[Kinara, kamu sudah tahu rumor Aldo dengan Asisten barunya? Apa kamu diam saja tak berbuat apa-apa?]
Pesan Sofie, seniornya di Light Tech Kuala membuat Kinara melamun. Ia tak tahu apa-apa soal Asisten baru karena Aldo tak pernah mengungkit soal perusahaan saat pulang bekerja.
Kinara tak menyangka di usia pernikahan yang hendak menginjak 6 tahun, harus mendapat rumor seperti ini. Padahal ia sudah merasakan kehidupan umah tangganya berjalan stabil selama di Kuala.
Akhirnya ia mulai merasakan kehampaan hubungan sejak Aldo di angkat sebagai kepala cabang di PT Glow Star Tech Jayra.
Aldo yang selalu sibuk dengan pekerjaan membuat Kinara merasa sendiri dalam kehidupan rumah tangga itu. Namun, demi anak kembarnya Armand dan Arnold Kinara berusaha bertahan.
Akan kah Aldo dan Kinara mampu mempertahankan pernikahan mereka ditengah kesibukan Aldo dan krisis kehilangan jati diri yang di alami Kinara?
Temukan kelanjutan cerita mereka di Sesi 2 dari "Terjerat cinta teman serumah" disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumor
Handphone Kinara bergetar, ia melihat sebuah kiriman foto dari orang kepercayaan nya yang ia beri tugas mencari informasi dan menyelesaikan urusan yang berkaitan dengan rumor soal Aldo.
Dada Kinara terasa sesak, setelah melihat foto-foto yang berhasil ia download. Bibirnya bergetar menahan tangis.
Dalam beberapa bulan terakhir, Kinara sudah mendapat 2 rumor soal Aldo dengan Asisten nya di kantor. Mereka baru satu tahun pindah ke Jayra setelah Aldo mendapat promosi menjadi kepala cabang anak perusahaan yang lebih besar dari anak perusahaan lain.
4 tahun di Kuala, Aldo berhasil menaikkan tingkat penjualan Ligh Tech hingga masuk ke 5 besar anak perusahaan hingga mengalami kemajuan pesat. Sejak Aldo mengawal akuisisi perusahaan itu di tengah kepailitan, situasi perusahaan membaik perlahan dan bahkan mencapai omset 150% dari target.
Keberhasilan itu semakin menaikkan popularitas nya, bahkan hingga ke Sihe. Kehidupan rumah tangga mereka juga jauh dari rumor buruk. Tapi kebahagiaan tak selalu selamanya.
Kinara menarik nafas dalam dan menyeka air mata yang mengalir di pipinya. Ia harus bersiap menjemput kembar dari sekolahnya.
Anak-anak mereka tumbuh dengan baik. Armand menonjol dari segi kepandaian berbicara, berani dan bersikap tegas. Mungkin karena dia menyadari posisinya sebagai seorang kakak. Sedang Arnold meski sedikit pemalu dia sangat cerdas di kalangan anak seusia nya.
"Mamaaaaa...," teriak mereka sembari berlari menghampiri Kinara. Kinara mengangguk pada Bu Nelly guru kembar di TK Nusa.
"Bagaimana di sekolah hari ini?" tanya Kinara sambil melihat kembar yang duduk dikursi belakang dari spion.
"Hari ini kami berlatih drama untuk acara hari keluarga Minggu depan ma, seru sekali, " ujar Armand sambil memakan kentang goreng yang disiapkan Kinara.
"Hari keluarga? Wah pasti kalian sudah berlatih keras. Arnold, kenapa wajahmu cemberut seperti itu?" tanya Kinara.
"Ma, Papa apa bisa datang acara nanti? Papa selalu pulang larut sebulan ini," keluhnya.
"Nanti Mama bilang ke Papa ya, Mama janji pastikan Papa bisa datang. Sudah jangan sedih lagi. Bagaimana kalau kita mampir beli ice cream sebelum pulang?" bujuk Kinara.
"Mauuu..," teriak kembar dengan wajah ceria. Kinara bersyukur Arnold tak larut dalam kesedihan. Ia baru tahu Arnold selalu menunggu Aldo pulang setiap malam. Selembut itu hatinya.
Kinara membawa 2 gelas ice cream Banana Sundae dan meletakkan dihadapan kembar. Wajah kembar identik mereka yang tampan menarik perhatian pengunjung lain.
Selama ini Aldo memastikan memblur wajah kembar setiap memosting aktifitas keluarga mereka di media sosialnya supaya mereka bisa leluasa berada ditengah umum.
Penampilan Kinara Juga cukup berbeda sejak pindah ke Jayra. Ia meluruskan rambut ikal se dadanya hingga nampak berbeda dari sebelumnya. Orang - orang di Jayra tidak begitu mengenalnya sebagai istri Aldo.
Handphone Kinara berdering membuyarkan lamunan nya menatap kembar yang bersemangat menikmati ice cream mereka. "Ya Sheila," sapanya.
"Hei, kamu dimana? Bagaimana kalau kita bertemu?" tanya Sheila.
"Aku masih bawa anak-anak makan ice cream dekat apartemen. Mau bertemu dimana?"
"Kalau begitu aku ke sana, kebetulan aku ada disekitar situ. Rere merengek mau bermain dengan kembar," ujar Sheila sambil melihat Rere yang cemberut sambil memeluk boneka kelinci kesayangannya di bangku belakang.
"Baiklah, aku tunggu kalian." Kinara mematikan teleponnya. "Rere menyusul ke sini, ajak dia main ya. Jaga dengan baik." Kembar mengangguk bersemangat sambil tersenyum.
Kafe itu kebetulan ramah anak. Pemilik menyiapkan tempat bermain kecil di sudut ruangan. Kafe ini jadi tempat nongkrong ibu muda setelah menjemput anak mereka. Anak-anak bebas bermain sambil menunggu ibu mereka bergosip.
"Kakak kembaaar..," teriak Rere yang masih berusia 4 tahun menghampiri Kembar.
"Rere mau ice cream?" tanya Kinara.
Rere menggeleng, "Mama bilang Rere harus kurangi makan ice cream Tante supaya tidak sakit," jawabnya centil.
"Mama sudah pesankan coklat hangat, main saja dulu sama kakak kembar ya," ujar Sheila. Rere mengangguk bersemangat menarik kembar turun dari kursi menuju ruang bermain.
"Apa ada rumor baru?" tanya Sheila melihat wajah Kinara yang tak ceria seperti biasanya.
Kinara mengangguk, lalu menghela nafas. "Aku bingung bagaimana menanyakannya pada Aldo. Aku khawatir dia merasa aku mengawasinya."
"Tanyakan saja, kalau bukan karena sebelumnya mana mungkin akhirnya kamu jadi waspada seperti ini. Bahkan berusaha keras menutupi rumor itu. Kamu jangan terus-terusan mengalah Kinara. Kamu harus segera bertindak sebelum semua makin parah."
Kinara tertegun, "Baiklah malam ini aku bicarakan dengannya. Sheila, menurutmu apa sebaiknya aku mencari pekerjaan saja?"
Sheila menatap Kinara, " Bukannya aku sudah bilang sejak awal kamu kembali ke Jayra. Kinara, Agensiku sedang mencari model, mereka pasti akan suka denganmu."
"Oke aku akan siapkan CV ku, apalagi yang perlu aku siapkan aku tidak punya pengalaman sebelumnya."
Sheila tertawa, "Pengalaman ga penting, yang penting kemampuan. Kamu sudah punya itu, jadi tidak perlu khawatir."
Sejak Aldo memposting video pernikahan mereka, akun media sosial Kinara dikerubungi follower baru. Kinara juga sudah kembali mengaktifkan Media sosialnya, memposting kesibukkan barunya mengurus kembar. Bahkan ia pernah beberapa kali mendapat tawaran endorse tapi ia tolak karena tidak punya pengalaman.
Dulu pikirannya terlalu kaku untuk belajar hal baru, tenaganya juga habis mengurus si kembar yang begitu aktif. Tapi ia tetap berusaha menjadi istri yang membanggakan dan menjaga nama baik suaminya, Aldo. Selama ini ia mengirim tulisan ke berita online sekedar mengumpulkan uang tambahan kiriman untuk orang tuanya dan menjaga kemampuan menulisnya.
"Bagaimana kinerja Bryan?" tanya Sheila membuyarkan lamunan Kinara.
"Tidak mengecewakan, kerjanya cepat dan informasi valid. Setiap ada pesan yang masuk darinya aku selalu merasa gugup. Terima kasih ya, sangat membantu."
Sheila tersenyum puas, " Syukurlah, dia memang jadi andalan agensiku. Kasus Bastian tahun lalu saja belum sempat tersebar dia bisa atasi tanpa ada jejak. Ah aku jadi kesal kalau mengingatnya."
"Apa dia masih main judi online?" tanya Kinara cemas.
"Sudah tidak, sekarang aku pegang semua kartu debitnya. Kartu kredit aku tutup, aku juga mengancamnya bercerai kalau dia masih begitu. Kalau kita tegas laki-laki tidak akan berulah Kinara, dan bukan berarti kita tidak mencintai mereka. Justru itulah bentuk cinta kita, karena kitalah pertahanan terakhir mereka. Aku tunggu kabar baik darimu." Kinara mengangguk tersenyum.
Jam 18.00 Kinara sudah berada dirumah bersama kembar. Suara notifikasi pesan masuk ke handphone nya.
Kinara tak membalasnya seperti biasa. Ia mengikuti saran Sheila untuk bersikap tegas. Aldo memang tidak pernah tanpa kabar sejak kejadian pub di Kuala awal pernikahan mereka lalu. Tapi Kinara merasa pengertiannya selama ini justru membuat Aldo terlena.
Aldo tahu, semarah apapun Kinara pasti akan memaafkannya. Tapi kali ini Kinara ingin membuat Aldo tak mudah lagi menyia-nyiakan pengertiannya.
"Anak-anak ayo makan malam," ajak Kinara.
"Ma, papa lembur lagi?" tanya Arnold dengan wajah murung.
"Iya sayang, Papa usahakan tidak terlalu malam. Arnold tidur saja duluan ya tidak perlu tunggu papa pulang. Besok kan harus berlatih drama lagi disekolah." Arnold mengangguk lesu.
Jam 8 malam kembar masuk ke kamar. Kinara menemani mereka membacakan buku sebelum tidur. "Jadi sekali kita berbohong, maka akan sulit orang lain akan percaya lagi," ujar Kinara menutup dongengnya.
"Meski berkata jujur itu akan membuat rasa sakit ma?" tanya Arnold serius.
Kinara mengangguk, "Setiap kejujuran akan ada balasan baik ke depannya meski harus menyakitkan diri sendiri atau orang lain. Yang penting hati jadi lebih lapang dan tidak menyimpan rasa bersalah karena sudah berbohong."
Kembar mengangguk, "Aku tidur dulu ya ma Rere membuat ku lelah sekali." Armand menarik selimutnya dan langsung tertidur pulas. Ia merasa bertanggung jawab menjaga Rere yang juga aktif karena merasa paling senior diantara mereka bertiga.
"Sayang tidur ya, mama yang akan tunggu papa pulang," bujuk Kinara.
Arnold mengangguk, "Jangan lupa mama pastikan papa bisa datang di acara hari keluarga ya." Kinara mengangguk lalu memasangkan selimut untuk Arnold.
Kinara keluar dari kamar kembar setelah mencium kening mereka berdua. "Tulalit.. cekrek." Aldo membuka pintu dengan wajah lelah.
Kinara menghampiri nya, tercium aroma alkohol dan asap rokok. Ia menghela nafas sambil mengambil tas Aldo dan berlalu ke kamar. Aldo memperhatikan wajah kusut Kinara, "Apa ada sesuatu?" tanyanya sambil mengekori Kinara ke dalam kamar.
Kinara menunjukkan foto-foto di galeri handphonenya . Aldo tercekat, ia baru paham kenapa Kinara tidak merespon pesannya sore tadi.
Kamu berhak bilang kalo ada yang bikin kamu ngerasa gak nyaman 🫠