Karena kehidupan yang sangat miskin,Amira terpaksa merantau ke kota Jakarta,meninggalkan suaminya di desa tinggal bersama mertuanya.Amira sangat berharap kepergiannya ke kota Jakarta bisa merubah kehidupannya kelak di desanya.
Ternyata kepergiannya merantau untuk mencari modal membuat suaminya berpaling ke lain hati dan itu semua di tutupi oleh mertuanya yang sangat munafik.
Amira menghabiskan banyak uang untuk mertua dan suami yang sudah mengkhianatinya.
Bagaimana kisah hidup Amira apakah dia bisa melanjutkan pernikahannya dengan suaminya yang sudah memiliki istri siri atau dia meminta cerai dan bagaimana mertuanya yang sangat munafik dan jahat? bagaimana keluarga mertuanya melanjutkan hidup sementara selama ini Amira menjadi tulang punggung mereka?
ikuti kisah sedih pernikahan wanita lugu dan polos ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agustina Pandiangan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 ~ Menjaganya ~
Amira mengurus majikannya seperti biasa walaupun perasaanya sedang tidak baik-baik saja,dan dia juga merasakan lelah yang luar biasa mungkin karena semalaman dia tidak tidur.
Hari ini hari sabtu,Adam tidak berangkat ke kantor dia istrahat di kamarnya dan hari ini dia memberikan waktu untuk pelayan selama seharian mereka bebas kemana pun yang mereka inginkan.
"Amira,kita jalan-jalan ya...Tuan Adam kan jarang-jarang memberikan waktu untuk kita." Ajak seorang pelayan yang juga masih muda sama seperti Amira.
"Kalian pergi saja,aku tidak enak badan,aku juga ingin tidur seharian ini,semalam aku tidak bisa tidur,aku kepikiran sama suami yang ada di kampung." Jawab Amira dengan nada lemah.Terlihat sekali kalau dia sedang menahan kantuk.
"Baiklah kalau gitu,kami pergi dulu ya,jaga rumah baik-baik.Dan satu lagi jangan terlalu percaya sama suami yang kita tinggalkan di kampung,kalau mereka minta uang terus jangan kasih takutnya dia sudah nikah yang ada nanti dia memanfaatkan kamu.Sudah ya kami pergi dulu." Ucap pelayan itu lagi lalu dia lari mengejar teman-temannya yang sudah pergi jauh.
Amira mengerang keras,tidak tau apa yang ada dipikirannya hingga dia mengerang seperti itu,sementara adam yang menatap dari atas hannya bisa diam dan tersenyum kecil.
Amira kembali kedalam kamarnya,dia sudah bebas karena majikannya sudah tidur sejak dari tadi,beberapa hari ini majikannya itu sangat senang tidur baik siang atau malam dia.
Saat hendak sampai di depan kamarnya dan ingin membuka pintu,Adam memanggilnya,sebenarnya Amira sangat tidak enak jika dia sedang berada di sekitar tuan besarnya ada rasa sungkan yang sangat besar di hatinya.
"Kamu buatkan aku kopi,kamu juga bisa meminumnya,nanti rasa ngantuk mu akan hilang perlahan." Adam memberikan dua bungkus kopi sachet tapi dia belum pernah melihat kopi seperti itu.
"Tuan apa anda masih membutuhkan gula?"
"Tidak,tapi airnya cukup setengah gelas,itu bukan kopi sembarangan aku membawanya dari Eropa kamu bisa meminumya juga."
"Terima kasih tuan." jawab Amira lalu dia pergi ke belakang dan membutakan kopi sesuai ajaran Adam sang majikan.
Amira meneguk kopi miliknya,dia sudah tidak tahan menahan kantuk yang sangat berat,dia juga takut tidur siang karena majikannya selalu membutuhkan nya kalau siang hari.
"Enak juga kopinya,pantas saja tidak pakai gula,tampa gula saja rasanya sudah sangat enak." Ucapnya lalu dia menghabiskan kopi miliknya setelah itu dia membawa segelas kopi lagi untuk tuan Adam.
Setelah meletakkan kopi milik majikannya, Amira segera pamit ke kamar dia benar-benar tidak nyaman berdekatan dengan Adam,dia tidak ingin menjadi wanita yang tidak menghargai pernikahannya yang sakral.
Sementara itu Adam selalu mencari cara agar dia bisa berdekatan dengan Amira,detak jantungnya akan selalu berdebar hebat saat Amira berada disisinya tidak peduli itu hannya sebentar yang penting Adam merasakan hatinya sangat tenang berada di samping wanita yang sudah menikah itu.
****
Sementara itu di rumah kecil milik Dimas,sudah ada beberapa orang yang mulai sibuk untuk menghiasi seluruh rumah,Maya menolak pernikahan kedua Dimas tidak di buat syukuran,dia memaksa Dimas dan Safira untuk mengundang semua tetangga agar semua orang tau kalau mereka sudah menikah.
Dimas keluar dari dalam rumah,beberapa tetangga juga sudah datang kerumah mereka untuk membantu mereka.Dimas menghela napas berat,sebenarnya dia malu melakukan pesta seperti sekarang ini,karena semua tetangganya tau kalau pernikahannya dengan Amira baik-baik saja.
"Kasihan sekali Amira,aku rasa dia tidak tau suaminya sudah menikah lagi,padahal kata Amira sewaktu berangkat ke Jakarta,dia hannya mencari modal di sana setelah itu dia pasti kembali lagi." Ucap seorang tetangga yang sedang membersihkan bunga-bunga yang akan di pasang di halaman rumah.
"Biar saja Bu,itu bukan urusan kita,dari dulu kan kita tau kalau dimas selalu menuruti semua kata-kata ibunya tidak peduli itu baik atau buruk." Jawabnya lagi.Dimas kembali menarik napas berat ada sedikit rasa takut di hatinya.
Karena tidak ingin mendengar gosip dari tetangga-tetangganya,Dimas memilih kembali kedalam kamarnya dan tiduran menunggu ibu dan adiknya yang sedang pergi ke butik Safira meminta baju yang akan mereka kenakan besok.
Maya dan Tuti baru saja sampai di butik Safira,mereka langsung mendorong pintu dan masuk ke dalam menemui Safira yang sedang sibuk menyusun gaji kariawan nya.
"Sayang banget aku harus bayar gaji mereka,tapi tenang saja,kalua aku sudah menikah dengan Dimas aku bisa memakai gajinya untuk membantu membayar cicilan bank." Ucapnya dalam hati sambil menutup bukunya.
"Safira....Kamu masih sibuk bekerja? besok kamu sudah menikah Lo harusnya kamu istirahat." Ucap Maya saat dia melihat Safira yang sibuk menulis.
"Tante ada apa kalian kemari?" Safira beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Tuti dan Maya dia membawa keduanya keluar dari ruangan pribadinya.
"Safira...Besok kamu sudah sah menikah dengan anakku,tidak seharunya kamu memanggilku Tante lagi panggil aku ibu." Ujarnya lalu duduk di sopa yang ada di tempat itu.Amira mengabaiakan kata-kata calon mertuanya, mulai sekarang dia harus menghindari adik dan calon mertuanya.
"Safira berikan kami baju yang akan kami kenakan besok,tidak mungkin kan di acara pernikahan mu,kami memakai baju seadanya,dan bahkan aku minta uang juga,aku mau beli sepatu dan tas kita harus tampil mewah supaya tetangga-tetangga tidak memandangku rendah besok." Ucap Maya dengan santai.
Safira sangat kaget mendengar kata-kata Maya,dia tidak berfikir kalau calon mertuanya yang matre itu akan meminta semua darinya.
"Aku tidak punya uang Tante,aku baru saja membayar gaji kariawan ku,dan juga sudah membayar semua biaya operasional toko,kemarin aku baru saja mengirim uang kepada grosir ku,aku ingin belanja barang-barang baru." Safira mencari alasan yang tepat,sedikit pun dia tidak rela memberikan uang kepada calon mertuanya itu.
Wajah Maya yang sombong dan angkuh langsung berubah setelah mendengar penolakan yang dilontarkan Safira,dia tidak menyangka Safira memberinya penolakan yang sangat membuatnya marah.
"Jadi kamu akan membiarkan aku memakai baju dan tas serta sepatu usang yang sudah lama,kamu kan banyak uang,bahkan kamu punya banyak perhiasan masak kamu perhitungan sama mertuamu." Ujarnya dengan wajah yang sangat kesal.
"Jadi aku mau bilang apa lagi,pokonya aku tidak punya uang dan pakaian di toko pun semuanya sudah ada yang punya,lebih baik Tante minta uang dari mas Dimas untuk membeli semua keinginan Tante." Ucapnya.
💗💗💗bersambung 💗💗💗
-
sengsara nanti kau dimas. banyak dzalim pada isteri yg tulus..
orang tua dimas dan adiknya minus adab.keluarga semerawuttt
.