terus-menerus dilakukan oleh Eliana selama hampir lima menit penuh. Ia baru berhenti saat tidak menemukan reaksi yang diinginkan dari ayahnya.

Maksudnya, Eliana ingin ayahnya mulai tertarik dan ikut duduk. Agar tercipta kesempatan bagi lelaki itu dan Penyihir berkontak, lalu mereka bisa berbaikan. Di otak kecilnya yang polos, Eliana berpikir menyatukan kembali dua orang dewasa yang sedang bersitegang adalah perkara mudah.

Padahal tidak sesepele itu.

"Ah, Ayah nggak asik," protesnya. Kartu-kartu disusun rapi, lantas dimasukkan kembali ke dalam kotaknya. "Padahal El udah susah payah belajar mantera, biar bisa menebak kartu-kartu yang Ayah pilih. Tapi Ayah sama sekali nggak exited."

"Ayah exited," kilah Karel. "Buktinya dari tadi Ayah ladenin kamu."

"Huh!" Eliana menggembungkan pipinya, melipat kedua tangan di depan dada. Mata bobanya mendelik kesal. "Itu bukan exited, tapi terpaksa. Iya, kan, Penyihir?" Sekonyong-konyong ia lemparkan pertanyaan pada gadis di sebelahnya.

Jovanka yang sedari tadi setengah melamun, tidak siap menerima lemparannya, berakhir tergagap ketika menjawab ya. Takut-takut kepalanya terangkat, mencuri pandang pada sosok lelaki tampan pujaannya yang kini menjelma raja iblis menakutkan.

"Kalau udah selesai belajar mantera, ayo kita pulang. Ada hal lain yang harus Ayah kerjain." Karel mengulurkan tangan kirinya, telapaknya mengepak berkali-kali, minta Eliana segera menyambut.

"Ayah...."

"Ayah hitung sampai tiga, kalau nggak bangun juga, Ayah tinggal. Terserah kamu mau di sini sampai kapan, nggak akan Ayah jemput," ancamnya.

Karena itu, Eliana bangun secepat kilatan cahaya, dan menyambut uluran tangannya. Tidak hanya minta digandeng, anak itu juga melompat-lompat kecil, minta dinaikkan ke gendongan.

Karel menyanggupinya. Bobot Eliana yang tak seberapa bukanlah masalah, bahkan untuk tulang tuanya. Digendongnya anak itu, segera putar balik sebab enggan mengulur waktu terlalu lama.

"Maaf."

Hell... Karel membalikkan badannya lagi, menatap datar sosok Jovanka yang kini berdiri beberapa langkah di depannya.

"Buat apa?" tanyanya malas.

Jovanka menaikkan kepalanya perlahan. Matanya yang biasa dipenuhi percaya diri, kini tampak layu dan penuh kekhawatiran. "Maaf karena udah nyusahin lo perkara David, sampai bikin lo harus berurusan sama polisi." Ia mencicit.

Apakah kemudian hati Karel tersentuh, sehingga dirinya luluh dan menyudahi silent treatment yang dilakukannya kepada Jovanka sejak tempo hari? Tidak. Mendengar permintaan maaf Jovanka barusan malah membuatnya semakin kesal. Karena ternyata... gadis itu sama sekali tidak menangkap poinnya.

"Lo minta maaf sama orang dan dengan alasan yang salah," cetusnya. Ia berbalik lagi, dan sambil melangkah, ia menutup kalimatnya dengan tegas. "Sebaiknya lo renungkan lagi semuanya, Jov. Dan sebelum lo mengerti, better nggak usah interaksi sama gue dulu. Cause I don’t want to deal with someone who doesn’t even understand where her priorities lie.”

Bersambung....

1
Zenun
Emak ama baba nya mah nyantuy🤭
Zenun
Udah mulai buka apartemen, nanti buka hati😁
Zenun
Kamu banyak takutnya Karel, mungkin Jovanka mah udah berserah diri😁
Zenun
asam lambungnya kumat
Zenun
Mingkin Jovanka pingsan di dalam
Zenun
Ayah harus minta maaf sama penyihir🤭
Zenun
Ntar kalo Elliana gede, kamu nikahin lagi
nowitsrain: Takut bgtttt
total 3 replies
Zenun
laaa.. kan ada babe Gavin😁
nowitsrain: Ya gapapa
total 1 replies
Zenun
iya betul Rel, harusnya dia anu ya
Zenun
dirimu minta maaf, malah tambah ngambek😁
Zenun
kayanya lebih ke arah ini😁
nowitsrain: Ssssttt tidak boleh suudzon
total 1 replies
Zenun
Coba jangan dipadamin, biar nanti berkobar api asmara
nowitsrain: Gosong, gosong deh tuh semua
total 1 replies
Zenun
Kan ada kamu, Karel🤭
nowitsrain: Harusnya ditinggal aja ya tuh si nakal
total 1 replies
Zenun
iya tu, tanggung jawab laaa
nowitsrain: Karel be like: coy, ini namanya pura-pura coy
total 1 replies
Zenun
Taklukin anaknya dulu coba😁
nowitsrain: Anaknya Masya Allah begitu 😌😌
total 1 replies
Zenun
Minimal move dulu, Karel🤭
nowitsrain: Udah move on tauu
total 1 replies
Zenun
kau harus menyiapkan seribu satu cara, kalau emang mau lanjut ama perasaan itu
nowitsrain: Awww ide bagussss
total 3 replies
Zenun
Dia santuy begitu karena Gavin sama kaya Karel, belum kelar sama masa lalu🏃‍♀️🏃‍♀️
nowitsrain: Stttt 🤫🤫
total 1 replies
Zenun
Kalo diramahin nanti kebawa perasaan😁
nowitsrain: 😌😌😌😌😌
total 1 replies
Zenun
Minta pijit Kalea enak kali ya
Zenun: hehehe
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!