Perjodohan
Terdengar klasik tapi masih banyak praktik tersebut di tengah masyarakat. Capella Permata Adityawarman, gadis 23 tahun yang baru saja menyelesaikan studinya dan bekerja sebagai jurnalis. Capella sudah dijodohkan saat ia kecil dengan Mahen. Kedua orang tersebut saling mencintai. Sebentar lagi Mahen dan Capella akan menikah, namun beberapa hari lagi pesta yang akan diselenggarakan berubah kacau saat Mahen menjadi tersangka pemerkosaan dan pembunuhan. Capella ingin membatalkan pernikahan itu dan orangtua Mahen yang terlanjur menyukai Capella serta persiapan pernikahan 90% memaksanya menikah dengan anak bungsunya yang super dingin dan nakal, Januari Harrisman Trysatia, pemuda yang masih 19 tahun. Capella harus menikahi Januari yang jauh di bawahnya dan masih labil.
"DASAR PELACUR!!" Januar meludahi Capella di depan orangtunya.
"JANUARI! DIA ISTRIMU!" teriak Megan kepada anak bungsunya.
"Sampai kapan pun gue tidak akan pernah menganggap lo istri." Januar mendorong Capella.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda Ferina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Megan menyambut anak dan menantunya yang datang berkunjung dengan antusias. Wanita itu sangat bahagia melihat kedatangan mereka.
"Kenapa datangnya tidak bilang-bilang?" tanya Megan seraya menyuruh agar Capella duduk di sampingnya.
"Kata Januar kejutan Bunda."
Tampak wajah Megan berseri-seri menatap anak bungsunya itu. Tak biasanya Januar peduli kepada keluarga terutama dirinya.
"Januar, Bunda senang kamu sekarang udah banyak berubah," ucap Megan terharu melihat kemajuan pada sang anak dulu bahkan Januar tidak ingin menatap wajahnya, namun ketika menikah dengan Capella dan pria itu menunjukkan sedikit perubahan sangat membuatnya senang.
"Hm." Mungkin sikap Januar masih sama di mana dia masih terlihat dingin dengan sang ibu.
Capella menatap Januar yang seolah memberikan pembatas antara dirinya dan ibundanya. Ia tak tahu ada masalah apa yang telah membuat Januar dan Megan seperti ini.
Saat ini Januar adalah suaminya mau tidak mau ia akan terseret ke dalam masalah Januar.
"Tante, ini Januar yang ngajakin."
"Ya Tuhan Januar, kamu benar-benar peduli kepada keluarga sekarang."
"Bunda, itu hanya masalah kecil. Aku melakukannya karena Capella sudah lama tidak ke sini."
Meksipun itu alasan yang dipaparkan oleh Januar untuk mengelak kenyataan Megan pun sangat senang. Tak peduli karena apa Januar ke sini, tapi yang terpenting adalah Januar kembali ke tempat ini dengan membawa sang istri dan mau berbicara dengannya.
"Bunda harap kamu juga bisa mencintai Capella dan berhenti balap-balapan, jantung bunda sakit mikirin kamu kalau balapan, belum lagi kakak kamu di penjara, bunda tidak ingin anak bunda kamu ini kenapa-kenapa dan melakukan hal yang salah."
"Bunda berhenti berpikir berlebihan, dari dulu bunda selalu bilang seperti itu ke aku, tapi siapa yang bakal membuat mu kehilangan muka?"
Januar lebih terkesan halus karena bahasa yang ia gunakan tak lagi pakai lo gue di mana ia sering mengucapkan bahasa tersebut saat berbicara dengan sang ibu.
"Kamu akan merasakan apa yang bunda rasakan ketika kamu sudah memiliki anak. Eumm kapan kalian akan memberikan bunda cucu?" tanya Megan yang membuat Januar dan Capella terdiam.
Mereka saling pandang dan berusaha untuk berpikir kerasa menjawab pertanyaan Megan. Capella tidak ingin cepat hamil karena ia ingin fokus dengan pekerjaannya.
"Secepatnya, doakan bulan depan," ucap Januar yang membuat Capella yang semula ingin menjawab kembali mengatupkan mulutnya.
Januar sudah menjawab pertanyaan Megan, namun jawaban Januar adalah sebuah pernyataan yang benar dan ia bakal melakukan itu berbeda dengan Capella yang berharap hal itu tidak terjadi.
"Bunda makin tidak sabar ingin melihat Januar junior."
"Bunda, Capella ingin fokus dengan karir Ella."
Megan pun menganggukkan kepala. Capella adalah wanita yang mandiri dan ia lebih mementingkan karir, namun wanita itu kepada kekasihnya juga ia utamakan.
"Bunda tau, tapi jika itu keinginan kamu, bunda akan menunggunya."
Capella merasa jadi tidak enak kepada Megan. Ia tahu ucapannya telah membuat Megan sedih dan menutup harapannya, ia juga melihat Januar yang sedikit lebih muram saat mendengar pernyataannya.
"Bunda, Ella ke kamar mandi dulu."
Capella pun pergi ke kamar mandi, saat ia tak sebagai melintasi kamar Mahen lantas Capella memutuskan untuk masuk ke dalam kamar pria itu. Padahal dirinya sudah berjanji pada Januar tak memikirkan Mahen lagi, namun apa daya Capella tak bisa menghentikan otaknya yang terus memikirkan Mahen, di mana ia mendapatkan sejumlah kejanggalan.
Apalagi saat Mahen mengatakan jika dirinya dijebak dan wanita itu merasa sesuatu telah terjadi.
Capella pun masuk ke dalam kamar Mahen dan melihat kamar pria itu yang tertata rapi. Ia melihat semua di dalam kamar ini penuh dengan barang-barang yang ia berikan dan menjadi kenang-kenangan untuk Mahen.
"Mahen," ucap Capella saat melihat fotonya dan Mahen masih berada di meja kerja pria itu.
Januar menatap dari luar Capella yang tengah memperhatikan kamar Mahen. Pria itu mengepalkan tangannya dan pergi sebelum Capella melihat kehadirannya.
____________
Capella menyentuh keningnya yang berdenyut kencang. Ia dipaksa untuk membuat berita mengenai hubungan Januar dan Delisha yang berakhir.
Mana mungkin Capella sanggup menulis berita itu dengan menyudutkan Januar. Jika ingin disalahkan maka dirinya lah yang harus disalahkan karena menikahi Januar yang notabennya adalah kekasih dari Delisha pada saat itu.
"Mantan calon adek ipar berulah," ucap Meta meledek Capella.
"Aku sangat lelah, kamu saja yang menulisnya."
"Kenapa? Tidak enak dengan mantan calon adik ipar?"
"Apaan sih."
"ELLA!" teriak Rahma yang datang dan langsung memeluk dirinya.
"Ada apa Rahma?"
"Habis ini kita makan di warteg yuk?"
"Boleh juga."
"Boleh juga, tapi aku sangat lah hari ini. Dan aku harus mewawancarai Delisha. Tolong ada yang bisa menggantikan ku?" Bayangkan Capella akan mewawancarai Delisha dan tentunya wanita itu pasti akan tertawa.
Sudah jelas yang membuat hubungan mereka retak karena dirinya dan kenapa ia harus bertanya lagi kepada Delisha.
"Kenapa? Tumben... Delisha baik, saking baiknya sampai diselingkuhi sama mantan adik ipar lo."
"Bukan gitu.... Tapi tolong, aku mohon..."
Capella terus memohon namun mereka semua sepakat mengatakan tidak akan melakukan hal itu hingga membuat Capella menghembuskan napas putus asa.
"Tapi aku tidak ingin bertemu dengannya dan mewawancarai dia pula?"
"Lah kenapa? Karena tidak enak dengan mantan adik ipar?"
Capella pikir tidak akan menemukan jalannya jika ia terus memberikan pengertian. Mereka tidak akan mengerti dan menganggap mereka yang benar.
"Sudahlah. Aku yang akan pergi."
"Dan setelah itu kita makan sama-sama, nanti sekalian kita temani Capella kerja."
Capella makin takut jika Delisha akan mengatakan yang sebenernya dan mempermalukan dirinya di depan umum.
"Capella," suara yang baru saja memanggil Capella tersebut lantas membuat perkumpulan mereka merasa ketar-ketir.
"Bapak!" Yang telah memanggil Capella barusan adalah seorang pimpinan perusahaan tersebut.
"Capella, kamu nanti ke ruangan saya."
"Baik Pak," jawab Capella dengan nada yang merasa sangat gugup. Ia takut sudah melakukan kesalahan fatal hingga dipanggil ke ruangan pria itu.
Setelah itu ia tersenyum lebar kepada Capella dan kemudian pergi. Barulah ketiga orang di situ dapat bernapas dengan bebas.
"Gugup banget."
"Tapi aku lebih gugup. Bapak manggil aku, aku takut ada yang salah."
"Tenang, jangan gugup. Pasti mau naikin gaji."
Capella pun tertawa pelan dan mencoba untuk berpikir positif.
__________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA.