Aaron Dixon Destawara Adiyaksa, adalah laki-laki dingin berwajah tampan itu adalah CEO DDA Group. Dia cucu dari seorang konglomerat yang banyak menyukainya dan mengaguminya.
Alya Dinara Austin, gadis yang melamar jadi pelayan di rumah Aaron.
"Kenapa kamu mau jadi pelayan?"
"Hanya butuh pekerjaan."
"Pelayan itu pekerjaan rendahan."
"Tidak mengapa, pekerjaan apapun itu baik dan hasilnya uangnya juga halal."
Akhirnya Aaron menerima Alya sebagai pelayan di rumahnya untuk melayani dan mengurus kakeknya yang sedang koma beberapa bulan. Awalnya pelayan biasa, tapi lama kelamaan jadi pelayan yang dapat di percaya. Bahkan di senangi oleh sang empunya rumah.
Apakah ada percikan cinta antara Aaron dan Alya? Simak kisah mereka yang penuh intrik dan misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Aaron Kesal
"Nona di dalam ada tamu," kata Sita memberitahu Alya ketika gadis itu baru selesai meeting dengan kepala bagian.
"Tamu? Siapa?" tanya Alya.
"Katanya anda pasti tahu dan sangat mengenalnya, dia tidak mau menyebutkan namanya. Dan sepertinya dia sangat marah," jawab Sita lagi.
Dahi Alya mengerut, dia tidak tahu siapa tamu yang sangat di kenalnya. Kalau papanya, sudah tentu Sita tahu betul. Apakah pak Gun?
Tapi katanya seperti marah, siapa yang datang marah-marah ke kantornya?
"Ya sudah, aku masuk dulu. Oh ya, nanti mbak Sita mintai laporan semua kepala bagian ya. Aku mau memeriksanya, hari ini harus sudah ada di mejaku. Aku sudah bilang sama mereka hari ini harus selesai berkas laporannya," ucap Alya.
"Baik nona."
"Oh ya, sekalian laporan keuangan jam dua harus masuk. Karena mau aku tanda tangani rekap gaji karyawan," ucap Alya lagi.
"Apakah ada tambahan bonus nona? Sudah hampir enam bulan belum ada bonus turun," ucap Sita.
"Hmm, nanti aku hitung lagi semuanya. Makanya aku mau lihat berkas laporan dari tiap kepala bagian," ucap Alya lagi.
"Baik nona."
Alya segera masuk ke dalam ruang kantornya, membuka perlahan. Dia masih penasaran siapa tamu yang tidak ada dalam jadwal atau membuat janji lebih dulu dengannya.
Matanya mengedar ke segala penjuru, tidak melihat siapa pun di dalam ruangannya. Dia berjalan menuju meja kerja, meletakkan berkas di mejanya.
Saat dia duduk, langkah kaki berjalan mendekatinya. Alya mendongak, tampak laki-laki dengan berkas di tangannya dengan tatapan dingin. Alya kaget melihat laki-laki itu, tapi kemudian dia tersenyum ramah.
"Selamat siang tuan Aaron," sapa Alya seperti tidak ada apa pun.
Aaron tersenyum miring, di wajahnya tampak sekali kekesalan pada Alya. Dia meletakkan berkas di meja depan Alya.
"Alya Dinara Austin, anak seorang ilmuwan, seorang peneliti luar negeri. Menjadi CEO Holiday Care sejak dua tahun lalu, bekerja jadi pelayan di rumah Aaron selama tiga bulan lebih. Melayani seorang kakek yang nyatanya adalah sahabat dari kakeknya sendiri," ucap Aaron dengan tatapan sinis dan penuh kekesalan.
Tatapan dingin itu membuat Alya jadi menunduk, bukan merasa malu. Tapi dia memang bersalah pada laki-laki itu, di pandangi berkas yang ada di mejanya. Di buka lalu membacanya, biodata dirinya kemudian lembar berikutnya adalah semua data keluarga serta prestasi yang dia raih.
Alya menutup kembali berkas tersebut, menatap pada laki-laki yang sedang marah itu.
"Maafkan saya tuan Aaron," ucap Alya.
"Ck, kenapa hanya aku yang tidak tahu identitas kamu? Apa yang kamu cari masuk ke keluargaku hah?!" tanya Aaron tidak terkontrol emosinya.
"Saya tidak mencari apa-apa, hanya ingin merawat sahabat dari kakekku. Itu saja," jawab Alya.
"Tidak mungkin! Kamu sengaja masuk ke rumahku, menyodorkan ijazah sarjanamu. Kamu mau menipuku?!"
"Tuan Aaron, saya tidak menipu anda. Tidak ada untungnya saya menipu anda," kata Alya membantah tuduhan mantan majikannya itu.
"Kamu bahkan pergi ke Singapura, pasti menemui kakekku?"
"Selain menemui tuan Adiyaksa, aku juga punya pekerjaan di sana."
"Heh, pantas saja aku pernah melihatmu di hotel itu. Kamu mengikutiku sampai di hotel, itu karena aku menggunakan jasa travelmu. Sehingga kamu juga bermalam di hotel yang sama," ucap Aaron mendekat pada Alya.
Tatapannya tidak sedingin tadi, hanya saja tatapan itu membuat Alya heran. Wajah Aaron mendekat, hanya berjarak tiga puluh senti dari wajah Alya. Alya menoleh ke samping, dia tidak mau berlama-lama menatap wajah Aaron yang terlalu dekat.
"Apa yang kamu cari? Apa kamu menyukaiku?" Pertanyaan Aaron membuat Alya kembali menoleh dan menatap laki-laki itu.
"Anda emosi tuan, maafkan saya kalau saya berbohong pada anda. Tapi saya hanya menepati permintaan papaku saja, itu saja. Bukankah tuan Adiyaksa sudah lebih baik setelah di rawat di Singapura?"
"Kakek, kamu memanggil kakekku juga kakek kan? Kakekku memintamu memanggilnya kakek. Hah, jelas sekali kalian punya rahasia juga. Pak Gun, dia juga menyembunyikan identitasmu yang sebenarnya. Sungguh aku bodoh sekali," ucap Aaron.
"Maafkan saya tuan Aaron, saya tulus menjaga tuan Adiyaksa. Makanya saya tidak mau menerima pemberian anda dan kakek anda," ucap Alya.
"Ya, karena kamu sudah memiliki segalanya," ucap Aaron lagi.
"Tidak. Ada sesuatu hal yang tidak bisa di nilai dengan uang , tuan. Apa anda tidak mengetahuinya? Ketulusan, tidak bisa di nilai dengan harta. Saya tulus menjaga dan merawat kakek anda, dari keserakahan dan jahatnya cucu, menantu dan anaknya," ucap Alya lagi.
Aaron menarik napas panjang, dia kembali berdiri tegak. Membuang pandangan ke arah lain, Alya masih memandang laki-laki yang sudah tidak emosi lagi.
"Apa ..., anda kesini hanya untuk ini saja?" tanya Alya sedikit ragu.
Aaron menoleh, kembali menarik napas panjang dan melangkah menuju sofa. Mengambil satu berkas lagi di tasnya lalu di berikan pada Alya.
"Kamu sengaja menunda dan tidak merespon berkas ini?" tanya Alya.
Alya melihat berkas di tangan Aaron, dia tahu itu berkas milik Kencana Bali hotel yang sudah beberapa bulan tidak di tanggapi. Bahkan beberapa kali mengirim proposal tidak juga di tindak lanjuti.
"Maafkan saya tuan Aaron, saya belum memeriksanya," jawab Alya.
"Apa harus aku yang mengajukan proposalnya? Kamu dendam pada om Jerry?"
"Tidak."
"Ck, sekarang saya yang mengajukan kerja sama itu. Apa kamu mau menolaknya?" tanya Aaron.
"Akan aku pertimbangkan, karena akhir-akhir ini banyak juga yang mengajukan kerja sama dengan Holiday Care. Program perusahaan kami ke depan bukan hanya di luar negeri saja, tapi sudah keluar mancanegara," kata Alya lagi.
"Mungkin kamu mempertimbangkannya karena aku yang mengajukan?" tanya Aaron.
Alya diam, tatapannya lain pada laki-laki di depannya. Tapi kemudian dia membuang wajah ke arah lain, kemudian menunduk.
Aaron tersenyum miring, lalu mendekat lagi.
"Aku akan tunggu kamu di kantorku, memastikan proposal itu tidak di terima atau segera di laksanakan perjanjian kerja samanya," ucap Aaron tersenyum tipis.
"Tuan itu tidak bisa cepat begitu saja."
"Aku tunggu kamu besok ke kantorku."
Dia menatap wajah Alya yang kaget dengan ucapannya, kemudian berbalik dan keluar, berpapasan dengan Sita yang masuk juga menemui Alya. Dia kaget melihat Aaron pergi dengan wajah berbeda sebelum bertemu dengan Alya.
"Tadi dia marah-marah, kenapa jadi berseri begitu? Apa nona Alya membuatnya senang?"
_
_
*******
si ratih pasti ngundang si samangka 😅