Darren Alfred, seorang mafia kejam yang berkedok Ceo tidak pernah merasakan jatuh cinta dalam hidup nya. Bahkan terhadap ibu dan adik kandung nya sendiri ia bersikap dingin dan ketus.
Bukan tanpa alasan, penyakit aneh yang di deritanya membuat pria itu tidak bisa melihat dengan jelas wajah seorang wanita.
Hingga akhirnya ia di pertemukan dengan Jean, wanita yang pertama kali menarik perhatiannya karena hanya wajah Jean lah yang bisa dilihat oleh Darren. Sampai pria itu terobsesi dan ingin menjadikan Jean miliknya.
Akankah Jean menerima cinta Darren ataukah sebaliknya?
#Cast pemeran bisa liat di Ig @meyda_30
Up 1-2 bab/hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Kamar hotel
Darren....." ucap Jean dengan bibir bergetar dan menganga, ia tidak menyangka jika Darren akan menghabisi pria itu hanya dengan sekali tembakan.
Berbeda dengan Darren yang menatap Jean dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Tuan sebaiknya kita--" ucapan Steve terpotong saat melihat Darren mendekati Jean dan membentak wanita itu.
"Puas!" teriak Darren. ''Kau senang disentuh olehnya bukan? Kenapa kau tidak mendengarkan ucapan ku untuk tetap menunggu dan diam di sana Jean!''
Jean terdiam dan mengepalkan tangan erat. Rencananya untuk melarikan diri gagal dan yang lebih parah lagi hampir saja diperkosa oleh pria hidung belang.
''Apa sebegitu inginkan kau lepas dariku, katakan!"
''Aku hanya ingin bermain-main saja Darren tidak lebih." ucap Jean dengan wajah tak bersalah sama sekali.
Darren yang geram, ia mengeraskan rahangnya dan memejamkan kedua matanya sekilas. Bagaimana bisa wanitanya bilang hanya ingin bermain-main sedangkan ia begitu khawatir karena kehilangannya.
'Astaga, Nona Jean suka sekali mencari masalah. Apa dia tidak tau kalau Tuan Darren baru saja menghabisi beberapa bodyguard yang tidak bisa menemukannya tadi' batin Steve.
"Bermain-main kau bilang?!" Darren membopong Jean. "Akan aku tunjukan apa itu bermain yang sebenarnya!" tekannya membawa wanitanya pergi dari sana.
'Habislah kau Jean' gumamnya dalam hati dan menelan saliva susah payah.
"Steve!"
"Baik tuan, saya akan segera melakukannya," ucap Steve yang seakan mengerti apa keinginan Darren.
*
*
*
Setelah membereskan semua kekacauan yang terjadi, Darren membawa Jean ke kamar hotel yang masih berada di dalam satu gedung dimana pesta pernikahan rekan bisnisnya tadi dilakukan.
"Ini kamar kamar anda Tuan," ucap Steve menyerahkan dua key card pada Darren.
"Terima kasih, dan jangan lupa awasi Clara. Dia pasti sedang bersama dengan Edward si brengsek itu," perintah Darren melirik Jean sekilas yang sejak tadi menatapnya kesal.
''Kenapa kau melirikku! Aku tidak peduli lagi padanya," Jean mengerucutkan bibirnya.
Darren membawa wanitanya masuk dan meletakkan tubuhnya perlahan di sisi ranjang. Ia berlutut dan meraih kaki Jean. "Lukanya semakin membengkak, aku akan mengompres dan mengoleskan salep. Jika besok belum membaik terpaksa kita harus ke dokter," ucapnya dengan tatapan dingin dan datar.
'Apa dia marah?' batin Jean. Ia terus memperhatikan apa yang Darren lakukan dibawah sana, yang telaten dan sabar mengobati lukanya.
"Istirahatlah, aku akan kembali ke kamarku."
''Bukankah kau bilang tadi ingin bermain denganku?" tanya Jean membuat Alex menghentikan langkahnya. "Dan juga apa kita akan tidur terpisah malam ini?"
'Oh god! Apa yang kau katakan Jean Ashley. Memalukan sekali, bisa-bisanya kau mengajak pria ini tidur bersamamu' gerutu Jean dalam hati.
Ya selama tinggal hampir satu bulan bersama Darren, ia selalu tidur bersama dengannya meski tidak melakukan apapun.
"Aku sudah tidak berminat," jawab Darren sebelum keluar dari kamar Jean dan menutup pintunya rapat.
Terbesit rasa bersalah dari dalam hati Jean karena sudah melakukan ini pada Darren. Bukankah seharusnya dia yang marah? kenapa jadi pria mesum itu?
''Ya! Kenapa aku malah memikirkan wajah nya yang menyebalkan itu.''
Tok Tok!
Terdengar suara pintu yang diketuk dari luar, Jean mengira kalau itu adalah Darren. Sebuah senyuman terukir dari sudut bibirnya saat ia akan melangkah membuka pintunya.
''Nona ini saya Steve, bisakah kita bicara sebentar?''
Senyuman itu luntur seketika, berganti dengan tatapan kesal. ''Nona kenapa menatap saya seperti itu?'' tanya Steve heran.
''Ku menggangguku Steve Lewis! Katakan sekarang karena aku lelah ingin tidur!''
Steve duduk dan mulai menceritakan semuanya tentang Darren, apa yang di alami Tuannya dengan detail dan tanpa terlewat sedikitpun. Termasuk juga tentang penyakitnya yang aneh itu, yang hanya bisa di sembuhkan oleh Jean.
Jean tertawa mendengar semua omong kosong Steve yang benar-benar tidak masuk akal. ''Mana ada penyakit yang saat ku sentuh jadi sembuh! Itu hanya tipu daya nya yang mengambil kesempatan dalam kesempitan,'' elak Jean.
Steve menghela nafas kasar dan menatap Jean serius. ''Jadi Nona mau bukti? Kalau begitu ikutlah bersama saya. Tapi jangan menyesal jika tuan Darren di sentuh oleh wanita selain anda Nona.''
''Apa maksudmu?''
''Membuktikan ucapan saya Nona.''
Steve menghubungi anak buahnya untuk membawa beberapa wanita jalaang ke hotel, lebih tepatnya ke kamar Darren.