NovelToon NovelToon
JUAL BELI DIUJUNG RERUNTUHAN

JUAL BELI DIUJUNG RERUNTUHAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Zombie / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Bertani
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: Si kecil pemimpi

Chen Lin, sang mantan agen rahasia, mendapati dirinya terlempar ke dalam komik kiamat zombie yang ia baca. Sialnya, ia kini adalah karakter umpan meriam yang ditakdirkan mati tragis di tangan Protagonis Wanita asli. Lebih rumit lagi, ia membawa serta adik laki-laki yang baru berusia lima tahun, yang merupakan karakter sampingan dalam komik itu.
Sistem yang seharusnya menjadi panduan malah kabur, hanya mewariskan satu hal: Sebuah Bus Tua . Bus itu ternyata adalah "System's Gift" yang bisa diubah menjadi benteng berjalan dan lahan pertanian sub-dimensi hanya dengan mengumpulkan Inti Kristal dari para zombie.
Untuk menghindari kematiannya yang sudah tertulis dan melindungi adiknya, Chen Lin memutuskan untuk mengubah takdir. Berbekal keterampilan bertahan hidup elit dan Bus System yang terus di-upgrade, ia akan meninggalkan jalur pertempuran dan menjadi pedagang makanan paling aman dan paling dicari di tengah kehancuran akhir zaman!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si kecil pemimpi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tamu Tak Terduga

Sehari sebelum kiamat

Chen Lin berdiri di depan jendela, menatap salju yang turun begitu lebat. Ia baru saja menelpon bibinya, mengingatkan sekali lagi agar mulai hari ini tidak keluar rumah apa pun yang terjadi. Besok adalah hari “eliminasi”—mereka yang kuat akan bertahan, dan mereka yang tidak… akan berubah menjadi zombie.

Di sisi lain, Wen Tao mengambil pendekatan berbeda. Ia memiliki banyak teman yang benar-benar peduli padanya. Jadi, agar mereka tetap aman di rumah, ia mengajak semua untuk bergadang bermain game “untuk terakhir kalinya”. Namun teman-temannya justru salah paham. Mereka mengira Wen Tao mengidap penyakit fatal dan hidupnya tidak lama lagi. Tanpa ragu mereka meninggalkan kesibukan masing-masing demi menemaninya sepanjang hari.

Sungguh kesalahpahaman yang manis… tapi ini untuk nanti.

Di kamar hotel, Chen Wei membantu kakaknya merapikan barang. Mulai hari ini mereka akan tinggal di bus tua. Menurut Chen Lin, bus itu lebih aman dari dunia luar. Tentu saja Chen Lin bisa percaya diri karena itu adalah hadiah dari sistem. Pasti bukan sampah, walaupun kelakuan sistem seperti sampah!

Sistem:.....

Saat mereka menjejalkan barang terakhir ke tas, tiba-tiba terdengar ketukan keras.

Tok. Tok. Tok.

Chen Lin menghentikan gerakannya dan melirik Wen Tao. “Kau pesan makanan?”

Wen Tao menggeleng cepat. “Aku bahkan belum buka aplikasi.”

Keduanya saling pandang.

Dengan langkah cepat, Chen Lin membuka pintu… dan langsung tertegun. Sungguh 'tamu' yang tak terduga.

“...Ada perlu apa?” tanya Chen Lin pada pemuda didepannya dengan heran dan sedikit waspada.

“Aku datang untuk menagih hutang,” jawab pemuda itu tanpa ekspresi.

Alis Chen Lin langsung melonjak. Serius? Dia benar-benar datang hanya untuk itu?

Ia belum berniat membayar uang itu sekarang—bukan karena tidak mau, tapi karena… ya, karena malas.

Dan ia sama sekali tidak menyangka pemuda itu akan sampai melacak tempat tinggalnya.

“Tunggu sebentar, aku segera ambil uangnya.” Chen Lin refleks hendak menutup pintu.

Namun sebelum pintu menutup, sebuah tangan ramping menahannya. Tangan yang terlalu putih untuk laki-laki biasa, jari-jarinya panjang dan rapi, seperti tangan yang ditakdirkan untuk memainkan piano di panggung megah.

Chen Lin spontan melongo. Kurang ajar, kulit pemuda itu lebih putih dari pada kulitnya. Sungguh membuatnya iri dan dengki!

“Aku tidak butuh uang,” kata pemuda itu dengan santai.

Chen Lin menatapnya lebar-lebar, curiga.

Tidak butuh uang?

Lalu maunya apa?

Dan pikiran absurd langsung muncul—kalimat klasik di novel romansa: “Bayar dengan tubuhmu.”

Wajah Chen Lin memerah seketika.

“A–apa kau pikir aku ini semurah itu?!” serunya sambil memelototkan mata.

Pemuda tampan yang terdesak itu mengerutkan kening, bingung dengan tanggapan Chen Lin. Beberapa saat kemudian, ia baru mengerti; wanita ini punya sirkuit otak yang ajaib.

Ia berpikir terlalu jauh, padahal dia tidak bermaksud seperti itu.

Ia segera mengklarifikasi, "Tidak, bukan begitu maksudku. Aku sekarang yatim piatu."

Chen Lin menatapnya dengan tidak sabar. "Jadi apa? "

"Bisakah kamu membawaku juga?" tanyanya dengan memohon

Chen Lin menggeleng tegas "Enak saja, tidaaaak"

dia ingin buru-buru menutup pintu.

Namun, ia meremehkan kekuatan pemuda itu. Pemuda itu melihat Chen Lin tidak menyerah, buru-buru menambahkan senjata andalannya, "Aku bisa menyetir!"

Chen Lin masih tidak tergerak. Pemuda itu kembali mencoba, "Aku juga bisa memasak makanan yang lezat!"

Kata-kata terakhir itu seketika membuat Chen Lin berhenti berjuang. Kepalanya menyembul dari balik pintu dengan cara yang, tanpa ia sadari, terlihat sangat lucu. Matanya berbinar penuh harapan.

"Benarkah?"

Pemuda itu mengangguk dengan tegas, merasa lega karena akhirnya menemukan titik lemah wanita di depannya.

Chen Lin segera membuka pintu lebar-lebar. "Coba buktikan."

Pemuda itu tidak langsung masuk. Ia berbelok, membawa uang ke kasir untuk meminjam dapurnya dan membeli bahan-bahan yang ada.

Chen Lin mengikutinya, mengawasi setiap gerakannya agar pemuda itu tidak berbuat curang. Melihat pemuda itu memotong sayuran dengan cekatan seolah sudah terlatih berkali-kali, Chen Lin akhirnya menaruh setengah kepercayaan.

Hanya setengah, karena bisa memotong bukan berarti masakannya enak. Jika tidak enak, ia akan menendang pantat pemuda itu, ehe.

Namun, melihat cowok tampan memasak di dapur dengan tangannya yang begitu cantik adalah pemandangan yang indah. Benar saja kata pepatah, jika kamu merasa lelah, maka lihatlah yang indah-indah, lelahmu akan hilang.

Tak lama kemudian, Chen Lin tidak lagi terpesona oleh pemuda itu, melainkan beralih fokus pada masakannya. Aroma gurih mulai tercium, membuat Chen Lin menelan ludah. Wowww, ini bikin ngiler!

Sepiring saus babi segera tersaji, diikuti sepiring jamur saus tiram. Tampilannya sungguh cantik, seperti masakan ala restoran mahal. Tanpa dipanggil, Chen Lin segera mengambil sendok dan menyicipi jamur saus tiram.

Ia memakannya dengan mata terpejam, dan tak lama kemudian, ia tertegun. "Ini... ini sangat enaaaak!" gumamnya. Padahal hanya jamur saus tiram rumahan biasa, tapi rasanya sungguh luar biasa.

Ia tidak sabar lagi menyicipi saus babi yang dari tadi bikin ia menelan ludah. Umm... ini juga sangat enak! Dagingnya empuk, tidak keras, pedasnya nampol, dan bumbunya pas.

Chen Lin melahap semuanya dengan puas, tanpa sengaja bersendawa kecil. Ia menatap pemuda di depannya dengan campuran rasa malu dan kagum.

"Bagaimana?" tanya pemuda itu.

Chen Lin segera mengatur ekspresi memujanya menjadi kembali tenang dan serius. Ia berdehem. "Makanannya lumayan."

Pemuda itu berkedut—mulut Chen Lin berkata lumayan, tapi matanya menatapnya seolah berkata, cepat masak lagi! Namun, ia tidak membongkar kebohongan itu dan tetap bertanya, "Apakah aku lulus?"

Chen Lin ingin sekali langsung mengiyakan sambil menyodorkan daftar menu untuk makan siang dan malam. Namun, ia menatap pemuda itu, menilai, dan berpura-pura berpikir.

"Apakah aku mudah dibeli hanya dengan makanan lezat?"

Pemuda itu hanya menatapnya, seolah berkata, Jika bukan karena makanan, kau tidak akan berlama-lama di sini.

Chen Lin memalingkan muka dengan kesal. Ya, kali ini ia tidak punya harga diri, yang penting ia bisa makan makanan lezat kapan pun ia mau—ia sudah bosan hanya makan mie instan.

Namun, ia segera bertanya dengan curiga, "Kamu tidak hanya menyerahkan tubuhmu saja, kan?"

Pemuda itu nyaris tersedak udara. Mulutnya berkedut, bingung dengan pilihan bahasa Chen Lin yang selalu ambigu. Ia segera berkata, "Tenang, aku sudah menyiapkannya."

"Baiklah," jawab Chen Lin. "Tunggu setelah kita sarapan, baru kita ke tempatmu nanti."

Chen Lin kembali ke kamar dengan dua piring saus babi dan jamur tiram di tangannya. Andai ia tidak memikirkan adiknya, makanan di tangannya itu pasti sudah ludes di tempat.

...****************...

Jangan lupa like dan komen yang menarik, biar othor semangat update!

1
Fitri R
lanjut...semangat upnya thor
Dewi hartika
terus dan semangat jangan pantang menyerah,lanjuttt😁😁🙏🙏
Windy Hapsarini
semangat Thor n sehat selalu ,,🥰🥰
mamah wangda
semangat 💪💪,jgn putus ditengah jalan
Grey Casanova
lanjut kak
Grey Casanova
blm up2 dah 3hri kak
lee zha
kocak.... luar biasa.... menegangkan.... tapi juga manusiawi.... 👌👌👌👌👍👍👍semangat terus ya
Windy Hapsarini
akhirnya Wen Tao punya kemampuan..😍😍
Fitri R
lanjut...semangat thor upnya
Yu~
love me🥰
Fitri R
lanjut...semangat upnya thor
Yu~: siap🫂
total 1 replies
Windy Hapsarini
makasih Thor, istirahat penting.. sehat n semangat selalu Thor 😍😍
Yu~: makasih ya, kamu juga jaga kesehatan🫂
total 1 replies
Lela Salsabila
semangat terus thor 💪💪💪💪
Yu~: siap🫂
total 1 replies
Windy_days
Phoenix, Dark Knight, The Dragon, Eclipse, Sun Rises 😇maaf kepikiran nya cmn ini aja
Yu~: ih bagusss ini, makasih ya🫂
total 1 replies
putra jaya
bagus kali
Yu~: makasih ya dukungannya
total 1 replies
putra jaya
saya juga Lanang tong tong thor🤣
Yu~: semoga sesuai dengan seleramu ya🤧
total 1 replies
Fitri R
lanjut...semangat thor upnya
Rizki Rahmawan
saya Lanang 😄🤭
Yu~: loh othor jadi malu, tak kira pemintanya cewek aja. bertanya dengan nada halus 'ko bisa? ' /Facepalm/
total 1 replies
Rizki Rahmawan
hadir 🙋 kakak
Fitri R
lanjut...semangat thor upnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!