"Hai ganteng, malam ini, mau bermalam bersamaku?"
~ Keira ~
"Kau tidak akan menyesalinya kan, little girl?"
~ Reynald ~
**********
Demi bisa menghadiri pesta ulang tahun pacarnya di sebuah klub malam, Keira nekat mencari cara untuk kabur dari pengawasan Raka, sang kakak yang overprotektif, dengan bantuan sahabatnya, Selina. Namun, sesampainya di sana, betapa terkejutnya ia saat mendengar bahwa Dion, kekasih yang selama ini ia sembunyikan dari sang kakak, justru malah menghina Keira di depan teman-temannya.
Hatinya hancur. Di tengah rasa sakit dan kekecewaan, Keira bersumpah akan mencari laki-laki lain yang jauh lebih tampan dan mempesona dari Dion. Saat itulah ia bertemu dengan sosok pria asing yang sangat tampan di klub. Mengira pria itu seorang host club, Keira tanpa ragu mengajaknya berciuman dan menghabiskan malam bersama.
Namun, keesokan harinya, Keira baru menyadari kalau pria yang bersamanya semalam ternyata adalah Reynald, teman dekat kakaknya sendiri!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. DP Dulu
Suara gemericik air hujan menyapa telinga Keira saat ia mulai membuka mata. Gadis itu menguap lebar sembari merenggangkan kedua tangannya ke atas.
"Aduh," tiba-tiba saja, rasa sakit di kepala menyerangnya. Keira bangkit dari tidurnya dan duduk bersandar pada kepala ranjang sambil memijit pelan kepalanya.
"Aneh, kenapa kepala gue rasanya sakit banget?" keluhnya. "Terus, badan gue juga kenapa rasanya pegel banget?"
Sambil bergumam-gumam sendiri, otak Keira mulai memutar kenangan-kenangan kejadian semalam. Ia perlahan-lahan teringat kembali saat Dion merendahkannya di depan teman-temannya, lalu Keira naik ke lantai atas untuk minum-minum, dan pertemuannya dengan seorang pria tampan.
"Hah!" Mata Keira langsung terbelalak saat ia menyadari ada memori yang terasa janggal. "Yang tadi itu apa? Mimpi?"
Kesadaran Keira mulai pulih sepenuhnya dan sontak gadis itu menutup mulut karena shock. Bagaimana tidak, Keira baru menyadari kalau saat ini dirinya sedang tidak berada di kamarnya, dan dalam keadaan tidak berbusana.
Keira juga baru sadar, kalau suara gemericik air tadi bukanlah suara hujan, melainkan suara dari arah kamar mandi, yang menandakan ada orang lain yang sedang mandi di sana.
"Keira.. Lo bener-bener udah gila.." Desisnya tak percaya dengan kelakuannya sendiri. Memori-memori semalam pun menjadi semakin jelas. Ia ingat saat tiba-tiba memaksa mencium pria itu, lalu bahkan dengan tanpa ragu mengajaknya tidur bersama.
"What the hell?!" Keira hampir berteriak kalau saja ia tak ingat masih ada orang lain di sana, lantaran ingatan tentang kelakuannya semalam begitu memalukan. "Gimana bisa gue melakukan hal-hal kaya gitu? Lo bener-bener udah nggak waras, Keira!"
Keira buru-buru bangkit dari ranjang sembari menyambar selimut, lantas berjalan menuju cermin besar yang ada di pojok kamar. Mulutnya ternganga saat melihat banyak tanda merah bekas kecupan di seluruh tubuhnya, yang menandakan bahwa semalam telah terjadi sesuatu yang panas di antara dirinya dan pria asing itu.
"Oh my god.." Saking kagetnya, Keira sampai tidak bisa berkata-kata. Ia sendiri tidak menyangka jika efek minum alkohol benar-benar bisa separah itu, bahkan bisa merubah kepribadian seseorang. Karena sebenarnya, Keira adalah tipe orang yang sangat pemalu bahkan untuk sekedar memulai percakapan dengan seseorang yang tidak ia kenal, terlebih pada cowok. Tapi semalam, Keira benar-benar seperti berubah menjadi orang lain. Dan tidak cuma mengajak ngobrol saja, bahkan mengajak tidur! Kurang gila dari mana coba?
Tubuh Keira langsung terasa lemas. Ia jatuh terduduk di depan cermin itu tanpa bisa berekspresi apa-apa selain shock. Tepat di saat itu, ponselnya berdering nyaring.
"Gawat! Jangan-jangan itu Kakak!" Wajah shock Keira berubah panik. Masalahnya, ini semua tidak ada dalam rencananya sama sekali. Bagaimana ia bisa menjelaskan kejadian absurd ini tanpa mengundang murka Raka, kakaknya yang super overprotective itu?
Untungnya, kekhawatiran Keira tidak terjadi karena ternyata yang menelepon adalah Selina. Tanpa menunggu lama, Keira langsung mengangkat panggilan itu.
"Ha—"
"Kei!"
Suara Selina yang panik langsung terdengar saat panggilan sudah tersambung.
"Kei! Lo dimana?! Gue semalam ketiduran, dan lupa nggak jemput Lo! Makanya habis bangun tidur gue langsung dateng ke gedung klub, tapi klubnya udah tutup! Lo dimana sekarang? Udah pulang kah?! Dari tadi Gue telepon Lo nggak bisa-bisa!"
Keira menelan ludah. Jujur saat ini ia bingung harus menjawab apa, karena dia sendiri tidak tau ada dimana.
"Sel, Gue.. nggak pulang," Keira akhirnya hanya bisa mengucapkan itu.
"Hah? Kok? Terus, sekarang Lo ada dimana dong?"
"Gue.. di hotel,"
"Oh, Lo ternyata nginep di hotel? Ya udah, hotel mana? Biar gue jemput,"
"Tapi, gue nggak sendirian.." Keira berkata ragu.
"Hah?" Suara Selina dari seberang sana terdengar bingung. "Emangnya Lo sama siapa?"
"Gue.. nginep sama cowok.."
"What?! Udah gila Lo ya! Siapa? Si Dion?!"
"Bukan,"
"Terus?"
"Gue nggak tau cowok itu siapa,"
"Hah? Apa? Gimana sih? Gue nggak paham! Kenapa Lo... Astaga, Kei! Kakak Lo nelepon Gue! Gimana ini?!"
Jelas saja ucapan Selina membuat Keira kelabakan. Gawat, kakaknya yang overprotective itu pasti sedang mencarinya!
"Anu, Kei, Lo bilang aja gue masih tidur! Gue keluar dari sini sekarang juga! Plis jangan bilang-bilang masalah ini ke dia!"
"Lo gila ya? Emangnya Gue cari mati apa gimana? Ya udah, Lo cepetan deh kirimin lokasi Lo, biar Gue jemput! Nggak pake lama!"
"Iya, iya!"
Telepon langsung ditutup. Jangan tanya bagaimana paniknya perasaan Keira sekarang. Apalagi saat ia melihat ada lebih dari lima puluh notifikasi telepon dari sang kakak yang tidak terangkat dari jam enam pagi.
"Mati Gue..." Dengan tergesa-gesa, Keira mulai mencari pakaiannya semalam. Ternyata semuanya termasuk pakaian dalam terlipat rapi di atas nakas, bersebelahan dengan pakaian seorang pria.
Keira menelan ludah gugup. Pakaian pria itu semakin menegaskan kalau semalam mereka memang sudah melakukan sesuatu yang tidak semestinya. Padahal, sampai saat ini, Keira berharap ini semua hanya mimpi belaka.
Tapi, Keira tidak mau berlama-lama. Segera setelah memakai pakaiannya kembali, ia mengirimkan lokasinya pada Selina dan baru menyadari kalau ternyata lokasinya berada saat ini masih di gedung yang sama dengan klub. Hal itu membuatnya kembali teringat pada memori semalam.
"Beneran Lo mau tidur sama Gue? Lo yakin nggak akan nyesel?" Keira mengingat perkataan pria itu.
"Justru Gue yang akan nyesel kalau nggak sama Lo,"
"Oke, kalau gitu kita ke atas,"
Memori itu sontak membuatnya kembali ternganga. Keira sama sekali tak menyangka kalau mulutnya sendiri pernah mengatakan hal binal semacam itu.
"Astaga..." Keira hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tapi Keira tidak bisa berlama-lama menyesali kelakuannya yang memalukan semalam, karena telepon dari Selina kembali masuk.
"Gawat Kei, katanya Kakak Lo mau ke rumah Gue buat jemput Lo!"
Makin panik lah Keira. Sekarang, tujuannya cuma satu, yaitu untuk cepat-cepat keluar dari gedung ini dan pergi ke rumah Selina. Tapi, sebelum ia melangkah menuju pintu, ia teringat pada pria itu.
"Oh ya, gue kan belum bayar servis dia semalam, gimana nih? Mana gue buru-buru lagi," Keira mulai bimbang. Ia menatap ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup dan mendadak merasa malu luar biasa.
"Nggak, nggak, gue nggak mau ketemu dia lagi saat masih dalam keadaan sadar. Karena kelakuan Gue semalem itu udah bener-bener... Argghhh!" Keira bahkan tidak berhasil menemukan kata-kata yang lebih buruk dari kata memalukan. Pokoknya, sekarang dia ingin menghilang saja dari dunia ini dan tidak bertemu pria itu lagi.
"Tapi, kalau gue nggak bayar servisnya dia semalem, berarti gue pelanggan yang buruk dong?"
Berpikir cepat, Keira akhirnya merogoh tasnya dan menemukan ada lima lembar uang cash seratus ribuan. Segera saja ia taruh uang itu di atas pakaian sang pria beserta dengan sebuah memo. Setelah itu, ia langsung bergegas keluar dari sana.
Sepeninggal Keira, pintu kamar mandi terbuka. Seorang pria dengan handuk yang terlilit pada pinggang keluar dari sana. Dahinya berkerut saat mendapati kamar itu telah kosong. Matanya celingak celinguk, mencari gadis yang tadi ia ingat masih terlelap di atas kasur.
Sebuah memo dengan beberapa lembar uang yang ditaruh di atas baju menarik perhatiannya. Ia mengambil memo itu dan membacanya.
...Sorry, gue buru-buru. Gue baru bisa bayar segitu karena nggak ada uang cash lagi. Anggap aja DP ya, entar Lo kirim aja nomor rekening Lo ke WA gue. 0812***...
...-K-...
Senyum tipis muncul pada bibir pria itu. Rahangnya mengeras dan ia meremas kertas memo itu dengan gemas.
"DP? Lo pikir Gue cowok apaan, Keira?"
...----------------...
...Mana ada orang nyewa cowok bayarnya nyicil, Kei... 🤦♀️...