Shana bersedia menjadi pengganti bibi-nya untuk bertemu pria yang akan di jodohkan dengan beliau. Namun siapa yang menyangka kalau pria itu adalah guru matematika yang killer.
Bagaimana cara Shana bersembunyi dari kejaran guru itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24 Gadis itu
.......
.......
.......
Ajakan bertemu Regas di tolak oleh Cintya, kekasihnya. Perempuan itu sedang ada syuting untuk endorse sebuah produk. Maka dari itu Regas sengaja mengajak Daniel keluar untuk mencairkan suasana hatinya yang buruk. Namun setelah ia berhasil mengajak sahabatnya itu, ada rasa yang tak puas. Karena sesungguhnya bukan bertemu dengan Daniel yang ia inginkan, tapi bertemu dengan Cintya.
Regas tetap menatap taman di tengah cafe yang tampak asri dengan perasaan tak menentu. Seringkali Cintya menolak untuk bertemu dengan berbagai alasan. Namun dia paham itu karena intensitas pekerjaan Cintya yang membludak. Akan tetapi kenapa hatinya tetap tidak tenang.
Ocehan Daniel yang ingin membuat suasana hatinya cerah tak membuatnya membuka suara.
" ... Murid yang kocak misalnya." Daniel memberi referensi topik pembicaraan. Regas menghela napas. Ada perasaan mengganjal di sana. "Baiklah, aku cukup menemani mu saja disini." Daniel menyerah.
Tiba-tiba Regas terhenyak. Bola matanya menemukan sesuatu. "Shana ...," desisnya tanpa disengaja ketika ia melihat gadis itu melintas.
Daniel yang mendengar Regas mengucapkan sesuatu yang samar, menoleh. Namun yang ia dapati adalah pria itu tengah melihat lurus ke depan. Berbeda dengan tadi. Bola mata itu melebar, sedikit berbinar. Kepala Daniel menoleh ke arah yang sama. Di depan sana ada seorang gadis. Tengah berjalan melewati dinding kaca di dekat tempat mereka berdua duduk.
"Siapa?" tanya Daniel yang enggan menunda untuk mencari tahu.
"Muridku," sahut Regas singkat, masih dengan pandangan ke arah yang sama.
Ini di luar dugaan. Ia pikir Regas pasti enggan menjawab seperti ketika ia berusaha menghibur pria ini karena kekasihnya.
"Oh ...." Daniel melihat lagi ke arah gadis yang di sebut Regas muridnya itu. Nampak gadis itu berhenti di salah satu kursi. Berbincang sebentar dengan seseorang, lalu pergi. "Murid kesayangan?" tanya Daniel sekedar mencari bahan pembicaraan. Ia tidak berharap banyak.
"Bukan," jawab Regas dengan sebuah dengusan.
"Aku pikir murid kesayangan mu karena kau tampak antusias ketika melihatnya muncul." Karena merasa akan di jawab lagi oleh Regas, Daniel meneruskan obrolannya.
"Dia itu penipu," ucap Regas.
Daniel agak terkejut. Bukan hanya karena kalimat Regas yang menyebut muridnya adalah penipu, akan tetapi sebuah sunggingan senyum yang meluncur bersamaan ketika pria ini mengatakan siapa gadis itu.
Jika benar gadis itu adalah penipu, kenapa Regas justru tersenyum? Meski samar, Daniel menangkap momen sesaat tadi. Senyuman itu terlihat istimewa karena sejak pertama dia bertemu dengan Regas di cafe ini, pria itu belum menunjukkan sebuah senyuman yang murni.
"Penipu? Kenapa gadis itu seorang penipu? Bukankah dia itu muridmu?" Daniel yakin bahwa senyuman itu bukan suatu kebanggan bola Regas benar-benar mendapatkan murid seorang penipu.
"Dia menipuku. Bukan sebagai murid dan guru, tapi sebagai orang lain." Kali ini Regas menoleh pada Daniel. Wajahnya tidak kusut seperti tadi.
"Hmmm ... Aku tidak paham konteks penipuan yang kamu maksud." Jujur, Daniel agak kebingungan. Meski ia seorang manajer di kantornya, ia tak mampu mengerti apa yang di katakan Regas.
"Merta membuatkan janji kencan untukku dengan seorang perempuan. Dia bilang itu teman kerjanya, tapi yang menemui ku di cafe itu adalah dia."
"Gadis itu?" tanya Daniel meyakinkan apa yang ia tangkap sesuai dengan jalan cerita yang di katakan Regas. Dia mengenal Merta karena sepupu Regas itu adalah bawahnya di kantor.
"Ya. Muridku."
"Bukannya dia memang tampak lebih muda jika itu benar adalah teman Merta?"
"Awalnya aku tidak berpikir dia adalah gadis yang masih sekolah. Karena dia memoles dirinya dengan penampilan seorang wanita yang sudah dewasa. Jadi aku pikir dia adalah wanita dewasa dengan wajah yang tampak awet muda."
Regas terlihat bersemangat ketika bercerita. Meskipun ada pertanyaan yang sungguh mengganjal di hatinya, Daniel mencoba mengikuti dulu cerita yang Regas sajikan. Ia tidak mau momen ini hilang. Ya, dia cukup tahu ketika Regas banyak diam seperti tadi.
"Lalu kau menemuinya lagi, atau dia menyapamu di sekolah ketika kalian bertemu?"
"Tidak keduanya. Justru dia sengaja kabur dan mengelak ketika aku menanyakan padanya tentang pertemuan di cafe waktu itu." Nada Regas ketika bercerita terdengar damai.
"Kenapa kau yakin bahwa perempuan itu adalah muridmu?" Daniel antusias dengan obrolan ini. Menurutnya ini seru. "Di samping wajahnya yang mungkin memang sama, tapi kan ada kemungkinan hanya wajahnya saja yang sama. Namun kemungkinan besar mereka adalah orang yang sama, hanya beberapa persen saja."
"Karena aku punya bukti."
"Bukti?"
"Tanpa sengaja, dia menjatuhkan kartu pelajarnya." Mata Regas berbinar merasa memang ketika mengatakannya.
"Itu bukti yang kuat, Regas." Daniel tergelak. Regas tersenyum. "Lalu gimana reaksinya ketika tahu kau menemukan kartu pelajar miliknya?"
"Aku baru saja memberi tahu kartu pelajar miliknya ketika tak sengaja ia membutuhkannya untuk pertandingan voli sebentar lagi." Masih melekat di ingatan ketika gadis itu berada di ruang guru siang tadi.
"Jadi ketika pertama kamu tahu bahwa muridmu itu adalah perempuan yang menemui mu di cafe, kamu tidak langsung menunjukkan kartu pelajarnya?" tanya Daniel heran.
"Yah. Aku baru memberi tahunya siang tadi."
Kepala Daniel manggut-manggut perlahan. Ia merasa ganjil. Regas tampak bersemangat mengulur waktu untuk menangkap basah gadis itu. Bahkan terlihat menikmati.
"Dia kembali," desis Regas lirih ketika melihat Shana muncul lagi di cafe.
Daniel langsung menoleh ke arah masuk cafe. Jika tadi dia hanya melihat ke arah gadis itu karena sekedar ingin tahu, sekarang ia benar-benar memperhatikan gadis itu karena cerita dan respon Regas. Ia lebih ingin tahu daripada awal tadi.
Bola mata Regas mengikuti kemana gadis itu pergi. Begitu juga Daniel. Mereka berdua serempak untuk fokus pada Shana karena tidak ingin kehilangan target.
Kali ini gadis itu berjalan masuk. Bukan hanya ke area outdoor cafe seperti tadi, tapi masuk lebih ke dalam area cafe. Hingga muncul di dekat tempat mereka berdua. Tepatnya di depan meja kasir. Sepertinya mereka tampak akrab.
"Dia muridmu juga?" tanya Daniel.
"Siapa?"
"Anak muda yang ada di balik meja kasir," tunjuk Daniel dengan dagunya. Regas mencoba mengamati anak muda yang di maksud Daniel.
"Bukan."
"Oh, aku pikir dia muridmu juga karena sepertinya gadis itu akrab sekali."
Bola mata Regas kembali memfokuskan pada pria yang ada disana. Dia yakin memang bukan muridnya. Shana tampak ceria ketika mengobrol. Bahkan ia tertawa.
Padahal gadis itu jadi kutu dan robot ketika di depanku.
Mata Regas tidak berhenti menatap ke arah Shana. Hingga tidak sengaja kepala gadis itu melihat ke sekitar, mata mereka bertemu. Sepersekian detik, mata itu langsung melebar. Kemudian memalingkan muka dengan sengaja.
Sepertinya dia paham kalau ini adalah aku.
Tiba-tiba Regas berdiri. Daniel menatap Regas heran.
"Ada apa?"
"Aku akan bayar minuman lebih dulu sebelum pergi," ucap Regas.
"Kau sudah mau pergi?" tanya Daniel tidak percaya.
"Ya. Aku ingin pulang. Tubuhku lelah," ujar Regas mengejutkan. Sebuah pernyataan yang tiba-tiba. Bukankah tadi pria ini tampak kusut dan lesu tak bertenaga?
.
.
Ig @lady_ve.01
keep fighting 💪