TEMAN TIDUR SANG PEWARIS
Pengenalan tokoh
Laura Anastasia, gadis manis berusia 21 tahun. Seorang anak yatim piatu, ayahnya meninggal saat dia berusia 10 tahun karena kecelakaan, dan ibunya meninggal saat dia berusia 18 tahun karena sakit. Dia mewarisi sebuah panti asuhan milik orang tuanya, namun saat dia berusia 20 tahun Laura memutuskan tinggal diluar panti asuhan, ditempat yang lebih dekat dengan kampus dan tempat ia bekerja. Namun begitu, setiap akhir pekan Laura selalu menyempatkan diri untuk pulang ke panti menjenguk ibu asuh dan adik-adiknya.
.
Edward Alexander Hugo, Pria mapan berusia 35 tahun. Seorang pewaris tunggal, cucu laki-laki semata wayang keluarga Hugo, salah satu keluarga crazy rich di ibu kota.
Tampan, mapan, rupawan, siapa yang tidak tergila-gila padanya, namun sayang, hingga di usianya yang ke 35 tahun, belum pernah sekali pun ada berita jika dia memiliki seorang kekasih. Tidak ada yang tau tentang status hubungannya. Mungkin dia seorang pria lajang. Atau mungkin telah beristri.
*****
Laura's POV
Di suatu hari Sabtu yang cerah, seperti biasa di akhir pekan adalah saatnya untuk ku pulang ke Panti.
Dengan mengendarai mobil sedan tua peninggalan ayahku, membelah jalanan ibukota, sambil bersenandung ria. Setelah berkendara selama kurang lebih 2 jam menuju pinggiran kota, tibalah aku ditempat dimana aku di besarkan oleh kedua orang tua ku.
Ya, orang tua kandungku mendirikan sebuah panti asuhan, meski mereka bukan orang kaya raya, tetapi mereka memiliki rasa kemanusiaan yang sangat besar, kasih sayang terhadap anak-anak yang sangat besar, karena mereka hanya bisa memiliki 1 orang anak saja.
Dan Ketika usiaku 5 tahun, ayahku tanpa sengaja menemukan seorang bayi laki-laki di depan rumah kami, ayah sudah melaporkan kepada ketua RT, tetapi sampai 1 bulan tak satu pun orang tua yang datang menjemput bayi itu, maka pak RT mengembalikan bayi itu kepada ayah dan ibu ku.
Sejak saat itulah, ayah dan ibu berniat mendirikan sebuah panti asuhan untuk anak-anak terlantar. Bermodalkan uang tabungan, donasi dan swadaya masyarakat, berdiri lah panti asuhan sederhana di atas tanah seluas 1 hektar peninggalan kakekku.
Dan setelah ayah dan ibuku meninggal, panti asuhan ini diurus oleh teman ibuku yang selama ini bekerja sama dengan orang tuaku merawat anak-anak di panti ini.
Ibu Maria, adalah orang yang menggantikan orang tuaku sebagai kepala panti asuhan. Bersama dengan temannya bibi Lili, dan beberapa pekerja lainnya untuk membantu mengurus anak-anak di panti yang jumlahnya hampir 30 orang.
"Selamat siang pak?" Sapa ku kepada tukang kebun yang biasa membersihkan halaman panti.
"Siang Non", sahutnya
"Pak, apa sedang ada tamu ? Mobil siapa itu ?" Tanyaku penasaran melihat ada mobil Pajero sport hitam, terparkir di halaman panti.
"Iya non, ada tamu. Tapi bapak kurang tau siapa, sudah hampir 1 jam belum keluar".
"Ya sudah pak, kalo begitu aku masuk dulu, jangan lupa makan siang ya pak".
"Iya non, nona juga jangan lupa makan siang".
Aku pun melangkahkan kakiku menuju pintu utama panti, ku sapa satu persatu adik-adik ku yang bermain di halaman.
Bughh... "aduh" seorang meringis setelah menabrak ku.
"Ian, ada apa dek ?" Kenapa kamu lari ketakutan begitu ?". Tanyaku pada adikku yang bernama Ian.
"Kak Lala, itu ibu didalam menangis, kakak tolong lihat ibu, Ian takut kak".
"Emang kenapa dek ?" Di dalam ibu sama siapa ?"
"Ibu didalam sama bibi Lili, dan ada orang asing kak, Ian ga tau itu siapa".
"Ya sudah, sekarang Ian kedepan, main sama yang lain, biar kakak yang lihat ibu".
"Baik kak". Ian pun pergi dan aku beranjak ke dalam ruangan tamu.
"Bu ada apa ini..?" Aku berjalan mendekat ke arah ibu Maria dan bibi Lily yang sedang menangis.
"Nak kapan kamu datang..?" Tanya ibu Maria sambil mengusap pipinya yang basah.
"Baru saja Bu, ada apa ini kenapa ibu menangis ?" Aku masih saja bertanya, mengabaikan dua orang asing yang menatapku sinis.
"Nak..."
Belum selesai ibu Maria berbicara sudah terdengar seruan dari salah satu orang asing itu.
"Siapa gadis ini Maria ? Apa dia putrimu ?" Tanya seorang wanita paruh baya dengan gaya angkuhnya.
"Kebetulan kalau kamu anaknya Maria, ibu kamu memiliki hutang yang sangat banyak dengan ku, dan sekarang telah jatuh Tempo. Jika dalam 2 hari ibu mu tidak bisa membayarnya, maka bersiaplah untuk meninggalkan panti ini". Wanita itu berbicara tanpa perduli dengan ibu Maria yang tetap menangis.
"Apa..?? Hutang yang banyak ?? Berapa banyak uang yang ibuku pinjam pada anda ??" Tanyaku tanpa tau siapa yang sedang ku ajak bicara.
"Nak..." Ibu Maria ingin bicara padaku tetapi dipotong lagi oleh wanita paruh baya itu.
"300 juta, ibumu meminjam uang 300 juta kepadaku". Serunya
"Tidak... aku hanya meminjam 200 juta, kenapa kamu bilang 300 juta ?" Sahut ibu Maria terisak.
"Hey Maria, kamu meminjam uang 200 juta itu sudah 4 tahun berlalu, tentu saja menjadi 300 juta ditambah dengan bunganya". Jawab Wanita paruh baya itu semakin angkuh.
Aku yang bingung menghadapi situasi ini, kenapa ibu Maria meminjam uang sebanyak itu? Kenapa panti ini yang menjadi jaminan hutang itu..? Apa mendiang ibuku tahu tentang ini..? Aku hanya bisa membatin.
"Bagaimana Maria, kembalikan uang ku segera, atau kosongkan panti ini segera?" Pilihan ada ditangan mu".
Ibu Maria semakin Terisak. aku tak sanggup melihat tangis ibu Maria, tangis yang sama saat ibu ku meninggal.
"Aku akan membayar hutang ibuku, tapi tolong beri aku waktu, aku akan melunasinya". Jawab ku pasti.
"Tentu saja anak manis, aku memberi mu waktu 2 hari, jika dalam 2 hari kamu tak melunasinya, maka kosongkan panti ini".
“Anwar, ayo kita pulang, kita kembali lagi dalam 2 hari, jangan lupa siapkan alat berat untuk menggusur panti ini". Wanita tua itu pun pergi tanpa permisi kepada kami.
"Tunggu kenapa hanya 2 hari ? Beri aku waktu 1 minggu". Aku memohon kepadanya. Dia pun berhenti dan hanya menolehkan kepala ke arahku.
"Hey anak manis, tanya ibumu berapa banyak kelonggaran waktu yang sudah aku berikan kepadanya, sekarang sudah tidak ada kelonggaran waktu lagi, 2 hari maka hanya ada 2 hari". Dia pun pergi, bersama laki-laki yang dia panggil Anwar itu.
Aku mendekat kembali kepada ibu Maria dan bibi Lily, aku ingin tau apa yang sebenarnya terjadi.
"Bu... ada apa sebenarnya ini ? Apa yang tidak aku ketahui Bu..?!" Aku bertanya seraya menggenggam tangan ibu Maria.
Isak tangis Ibu Maria semakin keras, bibi Lily pun mendekap ibu Maria sembari mengusap punggungnya.
"Nak... ibu.. ibu mempunyai hutang kepada ibu tadi sebanyak 200 juta. Ibu tidak mengerti kenapa dia bilang hutangnya menjadi 300 juta".
"Katakan padaku Bu.. kenapa ibu meminjam uang sebanyak itu?? Untuk apa ?? Apa adik-adik disini kekurang biaya..?! Aku mencecar ibu Maria dengan banyak pertanyaan.
"Nak... mungkin sekarang sudah waktunya kamu tau, sebenarnya uang yang ibu pinjam itu, untuk biaya pengobatan ibumu selama ini, lebih tepatnya, ibumu lah yang meminjam uang itu kepada nyonya Melissa dengan menggadaikan sertifikat tanah panti ini".
Degh…
‘Apa..ibuku…?’
"Maksud ibu?" Jadi..."
Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku, tak mampu melanjutkan kata-kata ku. Ya Tuhan... ibu ku selama ini berobat dengan meminjam uang kepada rentenir ? Air mata ku pun ikut mengalir tanpa ku minta.
Selama ibuku berobat, dia selalu bilang ada donatur yang memberi bantuan, tapi nyatanya apa ? Setiap aku bertanya, ibu selalu meminta ku untuk fokus belajar, jangan khawatir masalah biaya berobat ibu, selalu itu yang beliau katakan.
"Bu.. lalu kenapa nyonya tadi hanya memberi waktu 2 hari, kenapa dia tidak mau memberi kelonggaran waktu pada kita Bu ?" Tanyaku lagi saat aku sudah bisa mengontrol diriku.
"Sebenarnya dia sudah meminta sejak 6 bulan yang lalu nak.. tetapi ibu meminta kelonggaran waktu, dia memberi waktu 3 bulan lagi, tetapi ibu belum mendapatkan uang sebanyak itu, dan dia sering datang sejak sebulan lalu". Jelas ibu Maria.
"Kenapa ibu tidak memberitahu kepada ku Bu ? Apa aku bukan anak ibu ?" Kenapa tidak ada yang memberitahu ku masalah sebesar ini?". Aku hampir saja marah, tanganku terkepal, jujur aku emosi.
"Nak bukannya kami tidak mau memberitahu mu, tetapi kami tidak ingin kuliahmu terganggu, kamu juga harus bekerja untuk kami, setelah pulang kuliah". Kali ini bibi Lily yang bersuara.
"Lalu setelah semua ini terjadi, kita bisa apa bibi ? Apa kita akan membiarkan anak-anak terlantar ? Tidak bibi, ayahku akan sangat sedih jika melihat anak-anak terlantar, dan aku tidak bisa membiarkan itu terjadi".
Panti ini adalah rumah impian ayahku untuk merawat anak-anak yatim piatu yang terlantar, aku tidak akan membiarkan orang lain mengambil apalagi menghancurkan panti ini.
Aku pun berdiri, ya aku harus melakukan sesuatu,. Nasib adik-adikku ada ditanganku.
"Bu.. bibi.. aku harus pergi, doakan aku, semoga aku mendapatkan uang itu". Aku pun meraih tangan ibu Maria dan bibi Lily bergantian.
"Kamu mau kemana Nak?" Ibu Maria bertanya kepadaku
"Aku akan mencari uang itu Bu"
.
.
To be continue
***
Mohon kritik, saran, like dan komentarnya ya teman redears. Aku baru belajar menulis 🤗
TerimaGaji ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Pepi daryanti
mulia sekali
2023-11-26
0
Pepi daryanti
mulia sekali kamu
2023-11-26
0
Eddy Junaedi
waduh laura memperjuangkan panti sampai sgitunya demi tuk bahagiakan anak yatim piatu good job mara semoga allah memberikan rezeki yg lapang buat km
2023-10-23
0