Pacar Bayaran

Rangkaian acara pernikahan Marco dan Allura dimulai dari semaan Al-Qur'an, disusul dengan acara pengajian.

Kegiatan digelar di rumah masing- masing calon pengantin. Tepatnya sebelum acara adat Midodareni yang dilakukan di kediaman Allura tentunya dengan prosesi siraman.

Di mana Marco dan keluarga besarnya datang ke rumah Allura, menyerahkan seserahan yang tidak perlu disebutkan satu persatu karena panjangnya akan melebihi tol Cijago.

Sebelumnya, Allura sudah di-treatment dengan banyaknya perawatan kulit, jamu- jamuan yang sempat membuatnya muntah, bahkan segala ritual adat yang semarak.

Ini kali pertama di keluarga Allura untuk melangsungkan pernikahan dengan adat, riasan paes, kebaya putih, bunga melati, sepatu flat beludru, kain jarik hitam berlipat- lipat melapisi kaki jenjangnya.

Allura, Natalie dan Patricia sudah cantik dengan riasan jawa. Ketiganya diiring ke depan, duduk di sebuah tempat khusus.

Sejauh ini, Allura belum melihat calon suaminya. Entah seperti apa rupa Marco saat ini, Allura tak bisa bayangkan mengingat bagaimana Om Sky, Opa Rega, Papi Esa saja berdandan seperti para Adipati keraton.

Allura merasakan euforia yang cukup berbeda dari pernikahan sebelumnya. Entahlah, di sini dirinya lebih menikmati debar debar dadanya.

Kemewahan khas, bunga sedap malam, souvenir unik, hidangan dengan banyak menu Nusantara disuguhkan dengan cara-cara fine dining.

Semua suara kini menguap, acara inti baru saja akan dimulai. Dimulai dengan bismillah dan kemudian doa- doa pernikahan dirapal.

Sampai, pada saat yang dinanti. Di tempat terpisah bersama pakaian putih- putih khas acara ijab dikenakan. Marco tegakkan tubuh gagahnya menyalami tangan pria paruh baya.

Menjawab dengan lugas kalimat ijab dengan qobul yang dia gemakan. "Saya terima nikah dan kawinnya ... Allura binti Mahesa Bachtiar dengan Mas kawin ... uang senilai tiga juta rupiah beserta emas seberat dua ratus tiga puluh lima gram ... dibayar tunai!!"

Ada filosofinya; tiga juta itu pengingat ketika pertama kali Allura membayar Marco untuk ciumannya. 235 gram emas 24 karat setara dengan berat badan ditambah tinggi Allura saat menikah.

"SAH!!" Kata yang nikmat didengar oleh seluruh insan. Termasuk, Allura yang seketika berdegup kencang irama detak jantungnya.

Semua acara dirasa melelahkan memang, tapi, sungguh Allura tak menyangka jika Marco akan selantang itu ketika mengucapkan ijab qobul untuk menikahinya.

"Bee--" Diiringi dia kakak kembar perempuannya, Marco mendatangi istrinya. Allura yang sudah halal lalu dia cium.

"I love you."

"I Love you too." Allura terpaku pada mata berkaca- kaca pemuda itu.

Marco lantas terisak sesaat, diam, menata ulang raut sendunya, dan untuk sejenak Marco memeluk Kedua kakak kembarnya demi untuk menangis sejadi- jadinya.

Michelle, Marcella. Wanita itu tertawa. "Kamu sudah besar. Kenapa masih cengeng?"

"Mommy maaf." Marco meracau kata itu terus menerus di pelukan kakaknya, Ibunya tiada, seharusnya dia tidak menikah tanpa ibunya.

"Ssstt--"

Rayden menepuk punggung cucunya, tak lama dari itu, seseorang mengusap punggung Marco lembut. Di mana Marco ingat sekali, usapan itu usapan khas ayahnya.

Marco masih memejamkan mata, tapi segera beralih memeluk ayah yang merentangkan kedua tangannya. Menyiapkan dada bidang untuk putra tampannya.

"Tidak usah memaafkan aku." Marco meracau terus menerus, Kaesang menjadi melankolis, seketika teringat akan istri tercintanya.

"Sudah...," putus Kaesang. "Papi ingat saat mengusir' mu. Kau membuktikan, meski tanpa embel- embel keluarga Mas Rafael, kamu bisa berdiri di kaki mu sendiri."

Marco terisak- isak. Dia cengeng memang, tapi beginilah Marco. Rapuh untuk urusan ibunda tercinta. Betapa perasaan bersalah terus muncul secara menerus.

Melihat situasi teramat sendu, Rayden berikan instruksi darurat. "Sekarang bawa dua mempelai pengantin ke dalam."

Segera dilaksanakan, Marco perlu rehat sejenak untuk menepis ingatan tentang ibunda yang mungkin sedang tersenyum di surga sana. Allura pun ikut diiring ke dalam.

Tamu dari seluruh kalangan yang hadir mulai menikmati hidangan. Musik kian mengiringi jalannya acara.

Sementara di dalam, Allura dan Marco perlu mengganti pakaian putihnya dengan busana adat yang lainnya.

Satu jam beristirahat. Allura pun dirias dengan pakaian yang berbeda. Kemben hijau gelap, kain putih dengan batik tulis asli, melingkar di dada hingga turun ke pinggang.

Ada selendang yang mengisi dua lengan mulus Allura. Cantik adalah definisi yang tepat untuk menggambarkan wanita itu.

Marco gagah dengan kain yang meliuk di bawah perutnya. Separuh dadanya terbuka, ada hiasan keris di pinggang dan sepatu kerucut keemasan yang khas.

Allura, Natalie dan Patricia, mereka pikir, mereka akan tertawa melihat rupa Marco, ternyata justru terpana pada kegagahannya.

Bagaimana tidak, jika dahulu tokoh gagah seperti itu hanya bisa dilihat di film laga dengan tema kerajaan, maka Marco layaknya Raja yang sejati, hari ini. Gagah, berwibawa, auranya seketika berbeda, mungkin ini yang dinamakan nyaris sempurna.

"Hello--" Marco menjentikkan jarinya di depan ketiga Tante Tante tersebut. Seketika, Allura menginjak kaki Natalie dan Patricia.

"Marco suamiku!" klaimnya.

"Iya- iya...," malas Natalie. Patricia pun sama, hanya menyengir kecut saja.

Mereka kemudian diiring keluar kembali, berlanjut acaranya, sampai prosesi panggih selesai, pernikahan dilanjut dengan kirab, ada 15 kereta kencana dengan 35 kuda yang digunakan untuk mengiringinya.

Allura ingat film di mana seorang ratu dinaikan kereta kencana disandingkan dengan raja tampan. Di belakang, para punggawa mengawal pasukannya.

Persisnya mungkin seperti ini. Allura di sisi Marco yang tak pernah mau melepaskan genggaman tangannya.

"Terima kasih, Sayang." Marco berbisik bisik di sela senyum yang mengembang untuk para tamu yang memapas keretanya.

"Terima kasih untuk apa?"

"Mau menerima ku apa adanya. Bahkan meski aku impoten."

Allura tertawa. "Aku lebih suka begitu. Supaya kau tidak akan pernah selingkuh!"

Sontak, Marco melirik. "Oh, jadi begitu maksudnya?"

"Aku bosan dengan perselingkuhan. Aku tidak suka perselingkuhan," kata Allura tegas.

"Aku tidak akan selingkuh. Meski aku bisa memuaskan lima wanita sekaligus, pun aku tidak akan pernah selingkuh. Trust me!"

"Aku percaya." Allura mempererat genggaman tangan Marco kemudian. "Aku mencintai mu, suami ku."

"Aku juga istriku."

Marco menyingsing senyum yang begitu impresif. Akhirnya meski banyak liku, dia bisa bersatu dengan wanita tangguh itu.

...NB: Natalie akan ditulis tipis tipis saja gaiss, semoga retensi Marco bagus, ya. Tapi, walau nggak dapet duit pun, ya udah lah, gpp... Asal jgn berharap lebih buat update gila- gilaan kayak yg lain... Dari dulu Pasha nggak bisa crazy up......