Seorang pilot tampan yang banyak di gandrungi kaum wanita itu ternyata menyimpan luka yang dalam. Dalam keluarganya sejak ia sudah disungguhkan dengan pertengkaran kedua orang tuanya. Hingga akhirnya saat ia menginjak remaja kedua orang tuanya berpisah.
Dalam kisah cintanya ia juga tidak beruntung, ia begitu mencintai seorang gadis impiannya namun ia ditolak mentah-mentah oleh keluarga sang kekasih.
Saat masuk di dunia penerbangan dan karirnya yang melejit menjadikannya sosok yang lebih dingin dan begitu angkuh. Sikapnya yang dingin dan tidak pernah berbicara kalau tidak penting membuat para wanita susah mendekatinya.
Sehingga pada akhirnya ia menemukan gadis yang lebih cuek dan dingin dari pada dirinya, namun mampu mengetuk relung hati terdalamnya.
apakah wanita itu nanti mampu menaklukkan hati sang pilot tampan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nervayana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alan ketemu Hendra
Hendra pun nampak biasa melihat siapa yang datang, ia berada dibelakang istrinya dan sedikit mendekat melingkarkan tangannya di pinggang istrinya.
Selly yang mendapatkan perlakuan itu pun tersenyum, ia sempat mau cemburu namun ia tepis kembali.
''Ada perlu apa?'' ucap Hendra menatap datar Olla.
Olla yang melihat Hendra melingkar kan tangannya pada mantan Baby sister Ardham itu nampak geram. Pasalnya hubungannya sama Alan sekarang nampak renggang, bahkan Alan selalu bersikap dingin.
''Saya mau ketemu Ardham mas,'' ucapnya tertunduk.
''Masih ingat juga kamu kalau punya anak,'' sengit Hendra.
''Maafkan aku mas, aku hanya ingin ketemu Ardham''
''Ardham nggak ada, jadi percuma kamu kesini,'' ucap Hendra dingin.
''Kemana dia mas?'' tanya Olla penasaran.
''Kamu tidak perlu tau kemana dia, selama ini kamu juga tidak mau tau tentangnya,'' tatapan Hendra semakin tajam.
''Sudah mbak Olla, sebaiknya mba pergi kalau sudah tidak ada perlu lagi. Ardham memang tidak dirumah,'' tutur Selly menengahi ketegangan antara suaminya dan mantan istri suaminya.
''Diam kamu, saya tidak ada urusan sama kamu. Kalau pembantu ya tetap pembantu, tidak usah ngatur,'' sengit Olla merasa kesal sama Selly yang sudah ikut-ikutan.
''Benar kata istri saya, kalau sudah tidak ada urusan silahkan pergi. Dia berhak mengusir karena ini rumahnya,'' tukas Hendra tegas.
Olla yang mendapati penuturan keduanya merasa sangat malu, dulu ia bak ratu di rumah ini sekarang ia diusir oleh mantan suami dan Baby sister anaknya. Kehidupan benar-benar tak adil baginya, dulu menikah sama Hendra karena paksaan. sekarang menikahi orang yang ia cintai namun tidak ada kebahagiaan.
...
Dirumah sebelum berangkat ke kantor Alan sedang mempersiapkan acara pertemuan dengan klien nanti siang, ia mempelajari semua berkas-berkasnya.
Kemampuan Alan memang tidak bisa diragukan lagi dalam mengelola bisnis, ditempat kerjanya ia memang mendapat kan posisi yang bagus. Kinerjanya yang pandai dalam memikat para klien membuat bosnya memberinya jabatan yang bagus. Semenjak Alan kerja di perusahaan itu banyak perusahaan lain menawarkan kerja sama.
Tapi sebagus apapun pekerjaan, bagi Alan ia hanyalah karyawan. Dulu ia CEO, penerus perusahaan milik papa Raisa, sehingga ia tetap merasa kurang puas dengan yang ia jalani sekarang. Memang diakui semenjak perusahaan Raisa dipegang Alan, perkembangan semakin pesat.
Alan menapaki gedung klien nya yang lebih besar dari pada gedung kantornya, ia baru pertama kali menginjakkan kakinya di perusahaan yang begitu ternama di kota ini.
''Maaf mba, dimana ya ruang Presdir?'' tanya Alan pada resepsionis.
''Ada dilantai paling atas pak, bapak masuk aja terus belok kanan, nanti ketemu lift disana. Nanti kalau sudah sampai atas bapak cari saja ruangan Presdir, ada papan namanya,'' jelas salah satu resepsionis.
''Terimakasih.'' Ucap Alan berlalu masuk kedalam kantor yang nampak lebih megah lagi dari luarnya.
Saat lift terbuka nampak Ronald yang muncul dibalik pintu itu terkejut melihat orang yang selama ini dimata-matai ada dikantor bosnya.
Ronald pun berlalu begitu saja setelah pintu lift terbuka sempurna. Ia akan segera kembali untuk mencari tau, ada urusan apa bos nya sama perebut mantan istrinya dulu.
Setahu Ronald semua ini sudah selesai, apalagi si bos sudah menikah dan bahkan akan memiliki momongan lagi.
Ronald lelaki berumur 37 tahun itu masih bertanya-tanya dalam hatinya, ''semoga ini pertanda baik,'' gumamnya.
Ia tak mau bosnya kembali seperti dulu lagi, bosnya yang sekarang nampak bahagia. Membuat Ronald ikut senang, karena ia mengabdi sudah 10 tahun lebih jadi tahu kalau bosnya orang baik dan ia sangat tidak tega melihat kesedihan bosnya waktu itu.
Terdengar pintu diketok dari luar, nampak seorang wanita menjawabnya.
''Masuk,'' seru Stefani dari dalam.
Alan pun masuk dan nampak biasa, sedangkan Hendra saat memutar kursi kebesarannya ia nampak kaget dengan siapa yang datang. Tidak mau keterkejutannya dilihat orang lain, ia pun mengondisikan dirinya dan kembali tenang. Nampak ada seringai yang Hendra sembunyikan dari sudut bibirnya, bukan maksud masih mencintai Olla atau pun masih tidak rela Olla pergi. Ia hanya ingin tau seperti apa lelaki yang begitu digandrungi oleh mantan istrinya.
Stefani nampak menyenggol lengan bosnya yang sedari tadi masih diam tidak mempersilahkan klien nya duduk.
Hendra pun baru sadar, ''silahkan duduk!'' ucapnya biasa.
''Saya Alan pak, utusan dari PT Jhonsline group.'' mengulurkan tangan kepada Hendra sebelum duduk.
''Saya Hendra, senang bisa kerja sama dengan anda.'' Jawab Hendra dengan menjabat tangan Alan dengan kuat, kemudian duduk kembali.
Mendengar nama Hendra membuat tubuh Alan seperti tersengat tegangan listrik 1000 volt. Jangan sampai orang yang di depannya ini adalah Hendra mantan suami istrinya.
Ya, Olla yang selalu membandingkan dirinya dengan Hendra mantan suaminya, namun Alan belum pernah sekalipun ketemu dengannya.
Dirumah Olla dulu tidak ada foto Hendra sama sekali, hanya Ardham dan foto pernikahan Olla. Namun difoto pernikahan suami Olla nampak kurus dan tidak ada brewok, ini Hendra yang di depannya memliki brewok tipis dan badannya nampak atletis.
''Ah, dulu kan foto masih mudah!'' gumam Alan dalam hati.
''Pak, pak Alan!'' panggil Stefani menggoncang badan Alan yang sedari tadi melamun.
''Eh, maaf saya kurang fokus!'' jawabnya gugup.
''Apa bisa kita mulai,'' ucap Hendra datar.
Alan pun mulai menjelaskan semuanya pada Hendra, sesekali Alan mengusap keringat dingin di pelipisnya. Walau ruangan sudah begitu dingin, namun ia merasakan panas.
Alan tidak terlalu fokus pada apa yang dijelaskan pada Hendra, namun Hendra masih bisa memahami setiap yang Alan jelaskan. Memang Hendra mengakui kalau Alan menjelaskan begitu detail, walau Hendra juga melihat adanya kecanggungan dalam diri Alan namun ia tetap bisa profesional. Hendra berfikir Alan mendadak canggung mungkin setelah mendengar namanya.
Stefani yang mendapati Alan berkeringat pun nampak berkerut, ia bolak balik melihat remote AC pengaturan suhunya juga masih normal.
Apalagi tadi antara bos dan kliennya nampak melamun dulu, ''ah kenapa dipikirin sih,'' gumamnya dalam hati Stefani.
''Baik terimakasih banyak atas waktunya pak, nanti bapak bisa langsung hubungi atasan saya untuk lebih lanjutnya. Saya pamit undur diri.'' ucapnya berdiri menjabat tangan Hendra kembali.
''Oke, baik!'' Hendra pun berdiri menerima jabatan tangan Alan, namun seketika dahinya mengkerut. Pasalnya tangan Alan berkeringat, padahal tadi tidak.
Alan pun pergi meninggalkan ruangan Presdir, namun didepan pintu ia berpapasan dengan Ronald lagi. Ronald yang melihat Alan nampak mengatur nafas dan memegangi dadanya membuat Ronald semakin ingin tau apa yang bosnya buat.
Mendapati dirinya ketahuan diperhatikan, Alan langsung mengulas senyum pada Ronald. Ronald pun nampak cuek dan sinis, ''gitu saja nyalimu,'' gumam Ronald dalam hati.
dan biar raisa menyesal telah menghina ardan tor
buat ola menyesal tor