NovelToon NovelToon
MENGEJAR CINTA PAK GURU

MENGEJAR CINTA PAK GURU

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Bareta

Arjuna Hartono tiba-tiba mendapat ultimatum bahwa dirinya harus menikahi putri teman papanya yang baru berusia 16 tahun.

“Mana bisa aku menikah sama bocah, Pa. Lagipula Juna sudah punya Luna, wanita yang akan menjadi calon istri Juna.”

“Kalau kamu menolak, berarti kamu sudah siap menerima konsekuensinya. Semua fasilitasmu papa tarik kembali termasuk jabatan CEO di Perusahaan.”

Arjuna, pria berusia 25 tahun itu terdiam. Berpikir matang-matang apakah dia siap menjalani kondisi dari titik nol lagi kalau papa menarik semuanya. Apakah Luna yang sudah menjadi kekasihnya selama 2 tahun sudi menerimanya?

Karena rasa gengsi menerima paksaan papa yang tetap akan menikahkannya dengan atau tanpa persetujuan Arjuna, pria itu memilih melepaskan semua dan meninggalkan kemewahannya.

Dari CEO, Arjuna pun turun pangkat jadi guru matematika sebuah SMA Swasta yang cukup ternama, itupun atas bantuan koneksi temannya.

Ternyata Luna memilih meninggalkannya, membuat hati Arjuna merasa kecewa dan sakit. Belum pulih dari sakit hatinya, Arjuna dipusingkan dengan hubungan menyebalkan dengan salah satu siswi bermasalah di tempatnya mengajar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Ajakan Liburan Bersama

Senin pagi, Cilla sudah bersiap di lobby. Pagi ini ia akan melanjutkan liburannya ke tempat Bik Mina di daerah Gunungpati sebelum' ke kota Semarang.

“Cilla, kok udah rapi aja ?” Theo dan Erwin yang baru selesai sarapan menghampiri Cilla yang duduk di sofa lobby.

“Mau lanjut liburannya. Om. Om sendiri kapan pulang ? Masih mau keliling sekitar Ambarawa atau ke Semarang ?”

“Sebetulnya kita nggak punya rencana dan nggak tahu enaknya gimana, Cil,” sahut Erwin.

“Mau bareng ke Semarang ?”

Theo dan Erwin saling menatap lalu menoleh menatap Cilla.

“Beneran ?” Tanya mereka kompak. Cilla mengangguk.

“Tapi Cilla nggak yakin kalau Pak Arjuna mau.”

“Kalau Juna sampai mau, kamu serius kan nggak keberatan. ?”

“Iya, tapi jangan banyak komplain ya. Pokoknya Cilla aturin jalan-jalan yang berkesan.”

“Kamu jalan jam berapa, Cil ?”

“Sebetulnya mobil datang sebentar lagi, tapi kalau om-om mau ikut, Cilla bisa tunggu asal nggak pakai lama, ya.”

Theo dan Erwin mengangguk dan kembali menemui tiga sahabat lainnya untuk mencari kesepakatan.

Cilla sendiri langsung menghubungi kantor sewa mobil. Rencananya Cilla akan diantar dengan mobil minibus yang lebih kecil karena hanya sendiri, tapi mengingat ada tambahan 5 orang plus bagasi mereka, mau tidak mau harus tukar dengan mobil yang lebih besar, seperti yang dipakai saat wisata ke Eling Bening dan pernikahan Dono.

Tidak lama, kelima pria itu keluar dari resto dengan posisi Arjuna paling belakang dan sedikit jauh. Cilla sudah menebak kalau calon gurunya itu tidak akan setuju.

“Cil, untuk biaya mobilnya nanti kita bagi sama-sama aja,” ujar Luki.

“Nggak usah kalau masalah mobil. Nanti om-om bayar hotel aja. Kalau mau satu hotel dengan Cilla nanti bisa dipesankan. Cukup dua kamar aja untuk berlima.”

“Aku bobo sama kamu juga mau kok, Cil,” ujar Erwin sambil mengerling.

“Wooii dasar maunya !” Boni menoyor kepala Erwin yang malah tertawa.

“Udah sana kalau pada mau bareng. Biar nggak kesiangan, nanti kena macet.,” Cilla mengusir para pria itu untuk bergegas. Ia tidak menggubris tatapan Arjuna yang terlihat kesal menatapnya.

30 menit kemudian mereka sudah selesai memasukan barang bawaan ke dalam mobil.

“Bapak yakin mau duduk paling belakang ?” Cilla menahan lengan Arjuna saat pria itu hendak masuk duluan karema akan duduk paling belakang sendiri.

Sebagian bangku baris paling belakang dilipat untuk menaruh barang bawaan.

Arjuna tidak menggubris omongan Cilla dan menghentakan tangannya hingga Cilla kaget. Theo dan Boni hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan Arjuna.

Kali ini Erwin memilih duduk di sebelah sopir. Di belakang barisan pertama ada Theo dan Cilla, baris kedua Boni dan Luki dan di paling belakang ada Arjuna sendiri.

Perjalanan dari hotel ke rumah Bik Mina akan dilaluitanpa lewat toll, membutuhkan waktu 1 jam 20 menit dengan catatan tidak macet.

“Kok kita nggak lewat tol, Cil ?” Tanya Erwin.

“Lokasinya lebih pendek kalau tanpa tol, Om.. Lagipula bisa sambil lihat-lihat. Kita akan melewati beberapa tempat wisata yang biasanya cukup ramai pengunjung di saat liburan sekolah seperti sekarang ini.”

Kelima pria ini mulai merasa seperti wisatawan yang sedang ditemani pemandu cantik, melintasi jalan Semarang - Yogyakarta / Solo.

“Sebetulnya banyak tempat wisata di sekitar sini. Di Ambarawa ada Musium Kereta Api, lalu tidak jauh di di daerah Bawen ada Rawa Pening yang sempat kita lihat kemarin dari Resto Banaran View Sky, ada lagi Dusun Semilir dan mendekati Gunungpati ada Candi. Gedong Songo, Tapi sayangnya waktu om semua sisa hari ini dan besok saja, lusa sudah harus siap-siap pulang ke Jakarta. Jadi besok Cilla akan ajak wisata kuliner di kota Semarang dan mampir ke Klenteng Sam Po Kong, yang merupakan bangunan bersejarah.”

“Kamu persis kayak pemandu wisata aja, Cil,” puji Luki sambil memberikan jempolnya. “Memangnya orangtua kamu ada yang dari Semarang ? Kok hafal betul ?”

Jangan lupa nanti saweran tips untuk pemandu dan sopir, ya.” Ujar Cilla sambil tertawa. “Saya dan Pak Tono menerima transferan kalau nggak ada tunai.”

“Kecil-kecil udah jadi cewek matere ya,” ledek Theo sambil mencibir.

“Bukan matere, Om Theo, tapi sambil menyelam minum air. Asal jangan kebanyakan minumnya, nanti kembung susah berenang.”

“Dasar bocil,” ujar Boni sambil tertawa.

“Terus kamu sendiri ada perlu apa ke Gunungpati, Cil ?” Tanya Erwin di depan tanpa menoleh.

“Saya jawab pertanyaan Om Luki dulu,” Cilla menoleh ke arah Luki yang duduk di belakangnya

“Papi mami bukan dari Semarang, Om. Tapi saya sering diajak oleh Bik Mina dan Pak Trimo, suaminya, berlibur ke Semarang dan kadang-kadang menginap di rumah mereka di Gunungpati. Keduanya sudah lama bekerja di rumah papi, sejak saya belum lahir. Bik Mina mulai membantu mami merawat saya sejak usia 1 tahun karena sebelumnya mami memakai jasa babysitter. Saat saya umur 5 tahun, mami meninggal, Dan sejak saat itu, Bik Mina dan Pak Trimo seperti pengganti papi mami buat saya. Papi jarang ada di rumah karena sibuk dengan pekerjaan dan terlalu sedih kehilangan mami.”

“Sorry to hear that, Cil,” ucap Theo sambil menepuk bahu gadis itu.

“Tenang aja, Om. Cilla sudah biasa, kok. Mami meninggal karena sakit gagal ginjal. Buat saya, mami sudah tidak kesakitan lagi. Kasihan mami karena harus sering menjalankan cuci darah.”

“Kamu anak tunggal, Cil ?” Tanya Luki.

“Iya Om. Kalau menurut cerita Bik Mina, saya hampir punya adik di usia 3 tahun, tapi sayangnya mami jatuh dan keguguran.”

“Ternyata hidup kamu nggak seindah senyumanmu ya,” ujar Theo. Cilla malah terbahak.

“Om Theo jangan lebay begitu, deh. Nggak pantes pakai kata-kata puitis begitu. Jadi ingat sama tulisan di belakang truk-truk pasir gitu.”

Theo menggaruk kepalanya bingung, bocah satu ini dihibur beneran malah dianggap puitis.

Sementara Boni dan Luki langsung terbahak mendengar kalimat terakhir Cilla.

“Tuh Cil, Om Erwin jagonya kata-kata puitis di belakang truk. Primbonnya banyak,” ujar Boni.

“Wah Om Erwin, kapan-kapan kita bisa bikin buku kumpulan tulisan unik dan lucu-lucu.”

“Hais jangan dengerin tuh Boni sama Luki, selalu bilangnya gue yang demen, padahal elo berdua yang paling cepat hafalin luar kepala.”

Cilla ikut tertawa bersama Boni, Luki dan Theo.

“Eh Pak Arjuna,” Cilla menautkan alisnya saat melihat kepala Arjuna yang sudah menyender ke kursi, penuh dangan keringat, padahal AC di mobil cukup dingin.

“Pak Tono coba minggir dulu di depan.”

“Jun, elo kenapa ?” Boni tampak bingung melihat wajah Arjuna yang mulai terlihat pucat.

“Sepertinya Pak Arjuna mabuk darat, Om. Biar keluar dulu cari udara segar.”

Pak Tono, sopir yang membawa mereka sejak dua hari lalu, menepikan mobil di dekat pematang sawah karena SPBU terdekat masih sekitar 8 menit di peta.

Cilla menyuruh Theo dan Boni yang duduk sebaris dengan Arjuna untuk turun lebih dulu agar gurunya yang duduk paling belakang, lebih mudah turun dari mobil.

Cilla mengambil tas selempangnya dan mengukuti Arjuna.

“Ke sini, Pak,” Cilla menarik lengan Arjuna. Peluh masih membasahi wajah Arjuna yang terlihat semakin pucat.

“Dimuntahkan saja kalau mual, Pak.”

Arjuna membungkukan badannya dan dengan cekatan, Cilla memijat tengkuk Arjuna. Dan benar saja, setelah bisa mengeluarkan isi perutnya, kondisi Arjuna terlihat lebih baik.

Cilla mengeluarkan tissue basah dan memberikannya pada Arjuna untuk membersihkan mulutnya. Sesudah itu ia memberikan tumbler miliknya.

“Minum air hangat, Pak, supaya perut Bapak lebih enak.”

Arjuna menggeleng dan menolak pemberian Cilla.

“Tumbler-nya bersih, Pak. Belum saya minum sama sekali. Percaya sama saya dan tolong nurut. Perjalanan kita lumayan masih sekitar 40 menit lagi.”

Cilla menyodorkan tumblernya.

“Udah Jun, nurut aja susah banget sih, kan buat kenyamanan elo juga,” ujar Luki yang mulai kesal dengan sikap keras Arjuna.

Akhirnya Arjuna menerima juga dengan wajah kesal dan terpaksa. Cilla hanya tersenyum tipis meihat perlakuan Arjuna kepadanya.

Selesai Arjuna meneguk air hangat milik Cilla, ia dikejutkan dengan tangan Cilla yang mengangkat kaosnya dan menyentuh kulit perutnya.

“Eh kamu mau ngapain ?” Arjuna menepis tangan Cilla namun dengan sigap gadis itu menggerakan tangannya dan menempelkan telapaknya ke perut Arjuna.

“Cuma kasih minyak kayu putih, Pak. Biar perut Bapak hangat luar dalam, jadi nggak mual lagi.”

Cilla berusaha tersenyum meski Arjuna melotot menatapnya.

“Lengkap banget bawaan kamu, Cil,” ujar Theo sambil terkekeh. “Benar-benar kayak pemandu sungguhan.”

Boni, Luki dan Erwin yang akhirnya turun semua dari mobil ikut tertawa. Sejak tadi mereka memperhatikan bagaimana Cilla memperlakukan Arjuna dengan sigap dan cekatan. Terbukti wajah Arjuna sudah tidak pucat lagi.

“Dia sudah pengalaman ngurus om-om yang muntah karena kebanyakan minum di club,” ejek Arjuna dengan nada sinis.

Kalimat itu langsung menghentikan tawa keempat sahabatnya yang menatap Arjuna dengan tatapan tidak suka. Cilla sendiri terdiam, menghela nafas panjang dan menunduk.

“Loh benar kan gue bilang, kalian aja yang nggak tahu…”

Keempat sahabat Arjuna langsung naik ke mobil dan tidak lagi memperdulikan ucapannya yang belum selesai.

“Loh kok kalian pada nggak percaya. Jangan tertipu sama…”

“Sama wajah polos dan usia saya ?” Cilla mendekat dan memotong ucapan Arjuna.

Arjuna tidak menjawab malah tertawa dengan nada sinis dan tatapan merendahkan.

“Semoga Bapak tidak akan menyesal di ujung hubungan kita sebagai guru dan murid.” Cilla tersenyum miris dan naik ke mobil.

Theo yang menunggu Cilla di pintu, menggeleng ke arah Arjuna saat Cilla masuk ke dalam mobil.

“Sebaiknya jangan ada yang duduk di paling belakang, Om.” ujar Cilla pada Theo yang naik dan duduk di sebalhnya persis.

Theo mengangguk dan membiarkan Arjuna naik paling belakang, yang akhirnya memilih duduk di aebelah Theo.

Suasana yang tadi cukup menyenangkan berubah menjadi hening hanya karena kelakuan Arjuna yang membuat para sahabatnya kecewa.

1
Naja Naja nurdin
ih si Juna keseringan nyebur
Naja Naja nurdin
mas bro sudah hafal wejangannya bro dono
Andriyani “Ijjet famous” Nisa
Luar biasa
antha mom
orang tua yang tegas dalam mendidik anak 👍👍
mimi_esterina
oke , kita lanjut baca. seru kek nya
Maydina Ihda Savira
Lumayan
iinparwati seviarny
keren
Baretta: Terima kasih Kak 🙏🙏😊
total 1 replies
Qaisaa Nazarudin
Lho lho kok End sih thor,ntuh Amanda sama Jovan apa kabarnya?? huaaaa....
Qaisaa Nazarudin
Amanda terlalu Egois,maunya di mengerti tapi tdk mau mengerti posisi Jovan,Harusnya Manda sadar dengan posisi Jovan sebagai dokter,jangan sampai nyesel nantinya,Udah untung Jovan itu tipe cowok yg setia..
Qaisaa Nazarudin
Hadeeuuh pak Juna posesifnya gak pernah berubah,Udah punya dua anak juga...🤣🤣🤣
Qaisaa Nazarudin
Alhamdulillah akhirnya Luna bisa berubah, Ingat umur ya Luna,kita bukan makin muda,Jadi terima lah kenyataan..
Qaisaa Nazarudin
Bagus Arjuna,Kamu harus bersikap Tegas,Baru juga selesai masalah Glen,Jangan pernah mengundang masalah lagi,Kalo emang dia hamil harusnya mintak tanggungjawab bapak tuh anak,Ngapain nyariin kamu lagi,Gak punya urat malu banget..
Qaisaa Nazarudin
Kurangnya komunikasi antara keluarga bisa mengakibatkan salah paham,Dan berakhir dendam yg salah alamat,Dan akhirnya menghancurkan hidup sendiri..
Qaisaa Nazarudin
Cilla di culik..
Qaisaa Nazarudin
Kamu itu dendam salah alamat Glen,Malah Arjuna gak tau apa2 tentang adek.mu..Adek mu aja yg otaknya dangkal,Katak gak ada cowok lain aja,Di tolak aja langsung bunuh diri,gila gak tuh...
Qaisaa Nazarudin
SKAKMATT buat Glen..🤣🤣🤣😜😜
rista_su
cakep. setuja ak
rista_su
ooo kurang ajar ikan pesut
rista_su
tau ga cil. anak gue nyemplung got aja bajunya gue buang. bocahnya gue mandiin 3 kali sabunin sampoin sikatin. kebayang juna direndem detergen cair 3botol apa cukup 🤣🤣🤣
Baretta
Terima kasih sudah mampir di novel saya Kak 😊😊 Terima kasih juga sudah memberikan dukungannya 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!