Amora, seorang gadis bangsawan yang muak dengan semua aturan yang mengekang pada awalnya hanya ingin keluar dari kediaman dan menjelajahi dunia bersama pelayan pribadinya
Menikmati kebebasan yang selama ini diambil secara paksa oleh kedua orang tuanya pada akhirnya harus menerima takdirnya
Sebagai gadis yang terlahir dengan berkat kekuatan suci, dia memiliki kewajiban menjaga perdamaian dunia.
Amora yang pada awalnya masih berusaha menghindari takdirnya dihadapkan pada kenyataan pahit.
Fitnah keji telah menjatuhkan keluarga Gilbert.
Amora Laberta de Gilbert, merubah niat balas dendamnya menjadi ambisi untuk menegakkan keadilan karena kekuatan suci dalam tubuhnya, menghalanginya.
Demi memuluskan tujuannya, Amora menyembunyikan identitasnya dan bergabung dalam tentara.
Mengawali karir militernya dari tingkat paling rendah, Amora berharap bisa menjadi bagian dari pasukan elit yang memiliki tugas menegakkan keadilan dimana itu selaras dengan tujuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PETUNJUK
Amora memacu kuda kesayangan yang diberi nama Blast tersebut dengan kecepatan penuh.
Ada sedikit eleman cahaya yang Amora salurkan kedalam tubuh Blast agar kuda tersebut tak cepat merasa capek dan staminanya tetap terjaga.
Beberapa desa telah Amora lewati, kini dia hampir selangkah menuju tempat dimana dia dilahirakan sekaligus tempat yang meninggalkan kenangan buruk dan paling menyakitkan untuknya.
Kedua kaki Blast menginjak hutan yang ada didepan kota Erythra begitu sang surya menampakkan wujudnya di bumi.
Amora melajukan kudanya dengan pelan, menelisik bagian hutan yang kini sebagian besar telah gundul akibat pertempuran yang terjadi dua tahun silam.
Begitu tiba ditengah-tengah bagian hutan yang telah gundul, Amora turun dari atas kudanya dan membungkuk.
“Ternyata, tanah disini telah tercemar sehingga tumbuhan tak bisa lagi tumbuh setelah aura hitam masuk kedalam tanah, membuatnya tak subur dan menjadi gersang”, guman Amora sambil mengambil segenggam tanah dimana, tempat pertempuran berdarah yang menewaskan ibu, Klara dan teman-temannya berlangsung.
Tak ingin hutan yang selama ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang hidupnya, Amora meletakkan telapak tangannya ditanah gersang itu dengan mata terpejam.
Tanah yang semula berwarna putih pucat seperti batu kapur tiba-tiba saja kembali berwarna coklat kehitaman dan rumput-rumput liar mulai tumbuh diatasnya.
Tempat yang semula terlihat gersang dan kosong, kini telah sepenuhnya berwarna hijau segar, memanjakan mata.
Para hewan yang menyaksikan keajaiban tersebut bergegas maju menuju dimana Amora berada dan mengelilinginya.
Kicauan burung dipohon pun turut meramaikan perayaan kembalinya hutan rimbun yang selama ini menjadi tempat tinggal mereka.
Melihat kebahagiaan semua makhluk hidup yang tinggal dihutan, Amora tersenyum lebar karena kekuatan alam yang dimilikinya mampu mengembalikan kerusakan ekosistem akibat ulah manusia serakah.
Amora meninggalkan Blast yang tengah menikmati rumput hijau segar yang baru tumbuh untuk menuju gua dimana dia biasa gunakan untuk melatih kekuatan.
Sebuah tempat tak jauh dimana Klara terbujur kaku dengan punggung penuh panah yang Amora yakini sebagai tempat yang dituju oleh pelayan pribadinya untuk membawa Regina yang kalah itu sedang terluka agar bisa beristirahat disana.
Setelah meloncati beberapa pohon besar, akhirnya Amora tiba didepan kolam hitam yang ada tepat di dekat mulut gua.
Blassst....
Amora membakar semak yang menutupi mulut pintu gua sehingga tubuh rampingnya bisa masuk kedalam.
Mengeluarkan bola api kecil dari telapak tangannya, bagian dalam gua yang gelap menjadi terang. Amora pun segera menelusuri bagian dalam gua yang tak terlalu luas itu dengan seksama.
“Apa itu?”, gumannya penasaran.
Begitu mendekat dan membungkuk, Amora mengambil dompet kain hasil sulaman Regina berbentuk bunga mawar merah yang penuh dengan duri.
Bunga mawar merah ini Regina bilang melambangkan sang adik, yang memiliki kecantikan yang mematikan karena tubuhnya dipenuhi oleh duri beracun.
Sementara Regina melambangkan dirinya sendiri seperti bunga Lili putih yang cantik dan bersih, sama anggunnya dengan perilaku sang kakak.
“Kakak”, Amora menggenggam dompet kain tersebut dengan kedua mata berkaca-kaca.
Dia tak menyangka jika Regina akan membawa dompet kain milik yang seharusnya diberikan kepadanya dalam pelarian malam itu.
Amora yang meremas dompet kain tersebut merasa ada sesuatu didalamnya pun segera membukanya.
“Aku dan kakakmu selamat. Kota Erythra sudah tidak aman. Countess Miskha dan Marquess Boryet telah menguasai kota. Kami akan mencoba pergi ke kerajaan Nerius, mencari keluarga Viscountess Sabrina untuk meminta perlindungan”
Degub jantung Amora berdetak kencang waktu dia melihat bagian bawah kain yang ditulis dengan darah segar tersebut tertera nama Remo.
Remo adalah nama gurunya!
Remo adalah guru pertama Amora!
Lelaki berusia tiga puluh delapan tahun itulah yang menumbuhkan semangat dan harapan ketika tak ada satupun anggota keluarga mengerti dirinya.
Dari lelaki itulah, Amora mempelajari ilmu berpedang, memanah, berkuda, dan ilmu beladiri untuk melindungi dirinya ketika sedang berada dalam bahaya.
Meski tak sesempurna Solan, tapi lelaki itu juga memiliki hati yang tulus, sama seperti gurunya sekarang.
Karena cukup memahami kondisi Amora, Remo tak pernah menuntut imbalan apapun darinya karena lelaki itu cukup tahu kondisi gadis itu dalam keluarganya seperti apa, jadi dia menerima saja apa yang Amora bawa ketika dia datang untuk berlatih dengannya.
Untungnya, Amora bertemu dengan Remo dan teman-temannya. Meski mereka menjadi gelandangan dan memiliki pekerjaan serabutan untuk menghasilkan uang demi bisa hidup dan tinggal di tempat kumuh. Setidaknya mereka tak melakukan kejahatan yang melanggar hukum.
Justru yang sering melakukan kejahatan yang melanggar hukum adalah para bangsawan, yang dengan status tingginya bisa membeli hukum.
Merubah hitam menjadi putih. Menyingkirkan semua orang yang menghalangi jalan mereka dengan keji, seperti yang menimpa keluarganya kala itu.
Amora mencengkeram surat yang Remo tulis dengan erat, kedua matanya memancarkan binar kebahagiaan.
Gurunya ternyata tidak mati dan telah menyelamatkan kakaknya. Secercah harapan untuk menemukan satu-satunya anggota keluarga yang dimilikinya tumbuh semakin kuat.
“Kakak, guru, aku akan menemukan kalian dan membawa ke tempat yang aman”, guman Amora penuh haru.
Amora sudah berkonsultasi dengan Solan sebelumnya jika nanti dia menemukan sang kakak, dia akan membawa Regina ke balai pengobatan milik gurunya sampai kondisi dunia menjadi stabil.
Amora dan Solan yang merasakan jika aura kegelapan kembali muncul dan terasa semakin kuat sehingga keduanya pun bertekad untuk memberantas habis para iblis yang mulai naik ke dunia manusia dan menyesatkan mereka.
Satu-satunya tempat yang aman bagi Regina hingga tugas Amora berakhir adalah tempat milik gurunya itu.
Selain tempatnya tak terlihat dengan mata normal, disana suasana serta semua orang menebar aura positif yang bisa membuat Regina yang kemungkinan besar mengalami trauma yang sangat dalam, bisa sembuh.
Memikirkan kembali bahwa sang kakak masih hidup, membuat kebahagiaan Amora membuncah, sehingga diapun segera berlari menuju diaman Blast sedang beristirahat dan berniat pergi ke kerajaan Nerous untuk menjemput sang kakak.
Sementara itu, dilain tempat, tepatnya didalam sebuah penginapan, seorang pemuda tampan bersurai silver dengan bola mata senada dengan rambutnya , tampak menatap tajam ke salah satu anak buahnya yang tengah berlutut didepannya.
“Bagaimana, apa ada petunjuk?”, tanyanya tajam.
“Mohon maaf Yang Mulia, kami hanya menemukan token milik Duke Howart disaku salah satu pakaian mereka setelah keduanya melakukan bunuh diri dengan menggigit lidah mereka”, ujarnya melapor.
Pemuda tampan dan dingin yang merupakan putra mahkota kerajaan Orpagos yang bernama Vederict de Blaire tersebut menggenggam erat token salah satu bangsawan bermuka dua didalam istana yang sangat dilindungi oleh ibu Ratunya.
Entah hubungan terlarang seperti apa yang ibu Ratunya miliki dengan sang Duke hingga selalu menjadi garda terdepan untuk melindunginya setiap kali lelaki itu mendapatkan masalah.
Kali ini, bahkan pria itu kini telah berani untuk melenyapkannya. Putra Mahkota Vederict, bukanlah pangeran Orlando dan Zaphire yang akan tetap diam setelah mendapatkan perlakuan buruk dari pria bermuka dua itu.
“Baiklah. Tampaknya dia ingin bermain-main denganku. Maka, aku akan menunjukkan bagaimana konsekuensinya telah berani menyentuhku”, ucap Putra Mahkota Vederict penuh dendam.
Saat ini, bukti tentang kebusukan Duke Howart masih belum cukup untuk membawanya ke pengadilan agar membusuk dipenjara.
Putra Mahkota Vederict bertekad, jika waktunya tiba, maka dengan kedua tangannya sendiri, dia akan menyeret pria paruh baya itu kebawah dan menhgancurkan seluruh keluarganya.