FOLLOW DULU SEBELUM BACA!
.
BUTUH HEALING? BACA ɪᴍᴀᴍᴋᴜ, ꜱᴜʀɢᴀᴋᴜ SOLUSINYA!
.
DINGIN IN PUBLIC, BUCIN IN PRIVATE🕊️
.
PERINGATAN! HATI - HATI, CERITA INI DAPAT MENYEBABKAN KEJANG-KEJANG DAN SENYUM-SENYUM SENDIRI!🦋
.
Allah itu maha romantis. Ada banyak cara untuk Allah mempertemukan kita dengan jodoh. Salah satunya Azalea. Berawal dari ketidaksengajaan nya yang menghilangkan berkas penting, berakhir dengan ia yang menjadi istri sang bos besar.
Awalnya, Azalea pikir pernikahannya itu tidak akan berlangsung lama ketika mengingat bagaimana awal mereka berdua bisa menikah. Namun ternyata tidak. Husain bukan laki-laki pengecut yang akan mempermainkan kesakralan sebuah pernikahan. Justru Husain akan menjadi lelaki gentle yang akan terus mempertahankan rumahtangganya atas izin Allah.
"Kamu tahu istriku, jika saja setan melihat senyuman manis kamu, Abang khawatir malah ia yang akan tersesat saat menggodamu," - Azzam Gibran Al-Husain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon its.syrfhlee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(24). Cemburunya Azalea.
Suara ketikan keyboard yang saling bersahutan terdengar mengalun bagaikan suara instrumen lagu. Beberapa karyawan terlihat fokus menatap monitor komputer yang menampilkan sederet kata demi kata. Ada juga beberapa dari mereka yang fokus pada iPad di tangan mereka. Menumpahkan segala kreativitas dan imajinasi ke dalam bentuk design baju.
"Azalea, lo di panggil Pak Husain ke ruangannya,"
Suara Zahra mengambil alih fokus Azalea pada design baju nya. Menoleh ke samping dimana Zahra baru saja duduk bersandar di kursi kerjanya.
"Ngapain?" tanya Azalea bingung.
"Gak tahu tuh. Tadi waktu aku nganterin berkas, Pak Husain nyuruh aku bilangin ke kamu untuk datang ke ruangannya. Ada hal penting kali yang mau dibicarakan Pak Husain,"
"Oke deh. Terimakasih ya,"
"Oke sama - sama,"
Azalea bergegas meninggalkan pekerjaannya yang sebenarnya sudah hampir selesai. Melangkah keluar ruangan demi menemui atasannya yang juga merupakan suaminya.
Sebelum benar - benar masuk ke dalam ruangan Husain, Azalea lebih dulu berpapasan dengan Riyana yang meja kerjanya memang berada tepat di depan ruangan Husain.
"Permisi Mbak Riyana," tutur Azalea sopan.
"Tunggu!"
"Kenapa ya, Mbak?" tanya Azalea bingung.
"Kalau ada yang mau dibicarakan dengan Pak Husain, bisa lewat saya saja. Takutnya Pak Husain sedang sibuk,"
"Maaf Mbak, sepertinya tidak perlu. Karena Pak Husain sendiri yang menyuruh saya untuk langsung datang ke ruangannya. Jadi boleh persilahkan saya masuk?" ucap Azalea berusaha menjaga kesopanannya.
"Tapi--"
"Kalau Mbak tidak percaya, Mbak bisa langsung menanyakannya pada Pak Husain,"
Belum sempat Riyana menjawab ucapan Azalea. Pintu ruangan Husain di buka dari dalam. Menampilkan sosok Husain yang berdiri di depan pintu dengan raut wajah datar.
"Maaf Pak, jika Bapak merasa terganggu. Saya sudah bicara pada Mbak Azalea untuk menitipkan pesan pada saya saja, karena takut menganggu Bapak. Tapi Mbak Azalea tetap bersikeras ingin masuk ke ruangan Bapak," jelas Riyana lembut.
Husain melirik sekilas ke arah Riyana yang tersenyum manis ke arahnya. Terlalu malas meladeni sekretaris nya yang belakangan ini sudah mulai terang-terangan menunjukkan rasa sukanya.
"Ayo masuk," ajak Husain pada Azalea dan menghiraukan kehadiran Riyana diantara mereka.
Azalea mengangguk pelan. Sebelum itu, wanita itu menoleh sebentar ke arah Riyana yang terdiam kaku di tempatnya.
"Sekarang Mbaknya percaya kan? Percaya dong pastinya, kan Pak Husain sendiri yang langsung menyuruh saya masuk di hadapan Mbak. Kalau begitu, saya permisi masuk dulu ke ruangan Pak Husain ya, Mbak." ucap Azalea sedikit menyindir.
Pintu ruangan Husain ditutup sedikit keras oleh Azalea. Raut wajahnya mendadak masam mengingat betapa menjengkelkannya sekretaris suaminya itu.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Azalea berbasa-basi.
Husain tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Azalea. Pria itu hanya diam sambil menatap penuh intimidasi pada Azalea yang berdiri santai di hadapannya.
"Come here."
"Ya?"
"I say, come here, love."
Walaupun sedikit bingung, Azalea tetap menuruti ucapan Husain dengan berjalan mendekat ke arah lelaki itu. Saat jarak keduanya sudah dekat, Husain langsung menarik tangan Azalea dan mendudukkannya di pangkuannya.
"Aku lagi pusing. So, you have to sit on my lap. Biar otak Abang gak mumet,"
"Tapikan aku harus kerja," protes Azalea.
"Gini deh, selagi Abang ngerjain tugas Abang, kamu juga ngerjain tugas kamu. Tapi, posisinya tetap gini. Biar Abang makin semangat kerjanya, oke, love?" ujar Husain sembari mencolek dagu Azalea.
"Tapi, Aza gak bawa iPad,"
"Nih pakai iPad Abang." ucap Husain sambil memberikan iPad miliknya kepada Azalea.
"Oke deh,"
Mau tidak mau, Azalea duduk di pangkuan Husain. Cukup lama keduanya berada dalam posisi intim seperti ini. Bahkan tak jarang Azalea bertanya apakah Husain merasakan pegal di area pahanya karena terlalu lama memangkunya, namun dengan tegas Husain menjawab bahwa ia sama sekali tak merasa pegal.
"Paha Abang gak kebas, sayang," ucap Husain.
"Lagian kalau paha Abang kebas, Abang bakal langsung minta kamu untuk duduk di sofa," sambungnya lagi.
Azalea mengangguk.
"Aza harus berapa lama lagi duduk di pangkuan Abang?" tanya Azalea.
"Gak tahu, setengah jam lagi mungkin," jawab Husain enteng. Sedari tadi, lelaki itu tetap fokus mengerjakan pekerjaannya walaupun sambil menjawab pertanyaan yang Azalea lontarkan.
Di tengah obrolah kedua pasutri itu, tiba - tiba saja pintu ruangan Husain terbuka. Sontak saja Azalea langsung berdiri dari duduknya. Bahkan Azalea dengan spontan menunjukkan hasil design nya pada Husain.
"Bagaimana, Pak? Menurut Bapak design nya sudah pas?"
Husain menaikkan sebelah alisnya. Menatap geli ke arah istrinya yang tengah melakukan acting di hadapan sekretarisnya yang baru saja masuk tanpa permisi.
"Bagus. Design kamu selalu bagus dan pas dengan selera saya," jawab Husain serius. Laki - laki itu menggeser layar iPad milik Azalea seolah tengah menilai hasil kerja dari salah satu karyawannya.
"Maaf, Pak, saya ingin mengantarkan kopi untuk Bapak." ucap Riyana setelah meletakkan secangkir kopi di atas meja Husain.
Pandangan mereka berdua teralih menuju Riyana yang masih setia berdiri di hadapan Husain.
"Kamu bisa tidak kalau masuk itu ketuk pintu terlebih dahulu? Ini kantor, bukan rumah pribadi kamu!" sindir Husain.
"Ma-maaf, Pak," cicitnya pelan.
"Lain kali kalau mau masuk ruangan saya, kamu harus ketuk pintu terlebih dahulu. Sekali lagi kamu bersikap tidak sopan seperti ini, saya tidak akan segan - segan memecat kamu," ujar Husain tanpa belas kasihan.
"Baik, Pak," Riyana terdiam kaku di tempatnya. Tak berani menatap wajah Husain yang terlihat sangat marah.
"Sekarang kamu keluar!" perintah Husain.
Riyana mengangguk, gadis itu berjalan keluar dengan wajah tertunduk. Sedangkan Azalea yang melihatnya merasa sedikit puas. Jujur saja, Azalea merasa sakit hati atas perlakuan Riyana beberapa saat lalu.
"Aza gak suka sama sekretaris, Abang" ujar Azalea to the point.
Husain mengerutkan keningnya. Menatap bingung ke arah Azalea yang juga turut menatap ke arahnya.
Selama menikah, ini kali pertamanya Husain mendengar Azalea mengatakan hal seperti tadi.
"Kenapa gak suka?" tanya Husain.
"Dia suka sama Abang," jelas Azalea tegas.
"Kamu tahu darimana, sayang?" tanya Husain. Pria itu masih membiarkan Azalea mengeluarkan semua spekulasi wanita itu terhadap sekretarisnya.
"Abang, Aza itu perempuan. Jadi Aza tahu bagaimana bahasa tubuh perempuan yang suka sama laki-laki. Dan semua ciri-cirinya itu ada di Riyana,"
"Oke. Tapi kalau gak bener, kamu jatuhnya fitnah, sayang,"
Mata Azalea memicing menatap ke arah Husain.
"Abang gak percaya, Aza?" tudingnya marah.
Husain menghela nafas pelan. Saat ini istrinya sedang cemburu. Dan itu bisa saja memicu pertengkaran di antara mereka jika saja Husain salah berbicara sedikit saja.
"Abang bukannya gak percaya sama kamu. Tapi kan kita perlu ada bukti fisik sayang, supaya jatuhnya gak fitnah." jelas Husain yang mulai berjalan ke arah Azalea berdiri.
Raut wajah Azalea memerah. Kentara sekali bahwa wanita itu sedang marah dan cemburu.
"Sayang,"
Panggilan lembut Husain Azalea abaikan. Wanita itu masih sibuk mengatur rasa cemburu yang telah menguasai tubuhnya.
"Abang suka kamu cemburu. Itu tandanya kamu cinta sama Abang dan takut kehilangan Abang. Tapi cemburunya jangan berlebihan ya, sayang. Takutnya nanti malah jadi fitnah." nasehat Husain sambil membawa Azalea ke dalam pelukannya.
"Abang janji gak akan tergoda sama Riyana kan?" ucap Azalea sambil mendongak menatap netra teduh milik Husain.
"Janji sayang. Abang udah berjanji di depan Allah, malaikat, ayah kamu dan semua saksi bahwa Abang akan setia sama kamu sampai Jannah Allah, jadi Abang gak akan mungkin mengingkarinya," ucap Husain.
Setia itu sulit dan tidak semudah jatuh cinta. Manusia bisa kapan saja dan dimana saja jatuh cinta. Namun tak semua bisa mempertahankan cinta yang saat ini mereka punya.
- to be continued -