Adam Xavier, memiliki seorang anak bernama Malvin Xavier. Anak ini baru berusia empat tahun, namun pemikiran nya melebihi orang dewasa.
Malvin Xavier selalu memerintahkan ayah nya untuk mencarikan seorang ibu untuk nya. Namun, Adam selalu menolak permintaan Malvin, dengan alasan, dia masih bisa membesarkan Malvin tanpa kehadiran seorang ibu di hidup mereka.
Pertemuan tak sengaja Malvin, dengan seorang wanita cadar, membuat Malvin memiliki keinginan untuk dekat dengan wanita itu, Malvin berharap jika wanita cadar itu bisa menjadi ibu pengganti untuk nya.
Siapa kah, wanita cadar yang membuat Malvin terus mendesak sang ayah untuk menikahi wanita cadar itu?
Yuk simak di, Wanita Cadar Destiny with Mas Duda !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ucapan bagaikan tertusuk sembilu
Adam membuka pintu lemari baju tersebut, dan memperlihatkan semua isi lemari itu kepada Najwa, wanita ini sendiri tidak mengerti apa yang sedang ingin suami nya tunjukkan kepada dia.
"Kamu ingin mengantikan posisi Humaira dalam rumah ini bukan? kamu juga ingin di sebut Nyonya Muda pertama bukan? kamu ingin di kenal sebagai Mommy Malvin, dan bukan Mommy asuh nya, itu bukan yang kamu inginkan Najwa Syahira ?" ucap Adam dengan tegas, dan menekan ucapan nya yang terakhir saat menyebut nama wanita itu dengan begitu lengkap ke dua kali nya setelah ijab qabul sebelumnya.
"Kamu ingin merubah seluruh isi kamar ini dengan milik mu, kamu ingin mengambil semua hak yang di miliki Humaira untuk dirimu? kamu ingin semua nya, apa itu yang kamu ingin 'kan Najwa Syahira. Sehingga dengan lancang nya kamu berani mengubah profil perusahaan di laptop ku, sungguh kamu begitu lancang Najwa, hanya saja aku menikahi mu, namun kamu lupa akan batasan mu, dalam memainkan peran mu. Kamu hanya sebatas memainkan peran ibu untuk Malvin, dan bukan peran istri, Aku harap kamu tidak lupa akan hal itu, Najwa Syahira!" tegas Adam, kini menatap lekat ke arah netra Najwa, wanita yang di tuduh dan di lemparkan kesalahan yang tidak pernah di lakukan nya, kini hanya bisa diam, meneteskan air mata nya, membasahi cadar yang menutupi wajah nya sebagian.
Orang yang saat ini sedang di marahi, dan di tuduh berbagai macam kesalahan, hanya bisa diam menanggung semua ucapan Adam yang tidak ada saringan sedikit pun.
Ucapan pedas nya telah melukai hati kecil Najwa, bahkan wanita ini sampai gemetar mendengar teriakan demi teriakan dari mulut Adam, yang tiada henti nya.
Tangan Najwa ikut dingin, bahkan bibir nya menjadi kelu, tidak mampu berucap walau hanya sebatas membela diri.
"Ma-Maaf Abang..." itu kata - kata yang akhir nya lolos dari bibir Najwa, hanya mengucapkan kata maaf, yang dia sendiri tidak tahu, kesalahan apa yang telah di perbuat oleh nya.
"Abang maaf..." ucap Najwa lagi, membuat Adam tertegun, mendengar suara Najwa yang sedikit gemetar. Adam akhirnya menyadari jika Najwa ketakutan setelah beberapa kali mendengar suara nya yang begitu keras.
Namun, Adam tidak menyesal telah memarahi istri nya tersebut. Justru, Adam lega akhirnya dia telah menunjukkan posisi yang pantas untuk Najwa, Adam telah membuat Najwa sadar jika diri nya hanya sebatas ibu asuh untuk Malvin, dan Adam ingin Najwa berperan layaknya seorang Mommy bukan seorang istri. Karena, Adam tidak membutuhkan wanita lain, selain istri pertama nya Humaira.
"Kembalilah ke kamar mu!" titah Adam, dan berbalik membelakangi Najwa yang saat ini masih berdiri di belakang nya. Adam berkacak pinggang dan tidak ingin menatap wanita yang berada di belakang nya, saat ini wanita itu sedang menatap punggung kekar sang suami, ingin sekali menyentuh dan mengusap nya. Najwa ingin memohon maaf, jika dia belum bisa menjadi wanita yang di inginkan oleh suami nya.
Namun, niat itu kembali di tepis Najwa, saat beberapa detik yang lalu, makian Adam terhadap diri nya mulai kembali melintasi pikiran Najwa. Tidak ingin membuat Adam semakin marah, Najwa memilih meninggalkan kamar Adam.
"Hiks...Hiks...Hiks..."
Sebelum berlalu dari kamar itu, Adam sempat mendengar isak tangis Najwa yang begitu pilu, Adam sempat menoleh saat wanita itu, keluar dari kamar nya. Namun, amarah yang telah menguasai diri nya, membuat hati Adam menjadi batu.
Adam takut, jika dia akan jatuh cinta kepada wanita lain, membuat dia merasa telah mengkhianati Humaira. Padahal orang yang telah meninggal hubungan sudah putus dengan orang yang masih hidup, kecuali doa - doa dari anak yang Sholeh.
Adam duduk di tepi ranjang, mengusap kasar wajah nya, tangisan pilu yang sempat terdengar dari bibir Najwa membuat Adam kini menyesal. Hanya saja, pria ini tidak berani mengaku nya, dia lebih memilih untuk diam dan membiarkan Najwa menanggung segala nya.
Dari arah ruang tamu, Melda melihat menantu nya yang menuruni anak tangga dengan tergesa - gesa, bahkan ia melihat jika Najwa sedang menangis.
"Apa yang terjadi?" gumam Melda, yang berdiri dari tempat duduk nya.
"Tante, aku ingin berpamitan pulang, seperti ada urusan yang harus ku selesaikan" ujar Pria tampan itu, dengan lesung pipi nya, wajah Darwin terlihat lebih teduh dari pada Adam. Namun, entah kenapa Adam tetap pemenang nya dalam ketampanan, dan bahkan Adam juga seorang pria yang mampan.
Oleh sebab itu, tidak sedikit wanita yang menggilai Adam, hanya saja mereka takut, setelah melihat wajah sangar Adam yang begitu menakut 'kan jika ada wanita yang berani mendekati nya, Adam tidak segan - segan menolak mereka dengan mentah.
"Tidak mau menginap disini, barang hanya semalam ?"
"Tidak Tante, besok harus mengantar Sarah ke rumah mertua nya, karena Sarah akan tinggal disana" ungkap Darwin, yang kini bangun dari tempat duduk nya. Darwin menciumi punggung tangan Melda, lalu wanita tua itu mengantar Darwin menuju pintu utama.
Di dalam kamar, Najwa meluapkan semua kesedihan nya, di lantai kamar, ia duduk di belakang pintu kamar, mengingat semua ucapan pedas yang keluar dari bibir lelaki yang baru saja menjadi 'kan nya istri. Namun, belum pernah terlihat pria itu memperlakukan nya dengan baik.
'Ya Allah, aku hanya manusia biasa, bagaimana aku bisa menepis segala perasaan yang muncul di dalam hati ku ini, aku sadar Suami ku mencintai Istri nya, tapi aku juga istri nya, dapat kah aku bertahan dalam segala kesedihan ini hanya demi ridho mu ya Allah'
Najwa mendekap kedua lutut nya saat dia meringkuk di lantai, tangan nya masih terasa dingin, bahkan bibir dan tubuh nya ikut gemetar, saat raungan suara teriakan itu masih terasa panas di telinga Najwa.
Ucapan tajam Adam, sangat melukai batin Najwa, kali ini Najwa serasa sangat rapuh, dia hanya manusia biasa, Najwa tidak ingin menjadi manusia munafik.
Najwa mengakui jika hati nya mulai menaruh rasa kepada pria yang bahkan enggan untuk melihat nya. Pria itu adalah Adam, yang sampai saat ini masih mencintai istri nya yang sudah lama meninggal.
Tok ! Tok ! Tok !
"Najwa, ini ibu. Apa kamu tidak menjemput Malvin?" tanya Melda, dari balik pintu kamar. Najwa langsung menyeka air mata nya, dan segera berdiri.
Najwa memegang handle pintu kamar, sebelum ia berhasil membuka pintu tersebut, lebih dulu Najwa mencoba mengontrol emosi nya, dan juga mengontrol nafas nya.
Ceklek !
"Ibu..." lirih Najwa, yang berusaha tersenyum, namun Melda dapat melihat netra Najwa yang memerah, akibat menangis.
"Apa yang terjadi ? kamu menangis sayang?" tanya Melda, kini menyentuh wajah Najwa, wanita ini langsung memegang tangan Melda, dan menurunkan nya dari wajah, serta memegang erat tangan Melda, sesekali menepuk punggung tangan wanita tua itu.
"Najwa baik - baik saja ibu, Najwa akan pergi menjemput Malvin. Ibu, besok hari Minggu boleh kah, Najwa dan Malvin nanti malam menginap di rumah Kak Romi?" izin Najwa, Melda terkejut, karena Najwa belum pernah meminta izin untuk menginap di rumah nya semenjak dia datang ke rumah Adam.
"Najwa apa kamu dan Adam lagi ada masalah? Najwa, cerita sama ibu. Meskipun ibu tidak ingin ikut campur, namun Adam adalah anak ibu, jika dia berbuat salah, tentu saja ibu akan menghukum nya, karena telah menyakiti wanita sebaik kamu" ungkap Melda, yang mengusap punggung tangan Najwa dengan lembut.
Najwa tersenyum menanggapi ucapan ibu mertua nya, "Najwa tidak apa - apa ibu, Najwa akan mengambil beberapa baju milik Malvin, dan baru menjemput nya, tolong minta ijin sama Abang Adam ya Bu" tukas Najwa,
"Iya sayang, kamu hati - hati lah di jalan"
Najwa mengangguk, lalu kembali masuk ke dalam kamar, dan mengambil beberapa pasang baju ganti untuk Malvin, karena mereka akan menginap di tempat Romi.