Mempunyai paras cantik dambaan semua wanita tak membuat kisah percintaan Rania mulus.
Rania mendapati sebuah penghianatan besar dalam hidupnya, yang dilakukan oleh calon suaminya sendiri.
Terlebih lagi Rania juga harus menerima kenyataan jika dirinya disebut - sebut sebagai perawan tua oleh sebagian masyarakat yang masih mempercayai mitos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiyarakey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekecewaan Pak Usman
Kevin pun meninggalkan rumah Rania saat melihat Rania memasuki rumahnya, dia menunggu Rania dari atas motornya.
Rania pun mengucapkan salam ketika masuk kedalam rumahnya, yang di jawab seluruh anggota keluarganya yang tengah berkumpul meyaksikan siaran televisi.
"kok baru pulang nduk???" tanya Bu Ningrum.
"iya bu,,, tadi makan dulu sebentar,,,"
"sama Kevin,,," jawab Rania.
"lain kali jangan terlalu sering bertemu dengannya, tidak baik dilihat orang lain,,," pesan Bu Ningrum.
"eh,,, Mbak Rania bawa makanan lagi ya,,," celetuk Rudi.
"tidak tahu ini isinya apa,,," ucap Rania sambil mengamati paper bag di tangannya.
"buka dong mbak!!!" ucap Linda yang duduk bersandar di dinding, karena perutnya yang semakin besar.
Rania pun perlahan membuka paper bag yang diberikan Kevin, ia sama sekali tak menduga jika isinya adalah tas berukuran sedang yang sangat bagus.
"tas mbak,,,,, bagus,,,," ucap Linda sambil memegang megang tas baru Rania.
"mbak ini merk luar negeri mbak,, barang branded,,," ucap Linda lagi.
"masak sih,,,palingan KW" sanggah Rania.
Linda pun mengeluarkan ponsel pintarnya dan melihat harga tas yang sama dengan pemberian Kevin di internet.
Linda pun terbelalak melihat harga yang tertera disana,
"lihat ini,,,, seharga motor baru,,," ucap Linda sambil melonggo.
Semua anggota keluarga pun melihat ponsel Linda dan semua pun terkejut melihat harga tas itu.
"kok bisa Kevin yang hanya supir bisa punya tas mahal begini,,,," ucap Pak Usman.
"biar nanti aku tanyakan pak,,," ucap Rania sambil merapikan kembali tas tersebut kedalam kotaknya dan memasukkan lagi ke dalam paper bag itu.
Rania pun memasuki kamar pribadinya untuk beristirahat sejenak setelah itu ia akan membersihkan diri ke kamar mandi. Rania terus saja berfikir bagaimana caranya ia bertanya kepada Kevin mengenai tas mahal tersebut, ia takut pertanyaannyan menyinggung hati Kevin.
Tas yang ia letakkan di meja rias itu, ia amati dengan seksama, takut jika Kevin memberikannya hasil dari melakukan perbuatan buruk.
Rania pun mengeleng - gelengkan kepalanya, mengusir pikiran buruknya pada Kevin.
Tingggg,,, suara notifikasi ponsel pintarnya membuyarkan segala macam pikirannya mengenai Kevin.
"malam Rania,,,," sapa Kevin dalam pesannya.
"malam juga mas,,,, belum tidur???" balasnya.
"belum ngantuk,,, aku masih duduk di tempatmu duduk tadi,,, masih merasakan jika kamu ada di sampingku, bayanganmu masih tertinggal disini,,,,"
"gombal,,,,," balas Rania sambil senyum - senyum sendiri memeluk guling kesayangannya.
"mas,,,, aku rasa hadiah pemberianmu terlalu berlebihan,,, aku tidak pantas menerima hadiah semahal itu,,," tulis Rania lagi.
"tidak apa - apa,,,, itu pemberian Bos ku,,, katanya buat nenekku tapi aku rasa itu tidak cocok untuk wanita yang sudah berumur, lebih cocok untukmu yang masih muda,,,"
"tapi itu sangat mahal kan,,,, aku tidak pantas saja memakai barang semahal itu,,,"
"simpanlah,,,, mungkin suatu saat kamu bisa memakainya jika kamu mau,,,"
"maaf,,, bukan maksudku tidak menghargai pemberianmu,,, tapi tidak ada acara yang pas untukku jika aku memakai barang mahal seperti itu, aku hanya seorang kasir,,,," tulis Rania yang mulai tidak enak hati membaca tulisan Kevin.
"jangan rendahkan dirimu,,, apapun profesimu aku mencintaimu dengan tulus,,,,
Jika ada acara yang kamu rasa pas jika memakai tas itu, pakailah,,,,
Jika tidak ada,,, pakailah jika kau sedang bersamaku,,,,"
"baiklah,,," tulis Rania.
"tidurlah,,,, ini sudah malam kamu harus beristirahat,,,"
"aku besok harus ke Jakarta, jaga dirimu disini,,,"
"jangan mau mengobrol atau apapun dengan Irwan, dia tidak waras,,,," pesannya dalam tulisan.
"berapa lama???"
"beberapa hari saja,,, belum pasti,,, tapi aku yakin aku akan sangat merindukanmu,,,"
"aku pergi bersama Pak Hamid"
"baik,,, hati - hati di jalan" tulis Raya.
Meski ia tak pernah mengatakan kata cinta pada Kevin, namun hatinya tak dapat ia bohongi, berdekatan dengan pria setampan Kevin membuat hari - harinya menjadi lebih bahagia.
Saat Kevin harus kembali ke Jakarta ada rasa tak rela Kevin meninggalkannya. Namun Rania juga tak bisa melarangnya sebab Rania sadar Kevin punya tanggung jawab dengan pekerjaannya.
***
Keesokan harinya hati Rania benar - benar gundah, sebab sudah sejak subuh tadi Kevin sudah memberinya kabar jika dia sudah berangkat ke ibu kota.
Suasana rumah yang biasanya sepi mendadak ramai ketika ada suara - suara para tetangga terutama ibu - ibu yang sedang berbelanja di tukang sayur keliling.
Meski kampung Rania hampir semua warganya menanam sayur di ladang, namun tukang sayur masih menjadi idola ibu - ibu di pagi hari. Mereka berbelanja kebutuhan rumah tangga agar tak perlu jauh- jauh keluar rumah.
"itu,,,,tu,,,, yang lagi di bicarain keluar juga" seru Bu Leni dengan lantang.
"Rania,,, kamu tuh ya,,, kalau ngak laku ya ngak laku aja,,, jangan terus di obral murah gitu,,, " celetuk Bu Sumj si biang gosip.
"maksud ibu - ibu apa sih,,, saya ngak ngerti???" ucap Rania yang baru keluar rumah untuk menyirami tanaman di samping rumah.
"semalam ya,,, bapaknya anak - anak lihat itu tu keluar dari rumah besar itu malam - malam,,, ngapain coba kalau ngak ehemm ehemm,,, ya bu ibu,,,," sahut Bu Sumi.
"mbak Rania itu perempuan jangan bikin malu orang tuamu,,, mana aku lihat si supir itu tadi sebelum subuh bawa koper banyak, kayak mau pindahan,,," sahut Bu Leni lagi.
"yang namanya supir itu ya dimana - mana mampir,,,, kok yo masih mau,,," imbuh Bu Sumi lagi.
Rania pun meninggalkan kerumunan ibu - ibu tadi dengan wajahnya yang memerah dan rahang yang mengeras, sesungguhnya ia ingin melawan mereka semua, namun mereka juga tak akan percaya dengan apa yang akan ia katakan.
"nduk duduk nduk???" ucap Pak Usman dengan nada tegas, menyuruh Rania duduk bersama dengannya di meja makan.
"kamu bener tadi malam ke rumah besar itu,,," tanya Pak Usman.
"iya pak,,,, tapi Rania tidak ngapa - ngapain pak,,, Rania tahu batasan, lagipula di sana juga ada Pak Hamid dan juga istrinya" balas Rania.
"apa tujuanmu malam - malam kesana??? Yang namanya anak gadis itu ndak baik main ke rumah laki - laki itu nduk, apalagi belum ada omongan apa - apa dari orang tua lelaki itu, ibu ndak suka kamu seperti itu,,, setelah kamu dekat denganya kamu juga sering pulang telat,,," ucap Bu Ningrum.
"maaf bu,,, semalam Rania ambil motor Rania,,,,"
"katamu kamu tinggal di toko" ucap bapak
"kamu bohong????"
Rania menunduk ia tak berani melawan bapaknya yang cukup tegas itu saat Rania melakukan kesalahan.
"maaf pak,,,," ucap Rania lirih.
"kamu jatuh itu juga bohong,,, tega kamu ya,,, bohongin orang tuamu sendiri,,,"
"tidak pak,,, Rania tidak bohong,,,"
"bapak ndak percaya,,,mulai hari ini kamu akan bapak antar jemput, bapak ndak mau kamu ketemu lagi dengan pemuda kota itu yang sudah bikin anak kesayangan bapak jadi pandai berbohong"
"tinggalkan dia,,,, cari saja calon suami yang sama - sama orang kampung,,, bapak ndak mau kamu dekat - dekat orang kota,,," ucap Pak Usman menyampaikan keputusannya.
"kamu tahu kan, kalau Fani juga dekat dengan pemuda kota itu, apa kamu tidak takut hanya dipermainkan saja???"
"ibu malu nduk,,,, kamu jadi omongan orang sekampung gara - gara kelihatan keluar dari rumah besar itu di tengah malam,,,, meski kamu tidak melakukan apa - apa kamu tetap di nilai buruk, karena tak seharusnya perempuan seperti itu,,,," ucap Bu Ning rum yang meninggalakan Rania dan bapaknya yang masih terduduk di kursi ruang makan.
Pak Usman pun pergi meninggalkan Rania, hanya tinggal Rania sendiri yang masih tak bisa membendung air matanya, ia sangat menyesal membuat kedua orang tuanya kecewa terhadapnya.
Linda pun menemani Rania dan berusaha menenangkannya, ia tak tega mendengar ejekan demi ejekan yang di terima kakak iparnya itu.
"yang sabar mbak,,," ucap Linda sambil mengelus pundak Rania.
Rania hanya bisa menganggukan kepalanya mendengar perkataan Linda.
Meski Linda sedikit kepo dengan urusannya namun Linda terlihat sangat perhatian kepada Rania.
Rania sangat binggung dengan keinginan bapaknya, dia sudah mulai nyaman dengan Kevin namun malah sekarang mendapat penolakan dari sang ayah.