NovelToon NovelToon
Suamiku Ternyata Konglomerat

Suamiku Ternyata Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Pernikahan Kilat / Nikahmuda / CEO
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Indriani_LeeJeeAe

Satu malam yang tak pernah ia inginkan mengubah seluruh hidup Serene Avila. Terbangun di samping pria asing, ia memilih kabur tanpa menoleh—tak tahu bahwa pria itu adalah Raiden Varendra, konglomerat muda yang bisa mengguncang seluruh kota hanya dengan satu perintah. Dua bulan kemudian, Serene hamil… kembar. Di tengah panik dan putus asa, ia memutuskan mengakhiri kehamilan itu. Hingga pintu rumah sakit terbuka, dan pria yang pernah ia tinggalkan muncul dengan tatapan membelenggu.

“Kau tidak akan menyentuh anak-anakku. Mulai sekarang, kau ikut aku!”

Sejak saat itu, hidup Serene tak lagi sama.
Dan ia sadar, kabur dari seorang konglomerat adalah keputusan terburuk yang pernah ia buat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indriani_LeeJeeAe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 > Darah dan Sumpah Varendra

Suara hujan yang jatuh di luar rumah sakit terdengar seperti ribuan jarum menusuk kaca. Langit kelabu menggantung rendah, seolah ikut menahan napas bersama dunia yang berdiri di ambang kehancuran... atau keselamatan. Di dalam ruang intensif, waktu berjalan dengan cara yang kejam. Setiap detik terasa seperti satu jam.

Serene terbaring lemah, wajahnya pucat nyaris tanpa warna. Napasnya tersengal, matanya terpejam rapat, sementara jemarinya bergerak gelisah di atas perutnya yang membuncit. Monitor di samping ranjang terus berbunyi, mencatat denyut jantungnya dan dua denyut lain yang lebih kecil, namun menjadi pusat dari seluruh kekacauan ini. Raiden Varendra berdiri tak jauh dari ranjang.

Ia tidak duduk. Ia tidak bergerak. Seolah tubuhnya adalah pilar terakhir yang menahan runtuhnya dunia. Tatapannya tertuju pada layar monitor, rahangnya mengeras setiap kali grafik salah satu denyut kecil itu bergetar tidak stabil. Di balik wajah dingin itu, badai kemarahan dan ketakutan berputar tanpa henti.

“Tekanan darah turun lagi,” ujar dokter utama dengan suara tegang. “Jika ini berlanjut-”

“Tidak akan,” potong Raiden dingin.

Dokter itu terdiam.

“Lakukan apa pun yang diperlukan,” lanjut Raiden, suaranya rendah namun mengandung ancaman yang tak perlu diterjemahkan. “Aku tidak peduli dengan protokol. Aku peduli dengan hasil.”

Serene mengerang pelan, tubuhnya bergetar. “Raiden…” bisiknya lemah.

Raiden langsung mendekat, menggenggam tangannya.

“Aku di sini,” katanya cepat. “Dengar aku. Aku tidak akan pergi ke mana-mana.”

Serene membuka mata dengan susah payah. Air mata menggenang di sudut matanya. “Aku takut…” suaranya bergetar. “Aku takut kehilangan mereka…”

Kalimat itu menghantam Raiden lebih keras daripada ancaman mana pun. Ia menunduk, keningnya menyentuh kening Serene. “Aku bersumpah,” ucapnya pelan namun penuh tekad, “tidak ada satu pun yang akan merenggut apa pun darimu. Tidak hari ini. Tidak akan pernah.”

Sementara di lantai bawah tanah, dunia yang berbeda bergerak dalam ritme yang jauh lebih gelap. Fasilitas Varendra yang hanya diketahui oleh segelintir orang, menyala penuh. Lampu putih dingin memantul di dinding baja, menciptakan suasana steril sekaligus menakutkan. Seorang pria duduk terikat di kursi logam. Wajahnya lebam, matanya cekung, napasnya tersengal.

Ia adalah salah satu perantara. Orang yang memastikan manipulasi medis itu berjalan tanpa meninggalkan jejak. Tiba-tiba pintu terbuka. Kemudian Raiden masuk.

Langkahnya tenang, hampir malas. Namun aura yang mengikutinya membuat suhu ruangan terasa turun beberapa derajat. Pria itu mengangkat kepala dengan susah payah. “T-Tuan Varendra…”

Raiden tidak langsung berbicara. Ia berdiri tepat di depan pria itu, menatapnya lama-seolah menimbang seberapa banyak kebenaran yang bisa diperas dari tubuh rapuh itu. “Siapa,” ucap Raiden akhirnya, suaranya datar, “yang memberi perintah?” lanjut Raiden dengan bertanya.

“A-Aku hanya-”

Raiden mengangkat tangan. Dua pengawal langsung melangkah maju setengah langkah. Pria itu tersentak ketakutan. “Nama,” ulang Raiden, kali ini lebih pelan. Lebih berbahaya.

Pria itu terisak. “K-Konsorsium Helix… mereka bekerja sama dengan jaringan medis elit. Mereka bilang kehamilan itu… berbahaya bagi keseimbangan.”

“Keseimbangan siapa,” tanya Raiden.

“P-Pasar… kekuasaan… dan… pewarisan Varendra.”

Kata terakhir itu membuat mata Raiden menggelap. “Lanjutkan.”

“Mereka tidak ingin bayi itu lahir,” lanjut pria itu gemetar. “Tapi mereka juga tidak ingin keguguran yang mencurigakan. Jadi… mereka melemahkan secara perlahan.”

Ruangan itu menjadi hening. Kemudian bunyi retakan kecil terdengar dari sandaran kursi yang diremas tangan Raiden. “Siapa dalang yang ada di dalam keluarga Varendra?” tanyanya lagi.

Pria itu menangis. “Garis Selatan… mereka memberi akses. Mereka ingin posisi.”

Raiden mengangguk pelan. “Terima kasih,” katanya.

Pria itu menatapnya dengan harapan bodoh. “A-Apa aku akan-”

Raiden berbalik sebelum kalimat itu selesai. “Bersihkan!” perintahnya singkat.

Pintu tertutup. Dan jeritan tertahan tidak pernah sampai ke lorong luar.

***

Kembali ke rumah sakit, situasi semakin genting. “Detak bayi kedua melemah!” seru seorang perawat.

Serene menjerit pelan, tangannya mencengkeram lengan Raiden. Yup, saat ini Raiden sudah berada di ruangan Serene. “Raiden!”

Raiden langsung menoleh ke dokter. “Sekarang!”

Dokter itu ragu sepersekian detik. “Jika kita melakukan tindakan ini, risikonya-”

“Risiko terbesar,” potong Raiden tajam, “adalah jika kau tidak melakukannya.”

Dokter itu mengangguk cepat. “Siapkan ruang operasi darurat!”

Segalanya berubah menjadi kekacauan terkontrol. Alat-alat bergerak. Lampu operasi menyala. Serene dipindahkan dengan cepat. Raiden berjalan di samping ranjang dorong, tangannya tak pernah lepas dari tangan Serene.

“Lihat aku,” katanya tegas. “Jangan tertidur. Bicara padaku.”

Serene tersenyum lemah. “Aku… tidak menyangka hidupku… akan seperti ini.”

Raiden menelan ludah. “Aku juga tidak menyangka.”

“Aku hanya mahasiswi biasa…” bisik Serene. “Dan sekarang…”

“Sekarang,” kata Raiden, menghentikannya, “kau adalah istriku. Dan ibu dari anak-anakku.”

Serene menatap Raiden, lalu air matanya jatuh. “Aku takut... aku tidak cukup kuat.”

Raiden menunduk, suaranya berubah lembut namun penuh keyakinan. “Kau adalah wanita terkuat yang pernah aku kenal.”

***

Operasi berlangsung lama. Bahkan terlalu lama. Raiden berdiri di balik kaca, tubuhnya tegang seperti kawat baja. Setiap menit terasa seperti hukuman.

Arlo berdiri di sampingnya, menerima laporan melalui alat komunikasi.

“Konsorsium Helix runtuh,” lapornya. “Aset dibekukan. Para petinggi ditahan.”

“Varendra Selatan?” tanya Raiden tanpa mengalihkan pandangan.

“Hak mereka dicabut. Nama mereka dihapus dari dewan.”

Raiden mengangguk. Namun fokusnya kembali ke ruang operasi. Lampu merah masih menyala. “Aku tidak peduli berapa banyak kekaisaran yang runtuh,” gumamnya pelan. “Jika aku kehilangan mereka…” Ia tidak melanjutkan. Karena bahkan kemungkinan itu terlalu kejam untuk dipikirkan.

Beberapa jam kemudian. Lampu merah padam. Pintu terbuka. Dan Dokter keluar dengan wajah lelah, namun… tersenyum.

“Bagaimana?” tanya Raiden cepat.

Dokter menghela napas panjang. “Kami berhasil menstabilkan ibu dan kedua bayi. Mereka selamat.”

Untuk pertama kalinya malam ini-Raiden Varendra tampak goyah. Ia menutup mata, satu tarikan napas panjang keluar dari dadanya, seolah beban dunia baru saja diangkat. “Terima kasih,” ucapnya lirih.

Dokter itu mengangguk. “Keajaiban.”

Raiden membuka mata. “Bukan,” katanya pelan. “Ini hasil perjuangan.”

Serene terbangun beberapa waktu kemudian. Hal pertama yang ia rasakan adalah... hangat. Tangan Raiden menggenggam tangannya, erat. Ia membuka mata perlahan dan orang yang ia lihat pertama kali adalah suaminya.

“Raiden…?”

Raiden langsung menoleh. “Aku di sini.”

“Anak-anak kita…?”

“Selamat,” jawab Raiden tanpa ragu. “Keduanya.”

Air mata mengalir di pipi Serene. Ia terisak, bahunya bergetar. “Aku takut sekali…”

Raiden menunduk, memeluknya dengan hati-hati, seolah Serene adalah sesuatu yang rapuh dan tak tergantikan. “Aku tahu,” bisiknya. “Dan aku minta maaf.”

Serene menggeleng. “Jangan minta maaf. Kau telah menyelamatkan kami.”

Raiden memejamkan mata. “Tidak,” katanya pelan. “Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang suami.”

Sedangkan di luar sana, dunia menyambut pagi dengan berita besar. Skandal medis internasional. Konsorsium raksasa runtuh. Nama-nama besar jatuh satu per satu. Namun satu nama tidak pernah disebut.

Varendra.

Karena bayangan yang bekerja di balik layar lebih menakutkan dari pada sorotan kamera.

***

Malam kembali turun. Raiden berdiri di balkon kamar khusus, menatap kota yang berkilau. Serene tertidur di belakangnya, tangannya masih berada di perutnya, seolah menjaga dua kehidupan kecil itu bahkan dalam tidur. Kemudian Arlo mendekat. “Semuanya sudah selesai, Tuan.”

Raiden tidak langsung menjawab. “Tidak,” katanya akhirnya. “Belum.”

Arlo terdiam. “Masih ada dalang?”

Raiden menoleh, tatapannya tajam. “Selalu ada,” katanya. “Dan mereka baru saja belajar satu hal.”

“Apa itu, Tuan?”

Raiden menatap langit malam. “Bahwa menyentuh keluargaku-”

Ia berhenti sejenak. “—adalah kesalahan yang tidak bisa diperbaiki.”

Ponselnya bergetar. Satu pesan masuk. “Permainanmu mengesankan, Varendra.”

Raiden tersenyum tipis. Bukan senyum bahagia. Melainkan senyum seorang raja yang tahu, bahwa perang berikutnya akan lebih besar. Dan kali ini, ia sudah siap.

***

Perang apa lagi yang akan terjadi?

Bersambung…

1
Wayan Miniarti
luar biasa thor... lanjuttt
Li Pena: Siap, Akak.. maacih udah mampir ya 🙏🤭
total 1 replies
Sunarmi Narmi
Baca di sini aku Paham kenapa bnyak yg tdk Like...Di jaman skrng nikah kok berdasar Status apalagi sdh kaya....Bloon bnget kesenjangan sosial bikin gagal nikah apalagi seorang Raiden yg sdh jdi CEO dgn tabungan bnyak...Kkrga nolak ya bawa kbur tuh istri dn uang " mu....Cerdas dikit Pak Ceo..gertakan nenek tidak berpengaruh.masa nenek jdi lbih unggul kan body aja ringkih
Li Pena: Terimakasih sudah mampir dan juga menilai novel ini. maaf bila alur tidak sesuai yang diharapkan dan juga banyak salahnya, mohon dikoreksi agar author bisa belajar lebih banyak lagi 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!