NovelToon NovelToon
Berbagi Cinta: Kisah Pilu Istri Pertama

Berbagi Cinta: Kisah Pilu Istri Pertama

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / patahhati / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:21.7M
Nilai: 5
Nama Author: Nadziroh

JUARA 1 LOMBA BERBAGI CINTA


Sabrina Salsabila, gadis yatim piatu yang di besarkan di panti asuhan itu harus menanggung beban lebih berat daripada kehilangan orang tuanya, di umur dua puluh tahun, musibah kembali menimpanya, ia kehilangan kehormatannya dan hamil di luar nikah.

Untuk menutupi aibnya, Ibu panti menjodohkannya dengan Mahesa Rahardjo, putra tunggal Yudi Rahardjo, itu adalah awal penderitaannya, di hari pernikahan Mahesa melampirkan surat penjanjian yang sangat menyakitkan. Demi putra yang di kandungnya, Sabrina rela menjalani pernikahan tanpa cinta dari suaminya.

Sampai pada suatu hari kenyataan pahit kembali menamparnya saat Mahesa memutuskan menikah lagi dengan pacar yang dicintainya. Lagi lagi ia harus mengalah daripada harus melahirkan bayinya tanpa seorang suami.

Merasa tak sanggup menyaksikan Mahesa yang selalu memamerkan kemesraannya dengan istri keduanya, Sabrina memilih pergi dari rumah, disaat itulah Mahesa merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aqiqah

Dua ekor kambing kini sudah menjadi berbagai olahan. Bi Mimi dan yang lain antusias untuk membuat bermacam macam hidangan. Tak ubahnya para pembantu, Sesil dan Arum sengaja cuti dan ikut menyibukkan dirinya dengan acara untuk Devan. 

"Kalian itu masih perawan, nggak baik makan daging kambing,"  cetus Bi Mimi. 

Terpaksa Sesil mengembalikan satu tusuk sate yang hampir dieksekusi. 

"Kenapa, Bi?"  tanya Arum penasaran. 

Bi Mimi yang dari tadi memunggungi Arum dan Sesil membulatkan matanya mencari alasan yang tepat untuk mereka. 

"Takut nggak laku," jawabnya lantang.

Arum dan Sesil hanya menyunggingkan bibirnya,  tak percaya dengan ucapan Bi Mimi yang menurutnya tak masuk akal. Sedangkan mereka berdua percaya dengan kecantikannya yang bisa memikat hati laki laki, hanya saja belum ada yang pas untuk di ajak serius. 

Suasana rumah Sabrina sudah sangat ramai, semua anak panti dan tamu undangan sudah hadir untuk mengikuti prosesi adat yang akan diselenggarakan pak Yudi. Tak ada tangis, semuanya hanya menerbitkan senyum kebahagian saat Sabrina membawa putranya keluar. Dengan wajah berbinar-binar Sabrina menghampiri yang lain memamerkan ketampanan Devan yang sangat luar biasa. 

"Tampannya cucu nenek," seru Bu Risma.

"Ayahnya yang mana?" tanya salah satu tokoh setempat yang baru saja mendekati Sabrina dam Bu Risma. Matanya terus menyusuri setiap orang yang ada di sekelilingnya. 

Sabrina menatap Bu Risma seakan minta bantuan untuk menjawab. 

"Ayahnya keluar kota pak,  dan belum bisa pulang," jawab Sabrina gugup dan ragu. Bibirnya merasa berdosa sudah mengelabui orang yang lebih tua,  namun ia tak bisa bicara apa apa selain itu. Apalagi Bu Risma juga nampak bingung dengan pertanyaan yang diluncurkan tamunya. 

O..... pria itu hanya manggut manggut mengerti.

"Harusnya apapun pekerjaannya, kehadiran ayahnya sangat penting, tapi karena sudah terlanjur jadi nggak apa apa." 

Akhirnya pria itu memaklumi.

Pak Yudi menghampiri Sabrina yang nampak berbicara dengan serius. 

"Ada apa ya, Pak?" tanya Pak Yudi menatap Sabrina yang tampak suram. 

"Ini Pak, harusnya ayah dede bayinya nanti yang menggendong saat potong rambut,  tapi karena beliau tak bisa datang, biar saya saja."

"Jangan, Pak! Biar saya saja," sanggah pak Yudi antusias. 

Bu Risma meninggalkan Sabrina dan Pak Yudi, wanita itu semakin jengkel dengan Mahesa yang tak menghargai Sabrina sedikitpun. 

Perdebatan kecil terjadi saat Mahesa mengangkat teleponnya, namun Bu Risma tak bisa berbuat apa-apa saat Mahesa terus berkilah, apa lagi Camelia sedang hamil dan itu suatu alasan yang memicu Mahesa tak bisa datang.

"Tapi kamu mau janji kan sama mama?" tanya Bu Risma dengan deraian air mata. 

"Apa, Ma?" tanya Mahesa dengan nada berat. 

"Temui Sabrina dan anaknya!''

Mahesa yang ada di seberang sana menatap  Camelia yang sudah terlelap lalu mengacak rambutnya. 

"Baiklah, jika aku ada waktu aku pasti datang," jawabnya. 

Bu Risma menyeka air matanya dan kembali meletakkan ponselnya. Berharap Mahesa menepati janjinya. 

Semoga Sabrina menjadi perempuan yang tangguh.

Waktu terus berputar, akhirnya detik-detik acara akan dimulai, pak Yudi mengambil alih Devan dari tangan Sabrina, menggendongnya dengan selendang saat lantunan Sholawat mulai menggema. 

"Kamu yang sabar," Bu Yumna menepuk punggung Sabrina yang bergetar. Tahu bagaimana perasaan wanita itu pasti bercampur aduk. Bayangan ayah dan ibunya kembali hadir melintasi otaknya. Mengingat kebahagiaan yang pernah dirasakan dalam waktu yang sangat singkat. Beralih dengan tamparan keras dari dunia nyata. 

Bu Risma hanya bisa berpangku tangan, berandai andai dengan hal yang terjadi sehingga menjerumuskan Sabrina ke lubang masalah. 

"Semua pasti akan baik baik saja, Bu.  Doakan saja Sabrina bisa melewati ini semua."

Sesil dan Arum saling pandang, setiap melihat tangisan Sabrina, kedua gadis itu merasa ikut terenyuh karena tak bisa berbuat apa apa. 

Sampai di penghujung acara,  Pak Yudi kembali membawa Devan ke arah Sabrina, namun Bu Risma yang mengambil Devan.

"Lebih baik kamu istirahat,  ibu lihat mata kamu sembab,  apa kamu habis nangis?" tanya Bu Risma. 

Sabrina mengulas senyum tipis. "Semalam Devan nangis Bu, aku nggak bisa tidur,"  Sabrina mengelus pipi Putranya, "Mudah mudahan malam ini dia anteng dan nggak rewel."

Sebagai seorang Ibu yang pernah berada di posisi Sabrina,  Bu Risma ikut kasihan,  jika dulu Bu Risma di dampingi orang terkasih,  tidak untuk menantunya saat ini yang harus tinggal sendirian tanpa suami.

"Malam ini Ibu dan ayah akan menginap disini."

Sabrina terkejut, sedikit tak percaya dengan ucapan mertuanya. 

"Beneran?" tanya Sabrina memastikan. 

Pak Yudi mengangguk tanpa suara. 

Bu Yumna ikut senang saat melihat Sabrina kembali bahagia. 

Di akhir acara semua tamu menikmati hidangan yang disajikan, tak ubahnya tamu yang lain, anak-anak panti menikmati suguhan, dan memilih apa yang mereka sukai. 

"Kak,  kapan kakak ke panti lagi?" tanya Lala dengan wajah mendung, ia adalah salah satu anak panti yang sangat menyayangi Sabrina. 

Sabrina menangkup kedua pipi bocah yang baru berumur lima tahun tersebut. Sama seperti dirinya, Lala pun ditinggalkan kedua orang tuanya beberapa bulan yang lalu. 

"Kakak nggak bisa janji,  tapi kakak akan usahakan secepatnya." jawab Sabrina lembut, berharap Lala mau mengerti dengan keadaannya. 

"Permisi…"

Disaat semua fokus dengan makanan,  suara familiar menggema dari balik pintu utama. 

"Dokter Agung!" seru Sabrina.

Ia tampak terkejut dengan datangnya laki laki itu. 

Dari mana Dokter Agung tau alamat rumah ini? Begitulah pertanyaan hati Sabrina, namun tak bisa ia lontarkan. 

"Silahkan masuk, Dok!" pak Yudi menyambut kedatangan Dokter Agung, membawanya ke ruang tamu.

Meskipun di rumah itu banyak orang, Sabrina masih saja tetap merasa canggung saat  berada didekat Dokter Agung. 

"Sabrina, ini untuk Devan."

Dokter Agung menyodorkan beberapa paper bag yang dibawanya. 

"Apa ini, Dok?" tanya Sabrina mulai membuka satu persatu dan melihat isinya. 

"Itu hanya beberapa baju dan mainan untuk Devan," jawabnya  seraya mengelus tengkuk lehernya. Malu malu kucing saat pak Yudi ikut menyaksikan pemberiannya. 

Sabrina hanya mengucapkan terima kasih dan kembali masuk membiarkan pak Yudi berbincang dengan Dokter Agung.

Masih seperti saat di rumah sakit, Dokter Agung mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan, namun pria itu tak menemukan apapun selain sebuah lukisan dan tulisan kaligrafi. Satupun tak ada photo pengantin seperti yang dipajang. 

"Om," 

Dokter Agung  meringsuk duduknya mendekati pak Yudi.

"Dimana suami Sabrina?" lanjutnya.

Tak ada jawaban, pak Yudi nampak bingung dengan pertanyaan Dokter Agung. 

"Maaf Om, jika saya lancang, tapi dari kemarin saya nggak lihat ayahnya Devan?" tanya Dokter Agung semakin menyelidik.

"Ayahnya Devan keluar kota, jadi maaf kalau Dokter belum bisa bertemu dengannya, dan aku harap Dokter tidak usah ikut campur urusan keluargaku," sahut Sabrina dengan nada ketus, kehadiran Dokter Agung membuatnya tak nyaman dengan keadaan yang membelitnya.

1
Jamaliah
so sweet banget 😂😂😂😂😂👍👍👍👍👍👍👍
Jamaliah
sabar Mahesa semua butuh proses
Enung Nurlaela Noenkandenk
Luar biasa
Jamaliah
😭😭😭😭😭😭😭
Jamaliah
Camelia egois banget
Jamaliah
tes DNA anaknya Camelia dan anaknya Sabrina supaya lebih jelas yg mana anaknya mahesa
Jamaliah
berarti anak Camelia anaknya andre
Jamaliah
pergi yang jauh Sabrina biar Mahesa tau rasa😭😭😭😭😭😭
Jamaliah
kasihan Sabrina 😭😭😭😭😭😭
Ayanih
Luar biasa
Nethy Sunny
semoga yg d kandung camelia anak andre
Nethy Sunny
berani beraniny arum bangunin macan yg lg tidur 😆
Nethy Sunny
udahlah sabrina kamu g ada kewajiban berbakti sama suami kaya gitu minim akhlak 😤
Nethy Sunny
c arum sampe ngibrit gitu galak2 gitu juga ganteng 😆
Nethy Sunny
nyesek bgt jd sabrina 😭
Erna Wati
⭐⭐⭐⭐⭐🌹🌹🌹
Dwi Setyaningrum
Krn penjelasannya kurang lengkap dan Sabrina menolak utk penjelasan lengkapnya keburu esmosi jdnya ya gt deh..huhhh😏😒
Dwi Setyaningrum
walah critanya yg bodo ya Sabrina sih sdh ngerti bawa uang ga langsung plg mampir2 lg malahan..hadeh sdh tau jarak bank dg rmh panti jauh sdh gt mendung ehh malah mampir k toko utk liat2 baju..
tri kutmiati
sebenernya org yg pintar tdk akan mudah terpengaruh ..aplg dlm cerita ini posisi cinta segi tiga...tp outhor lbh membodohkn tokoh mahesa
tri kutmiati
mau maunya sdh tau suami ky gitu....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!