"sadar kamu itu cuma Suami yang Aku bayar tujuh ratus ribu, harus nya kamu bersyukur karena Aku menyelamat kan kamu dari kejaran para brandal itu!!, jadi gak perlu kamu ngatur Aku sebelum Kamu mampu jadi suami yang bener!! " bentak Heny marah. Karena Anas, melarang nya keluar.
Heny merasa dunia nya jungkir balik setelah menikah dengan Anas kalau bukan karena paksaan sang Papa mana mungkin Heny mau menikah.
sudah dua bulan sejak menikah Heny tidak pernah keluar rumah karena Arifin huda sang Papa masih di rumah memantau pergerakan nya.
Arifin huda selalu melarang Heny keluar rumah kalau tidak pergi bersama sang suami.
"Kamu kalau mau keluar pergi dengan Suami mu, Papa tidak ijin kan Kamu pergi kalau tidak dengan Suami mu" ucap Arifin huda menekan kata Suami agar putri nya sadar akan status nya sekarang.
bentakan serta ungkitan itu udah biasa menghiasi hidup seorang Anas Magenta Jafar.akan terus terngiang ketika Anas sampai di depan rumah, ketidak berdayaan nya selalu jadi ungkitan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ELLIYANA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
" Ayo turun Papa ajak sarapan" ucap Heny saat Anas sedang sibuk dengan kesedihan.
" Turun aja duluan Aku lagi nggak selera " jawab Anas malas-malasan.
" Nggak bisa gitu, Lo mau apa yang udah kita rencanain berantakan hah " sergah Heny panas karena Anas menolak untuk turun sarapan.
" Yaudah Kamu duluan aja nanti Aku nyusul " jawab Anas memang tidak sedang selera apapun.
" Nggak Gue nggak akan turun kalo nggak sama Lo " jawab Heny lalu duduk di sofa samping Anas. " enak aja turun sendiri-sendiri apa dia pikir papa nggak bakal curiga " batin Heny diam di sebelah Anas.
Anas tidak menggubris Heny mau duduk kek mau terbang sekalian juga Anas tidak perduli, perasaan dan hati nya benar-benar sedang kacau kehilangan sang Ibu satu pukulan berat bagi Anas.
Hari bahagia hanya tinggal Mimpi padahal Anas sempat berangan-angan akan kembali merawat sang Ibu setelah semua perjanjian nya dengan Heny selesai.
Tapi takdir berkata lain justru sang Ibu menghembus kan nafas terakhir bertepatan saat Anas sedang mengucap kan ijab kabul. " Maaf kan Anas Buk" rintih Anas dalam hati merasa sangat berdosa pada sang Ibu.
Anas merasa batin nya perih, penuh penyesalan karena tidak sempat mendampingi sang Ibu saat menghembus kan nafas terakhir nya." Aku mau pulang " ucap Anas setelah berfikir sejenak.
" Apaa.." Heny terkejut mendengar permintaan Anas yang tiba-tiba Akan pulang kerumahnya, " Lo nggak lagi sakit kan?' tanya Henry dengan tangan terulur ingin meraba kening Anas.
" plak...apaan sih?" Anas menepis kasar tangan Heny yang tinggal beberapa inci lagi sampai di jidat nya. Heny membulat kan mata tidak terima perlakuan kasar Anas.
" Nggak perlu terkejut lah, Aku cuma pulang sebentar untuk mengunjungi ma...kam.. Ibuk..ku" suara Anas bergetar dan tercekat di ujung kata, akibat menahan tangis dadanya terasa sangat sesak.
Heny yang tadi nya ingin mencegah agar Anas tidak pulang, Akhir nya hanya bisa menutup mulut dengan kedua telapak tangan nya, tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengar. Heny menatap Anas dalam rasa bersalah menyergap hatinya.
" Maafin Gue" ucap Heny dada nya juga sesak, rasa bersalah begitu menghimpit dada. Seandainya tidak menyeret Anas kedalam masalahnya tentu keadaan tidak akan semakin runyam seperti ini.
Anas melirik Heny, rasa sesak begitu bergelayut di dada. Ingin rasa nya Anas berteriak di depan Heny agar Heny tahu betapa sakit nya kehilangan. Namun wajah cantik itu begitu tenang seolah tidak ada rasa bersalah sedikitpun setelah sekian jauh menjerat Anas kedalam masalah nya.
Heny masih tenang duduk sambil melipat tangan di dada, entah apa yang di pikiran Heny sekarang Anas masa bodoh." turun lah duluan kasian Papa kamu nungguin" titah Anas. masih sempat mikir tentang mertua yang mungkin sudah menunggu kehadiran mereka di meja makan.
" Nggak kalau nggak sama Lo. Gue nggak akan turun" ucap Heny kekeh.
Anas geleng-geleng kepala kenapa bisa takdir nya bertemu dengan perempuan kepala batu seperti Heny. Malas berdebat dan Anas benar-benar lelah kalau harus memperpanjang masalah apa lagi ini masih terlalu pagi pasti malaikat pengantar rejeki akan marah.
" Udah Yuk " Anas bangkit, mengalah lebih baik untuk saat ini.
" Nas maafin Gue ya ?" pinta Heny penuh penyesalan.
" Hmmm udah nggak apa-apa " jawab Anas menyingkirkan tangan Heny dari tangan nya.
Anas sengaja jalan duluan menuju pintu.
" Nas tunggu!?" langkah Anas langsung terhenti dan berbalik menatap Heny yang sengaja jalan lambat menghampiri nya.
" Maafin Gue ya ?" pinta nya sekali lagi setelah tepat berdiri di depan Anas, Heny kembali memegang tangan Anas.
" Lepas ahh.." sentak Anas dengan sengaja mengangkat kasar lengan nya agar rangkulan Heny terlepas.
" Heh...Lo tau nggak ini bagian dari acting biar bokap Gue percaya " ucap Heny dengan suara setengah membentak.
" Halah .Cihh.." Anas membuang muka sambil berdecih muak dengan semua kemauan Heny yang menurut nya Ngadi-ngadi.
Anas membuka pintu, baginya tidak ada skenario lagi, apa pun itu Anas tidak mau menuruti . Anas turun lebih dulu, tidak menyangka langkah nya di susul oleh Heny. dengan sengaja Heny merangkul lengan kokoh Anas saat mereka sama-sama sudah sampai di ahir anak tangga.
Anas diam bukan berarti suka, tidak menolak karena sudah melihat Arifin yang duduk di meja makan.
Arifin menyambut mereka dengan senyuman bahagia, Anas dengan tidak semangat membalas senyuman Papa mertua. pertama kali bagi Anas makan di meja makan mewah sedikit grogi apa lagi tatapan Arifin begitu teduh menatap nya.
" Heny ambilkan nasi untuk suami Mu" tegur Arifin pada putri nya, setelah sepasang pengantin baru itu duduk.
" Dia bisa ambil sendiri Pah " jawab Heny cuek.
" Eh mana boleh kayak gitu dosa sayang. Ya kan Nak Anas " ucap Arifin dengan sabar menghadapi tingkah putri nya.
Anas hanya mengangguk, canggung itu yang Anas rasakan saat ini. " huh..Papa ada-ada saja ngapain cobak harus melayani suami pura-pura juga, tapi nggak apa-apa lah biar Papa yakin dan segera pulang ke Surabaya" monolog Heny dalam hati.
Kemudian menyendok nasi ke piring Anas, " Nih makan lah " ucap Heny meletakan piring berisi nasi dengan cara sedikit kasar.
Arifin cuma bisa geleng-geleng kepala melihat perlakuan anaknya terhadap sang menantu.
" Ayo dimakan !?" ajak Arifin pada Anak dan menantunya.
Suasana hening tidak seperti yang diharapkan Arifin, mulanya berfikir dengan makan satu meja bersama Putri tercinta dan menantu suasana akan menghangat dengan berbagai macam obrolan. Tapi semua itu cuma tinggal harapan karena ulah Putrinya yang keras kepala.
Arifin terlebih dahulu menyelesaikan sarapan nya, walau kurang selera akibat kesal dengan putri nya tapi Arifin memaksakan karena segan dengan sang menantu.
" Nak Anas selesai makan temani Papa ngobrol ya ?" pinta Arifin pada Anas. Arifin bangkit setelah membersihkan kan mulut.
" Nggak bisa Pah. Mas Anas mau nyekar kemakam orang tuanya " tolak Heny langsung, membuat Anas sedih dan marah secara bersamaan.
" Oh... Ya. Yaudah pergilah besok kita buat acara kirim doa untuk orang tua mu ya Nas ?" ucap Arifin tulus.
Anas diam nggak tau harus berkata apa saat ini, Arifin sebagai mertua terlalu baik. Tapi kenapa justru sifat Arifin dan Heny berbanding terbalik, Sifat Heny keras sedang Arifin begitu lembut dan penyabar. Mungkin sifat keras kepala Heny di turun kan oleh almarhum ibu mertua ya bisa jadi begitu karena anak akan memiliki persamaan perangai entah itu dari ayah atau ibu.
hanya kata itu yg bisa kamu maklumi untuk istri mu weh weh weh...
pasti seru 🤣🤣🤣
saya merasa tersaingi