Berjuang dengan penyakit yang dia derita selama ini malah mendapatkan pengkhianatan dari suami.
Arkan. Suami yang dia percaya selama enam tahun untuk menjaga anaknya, malah mengkhianatinya.
Yang membuat dirinya sakit hati, ternyata Arkan sedang bercinta dengan perawat yang bekerja di rumahnya untuk membantunya sembuh.
Nyatanya mereka berdua mengkhianatinya, saat itu juga dia bertekad untuk membohongi keduanya supaya kebusukan yang mereka lakukan terbongkar.
Bisakah Amel membongkar semua kebusukan yang mereka lakukan selama ini? Atau memilih setia dalam rumah tangga untuk kebahagiaan kedua anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tiarasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 24 : merindukan belaianmu
Sudah satu minggu lebih Arkan bertemu dengan Lea, wanita itu membuatnya sangat tergila-gila apalagi dengan tubuhnya. Membayangkannya saja ia sudah terangsang apalagi menikmatinya.
Arkan mengantarkan minuman untuk Amel, wanita cantik yang berada di kamar tersenyum saat melihat suaminya datang.
"Mas." ucap Amel melihat Arkan datang membawa jus jeruk kesukaannya, Arkan duduk di pinggir ranjang.
"Ini buat kamu." Amel tersenyum lalu mengambil jus yang diberikan Arkan.
"Makasih mas." Amel meneguk minuman tersebut, tanpa memiliki rasa curiga sedikitpun Amel menghabiskan minuman itu.
Arkan mengambil gelas yang diberikan Amel, gelas tersebut sudah kosong tinggal menunggu reaksi dari wanita ini. Tidak butuh waktu sejam obat itu bekerja, Amel mengatakan kalau dirinya sangat ngantuk.
Arkan meminta Amel untuk tidur dan menyelimuti tubuh istrinya, "Selamat tidur istriku. Aku harap kamu tidur selamanya."
Takdir mungkin berpihak kepadanya, Rev dan juga Lilian pergi dari rumah. Katanya mereka sedang ada acara, apalagi Lea datang membawa sarapan untuk Amel saat wanita itu masuk ke dalam kamar.
"Loh ternyata ada pak Arkan." tutur Lea saat melihat Arkan ada di kamar.
"Pak ini sarapan untuk nyonya. Oh ya kenapa Bu Amel belum bangun ya, apa dia tidur lagi?"
"Ya. Mungkin efek obat jadi dia sering kebanyakan tidur." Lea mengangguk, Arkan meletakan piring dan juga air putih buat sarapan Amel.
Saat Lea ingin pergi tiba-tiba saja Arkan menahannya, Lea mengerutkan kening melihat kelakuan Arkan.
"Ada apa, pak?" tanya Lea dengan bingung, lelaki itu bangkit dan melangkah menuju pintu.
Ternyata pintu itu dikunci oleh Arkan, lelaki itu berbalik saat pintu sudah dikunci.
"Pak, kenapa pintunya di kunci? Nanti kalau ada yang masuk untuk melihat kesehatan ibu gimana." kata Lea mulai merasa takut saat Arkan mulai mendekat.
"Kamu gak perlu khawatir Rev, Lilian tidak ada di rumah jadi kita bisa bebas berduaan di sini." ucap lelaki itu, lalu Lea melirik kearah Amel.
Arkan tersenyum, "Masalah istri saya sudah saya atasi. Dia sudah tertidur mungkin besok pagi sudah bangun."
"Maksud bapak?"
Arkan mendekat saat tangan lelaki itu berhasil menyentuhnya, "Karena wanita pengganggu itu sudah saya berikan obat tidur, kamu tidak perlu khawatir nanti ada yang mengganggu aktivitas kita."
"Tapi pak..." Arkan menahan bibir Lea menggunakan jari telunjuk, lelaki itu terus menatap dan melihat kecantikan yang dimiliki Lea.
Kulit yang putih mulus, hidung yang mancung, memiliki pipi yang berisi dengan tubuh yang langsing. Sangat sempurna, apalagi di dalam sana terdapat dua gunung yang sempurna.
Tanpa menunggu lagi Arkan dengan cepat menyebrang bibirnya, bibir yang memang sudah tergoda dari tadi. Lea awalnya menolak tapi lama kelamaan dia sangat menikmatinya, di kamar dengan Amel membuatnya sangat tertantang. Apalagi Amel tidak berdaya, mungkin kalau wanita itu bangun ia akan marah.
Arkan terus menciumi bibir Lea, tangan nakalnya itu melepaskan baju yang dikenakan Lea. Sekarang tubuh wanita ini sudah tidak memakai pakaian, Arkan mulai tergoda dengan keindahan tubuh Lea yang begitu sempurna.
Arkan meminta Lea untuk naik ke ranjang, tanpa menunggu lagi Lea naik dan Arkan mulai menggila saat merasakan tubuh pembantu ini. Di depan istri sah dia dengan sengaja membelai dan menjamah tubuh wanita lain.
Gerakan cepat yang diberikan Arkan sangat diimbangi oleh Lea, kasur yang mereka tiduri sudah terguncang akibat gempuran dahsyat yang mereka lakukan. Seluruh tubuh Lea sudah dia kuasai dalam satu hari ini, Lea semakin mengerti dengan permintaannya.
Entahlah sudah berapa kali mereka melakukan kegiatan panas ini, keduanya tidak peduli berapa kali mereka lakukan sampai mereka berdua memiliki banyak gaya untuk bercinta.
***
Sekitar jam dua belas malam Lea dan juga Arkan terbangun, mereka saling menatap dan Arkan menindih tubuh Lea kembali.
"Tubuhmu kenapa rasanya sangat longgar. Tidak biasanya, aku rasa kamu harus minum jamu kuat supaya vaginamu terasa sempit seperti dulu." ucap Arkan yang mengelus rambut dan membelai wajah Lea.
"Bapak tentang aja saya akan melakukannya." jawab Lea dengan manja, dia tidak tahu saja kalau keperawanan yang dimiliki Lea sudah diambil.
Arkan melirik Amel yang masih terpengaruh dengan obat tidur, "Kasihan juga kamu udah penyakitan malah semakin tidak berdaya."
Lea mendengar ucapan yang diberikan Arkan kepada wanita yang kini terpengaruh oleh obat tidur, "Kamu ini jahat sekali, kamu tega melakukan itu di saat kamu ingin melakukan sesuatu kepadaku."
"Aku akan melakukan segala cara untuk bertemu denganmu, walau aku harus menyakiti istriku sendiri. Ini semua demi kamu sayang, kalau bukan kamu aku mana bisa melakukan ini." kata Arkan, lelaki itu mencium seluruh wajah Lea.
Malam panas itu dilanjut di kamar Lea, mulai melakukan hal itu di kamar mandi sampai di ranjang yang sudah dipenuhi hawa panas. Arkan sangat menyukainya, begitupun dengan Lea yang menikmati apa yang dilakukan Arkan.
"Pak gimana kalau kita liburan." tutur Lea yang kini masih di tempat tidur sambil memeluk manja.
"Liburan?" Lea mengangguk sambil memainkan tubuh Arkan, Arkan sangat menyukai kenakalan Lea dia malah menikmati sentuhan dari tangan wanita cantik ini.
"Kamu mau liburan kemana?" Arkan menatap wajah Lea, Lea pun sama sepertinya wanita ini sedang memikirkan sesuatu untuk liburan kemana.
"Gimana kalau kita ke Bali. Aku belum pernah ke sana, boleh ya kita ke sana." ucap Lea sepertinya wanita ini sedang memohon, dalam sekejam permohonan itu dikabulkan.
Arkan kembali ke kamar Amel, ternyata wanita itu sudah mandi tinggal sarapan.
"Kamu sudah bangun sayang." kata Arkan yang melihat Amel di urus oleh art, Amel tersenyum melihat kedatangan Arkan.
"Istri saya sudah diberikan makan?" tanya Arkan yang melirik art yang mengurus Amel, ternyata perawat istrinya lebih cantik dari Lea.
"Belum tuan ini saya mau nyiapin nyonya." timpal wanita bernama Imelda.
Arkan melangkah dan mengambil mangkuk bibir yang berada di tangan Imel, "Sudah biar saya aja kamu siapkan yang lain saja."
"Baik tuan." wanita itu pergi setelah memberikan semangkuk bubur kepada majikannya, Arkan dengan sabar menyuapi Amel dengan bubur.
Selesai sarapan Arkan meminta madam Rini untuk mengajak istrinya jalan-jalan, sedangkan ia pergi bekerja. Selama di perjalanan Arkan selalu memikirkan wanita bernama Imelda, wanita yang diperintahkan untuk mengurus istrinya.
"Kenapa Imelda lebih sempurna. Atau jangan-jangan aku suka dengannya? Tidak masalah bukan untuk menikmati tubuhnya." batin Arkan selama lelaki itu melakukan perjalanan menuju kantor.
Pulang dari kantor Arkan menjenguk Amel, ternyata istrinya sudah tidur lagi. Hanya Imelda yang masih di sana untuk menyelimuti tubuh Amel.
"Terima kasih kamu sudah mau merawat istri saya." ucap Arkan dengan tulus sambil melihat keadaan Amel, lalu pria itu kembali menatap Imelda.
"Sama-sama tuan. Ini sudah menjadi tugas saya untuk membantu mengurus ibu."
Arkan melangkah kearah Imelda, Arkan dengan sengaja meraba paha mulus wanita ini. Imel sedikit terkejut saat tangan majikannya mulai masuk dan meraba tubuhnya.
"Pak." Imel menahan tangan nakal dari majikannya, tetapi Arkan malah menyingkirkan tangan yang mengganggunya.
Imel dengan terpaksa mengigit bibirnya dengan kuat, Arkan sudah masuk ke bagian sensitif Imel yang sangat empuk dan belum disentuh oleh siapapun.
"Apa kamu sudah merasakan sentuhan ini?" tanya Arkan membuat Imel menggeleng.
"Ini pertama kalinya ada laki-laki yang menyentuh tubuh saya. Mungkin bapak yang pertama, saya belum pernah merasakan sentuhan ini." jawab Imel dalam keadaan mereka masih ada di kamar.
"Baguslah kalau gitu. Saya akan memberikan sesuatu yang menyenangkan untuk kamu, kamu harus mengikuti perintah dariku kalau kamu ingin merasakan kenikmatan yang sebenarnya." kata Arkan, Arkan menghentikan gerakannya dan kembali pergi.
Imel sangat tersiksa saat majikannya menyentuh tubuhnya, ini pertama kalinya dia merasakan sentuhan dari laki-laki. Seumur hidup ia belum pernah dijamah oleh laki-laki, dan sekarang tubuhnya sudah diambil oleh majikannya sendiri.