Awalnya Adeeva ingin mencari pacar yang tergolong dalam sebutan good boy agar ia bisa memiliki pasangan yang baik dan hidup dengan nyaman nantinya. Namun bagaimana jika takdir malah mempertemukannya dengan cowok yang jauh dari kata sempurna? Suka bolos. Jahil. Pakaian jauh dari kata rapi. Namun ia tak mengetahui sisi lain dari cowok itu. Karena ia adalah cewek keras kepala yang selalu berasumsi sendiri atas apa yang dilihatnya. Tapi bukankah segala sesuatu yang kita lihat belum tentu kebenarannya kan?
Arsenio Juvenal Candrakanta, cowok yang susah ditebak, sedikit nakal, dan tidak peka. Arsen dengan ketidaksempurnaannya menganggap status itu tidak penting. Karena baginya yang terpenting itu adalah rasa. Tapi...bukankah bagi cewek keduanya begitu penting?
'I'm not the perfect boy like your dreams. Here I am, someone who loves you in his way'
***
Ceritanya telah diremake di akun w*ttp*d @Biebalms_h
Penasaran dengan kisahnya? Yukk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RiniAngraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Happy Reading
.
.
.
"Kira-kira siapa yang ngelakuin ini. Pasti orang berkuasa. Sampe buntutin kita segala," timpal Fandi.
"Dion." sahut Arsen memandang tajam foto di tangannya.
"Gw juga mikirnya gitu," imbuh Resya memiringkan kepalanya.
Beda dengan Fandi yang mengerutkan alisnya pertanda bingung.
"Kak Dion? Siapa itu?" Tanya Fandi heran.
"Kakaknya Adeeva," jawab Arsen.
"Kakak tiri tepatnya," koreksi Resya.
"Terus kenapa kakak Adeeva fitnah kita segala? Aneh tau gak. Kenal aja nggak!" Kesal Fandi.
"Lo sepemikiran sama gue kan sen?" Tanya Resya memandang Arsen dengan serius.
"Kalau Dion suka Adeeva, right?" Balas Arsen.
"Yeah."
"What? Dion suka sama Adeeva? Seriously? Mereka sodara lho. Gila kali ya!" Kaget Fandi.
"Lebay deh lo," cibir Resya yang langsung dapat tampolan dari Fandi.
"Sakit ****. Udah berani ya lo sekarang ama gw?" Geram Resya.
"Diem! Gak usah cekcok! Mending sekarang kita pikirin cara supaya Adeeva percaya ama lo pada," ucap Arsen yang kesal melihat Fandi dan Resya terus bercek-cok.
"Lo kan pinter Fan. Nah sekarang lo pikirin tuh cara supaya kita bisa buktiin kalau kita gak salah," ucap Resya menepuk bahu Fandi.
"Ya tentu aja kita cari barang bukti apa gitu," balas Fandi.
"Barang bukti apa coba?" Gerutu Resya.
"Di sana ada cctv gak ya?" Tanya Fandi pelan.
"Wah ide bagus. Kalau ada cctv kita bisa liat siapa orang itu," imbuh Resya dengan senang.
"Tapi di lorong itu cahaya hanya temaram Sya. Muka orang itu gak bakal jelas. Itu gak meyakinkan kita melihat muka orang itu. Tapi kalau di cctv lain, tempat Fandi berada. Itu bisa jadi sedikit bukti kalau Fandi gak berencana nyelakain Adeeva," jelas Arsen.
"Jadi kita akan ke club itu?" Tanya Fandi.
"Doch," jawab Resya dengan logak Jerman--nya
"Kapan?"
"Besok malam."
***
"Gimana? Berhasil?" Tanya seseorang saat melihat orang yang ditunggunya sedari tadi telah tiba.
"Awalnya Adeeva percaya. Tapi tadi Arsen ke rumah Adeeva," jawab seseorang yang ditanyai itu.
"What? Arsen ngapain?" Nampaknya seseorang yang sedang duduk itu penasaran hingga berdiri dari duduknya.
"Sepertinya mereka baikan. Mereka kelihatan mesra tadi." Seseorang yang bertubuh tegap itu mengepalkan tangannya.
"Tidak terjadi sesuatu diantara mereka kan?"
"Entahlah. Tapi aku gak akan membiarkan itu terjadi. Adeeva hanya milikku seorang," gumamnya dengan senyum smirk yang menghiasi wajah tampannya.
***
"Dhea!" Panggil Adeeva setelah sampai rumah dengan tergesa-gesa.
"Dhea!" Panggil Adeeva lagi hingga membuat art di rumahnya keluar dengan tergepoh-gepoh.
"Ada apa non teriak-teriak? Butuh sesuatu?" Tanya sang bibi.
"Dhea udah pulang bi?" Tanya Adeeva balik.
"Sudah, Non. Sekarang lagi ada di lantai atas. Mungkin di kamarnya, Non. Mau bibi panggilkan?"
"Gak usah Bi. Biar Adeeva aja. Bibi lanjut kerja aja."
"Kalau gitu bibi permisi ke belakang ya, Non."
"Ya," balas Adeva lalu melangkah menuju tangga.
Di pertengahan tangga Adeeva berpapasan dengan Dhea yang ingin turun.
"Lho kak Adeeva udah pulang? Kemana aja kak?" Sambut Dhea dengan pertanyaannya.
"Dari rumah lama."
"Kok nggak ngajak aku sih kak. Aku kan penasaran."
"Lain kali ya. Sekarang ada yang mau aku tanyain."
"Apa kak?."
"Kita ke kamar kamu," ucap Adeeva menarik tangan Dhe menuju kamar adik tirinya itu.
Kali ini Adeeva tidak akan segan lagi pada Dhea. Ia akan menanyakan semua yang ingin ia tau. Semua kejanggalan dalam pikirannya kini.
"Ada apa sih kak? Sampe narik-narik aku segala?" Tanya Dhea setelah sampai di kamarnya.
"Sekarang aku mau tanya. Kamu datang melayat di rumah Arsen?" Tanya Adeeva memulai intogasinya.
"Hmm iya kak. Kenapa?" Tanya Dhea pelan.
"Kamu dateng tanpa ngasih tau aku? Kita ini serumah lho."
"Ya aku pikir kakak udah duluan ke rumah kak Arsen. Jadi aku langsung pergi. Maaf ya kak."
"Oh ya? Dan sejak kapan kamu kenal sama Arsen? Bukannya kalian belum pernah ketemu sama sekali?" Adeeva memicingkan matanya menatap Dhea sambil bersidekap dada.
"Ohh itu... anuu... aku gak sengaja ketemu di jalan. Iya gak sengaja ketemu. Mmmmh kak Adeeva marah ya? Aku minta maaf ya kak kalau kakak gak suka aku kenal kak Arsen."
"Bukannya aku gak suka Dhea. Tapi akutuh kecewa sama kamu. Kamu gak bilang apapun sama aku tentang kematian ibunya Arsen. Kamu nyelonong gitu aja. Ohh dan satu lagi. Dimana kamu tau rumah Arsen? Asal kamu tau. Sahabat dekatnya aja di sekolah pada nggak tau padahal udah lama kenal. Sedangkan kamu?"
Dhea hanya terdiam. Tak tau harus menjawab apa. Hingga akhirnya Adeeva keluar dari ruangan nuansa pink itu. Kali ini Adeeva benar-benar meluapkan apa yang ingin dikatakannya pada Dhea. Jangan salahkan Adeeva yang selalu berasumsi sendiri. Salahkan mereka yang bermuka dua hingga Adeeva sulit mempercayai seseorang.
***
"Stop ikut campur urusan mereka," ucap Ken menatap datar Sevanya.
"Urusan apa yang lo maksud?" Balas Sevanya tak mau menatap manik mata Ken. Entah apa alasannya. Takut? Tak acuh? Atau yang lain? Entahlah.
"Lo pikir gw nggak tau? Kalau lo masih nemuin Adeeva lalu ngomong sesuatu? Sevanya Audrey Nathalia gue kenal lo. Gue tau kapan lo bohong. Gue selalu tau perasaan lo gimana," ucap Ken dengan senyum miringnya.
Sevanya yang mendengarnya sontak menatap tajam manik mata Ken.
"Oh ya? Seberapa tau sih lo tentang perasaan gue? Lo cenanyang? Ohhh gue harus tepuk tangan yaa. Wooww," Ucap Sevanya sambil bertepuk tangan.
"Seva gue serius," geram Ken.
"Sejak kapan sih seorang Ken serius?"
"Seva gue serius jangan bercanda!!" Bentak Ken memukul tembok di samping kepala Sevanya.
Sevanya memejamkan matanya sejenak. Ia tak menyangka. Ken memebentaknya? Hanya karena Arsen dan Adeeva? Yang benar saja?
"Lo ngebentak gue Ken? Lo ngebentak gue hanya karena ini?" Desis Sevanya.
"Iya gue ngebentak lo. Lo udah kelewatan! Lo udah terlalu ikut campur urusan orang lain!"
"Hei lo nyadar gak? Lo itu udah ikut campur dalam urusan gue? Terserah gue dong mau ngapain!"
"Gue bukan orang lain!"
"Oh ya? Terus lo siapa gue hah?"
"Lo itu sahabat gue Seva!"
"Stop panggil gue Seva! Dan apa lo nyadar? Arsen juga sahabat gue. Lo ama Arsen apa bedanya?" Balas Sevanya yang membuat Ken tak berkutik.
"Lo bercermin gih. Biar lo tau diri lo tuh kek gimana baru ceramahin orang lain!" Ucap Sevanya melepaskan tangan Ken di tembok yang menghalanginya keluar dari kurungan cowok itu. Tapi Ken kembali menarik tangan Vanya dan menghempaskannya lagi di tembok.
"Lo tuh apa-apaan sih Ken? Gue mau ke kelas!" Sevanya berusaha melepaskan cengkraman Ken di tangannya namun tak bisa.
"Gue udah peringatin lo dulu. Tapi lo gak ngindahin ucapan gue. Lo bukan Seva yang gue kenal."
Ya dulu Ken pernah memperingati Sevanya untuk tidak ikut campur urusan dua sejoli itu. Saat Sevanya baru saja memanggil Adeeva, Ken langsung menarik Sevanya dan bersembunyi dari Adeeva. Ken tak habis pikir kenapa Sevanya selalu menghampiri Adeeva.
"Udah gue bilang jangan panggil gue Seva. Gue Vanya. Okay? Dan sekarang lepasin gue!"
"Nggak!"
"Masalah lo tuh apasih sebenarnya? Lo nggak suka gue dekat sama Arsen?"
"Ya gue nggak suka. Arsen dan Adeeva itu saling mencintai. Lo gak usah jadi orang ketiga diantara mereka."
"Tau apa lo soal cinta? Lepasin gue sekarang!"
"Nggak sebelum lo janji sama gue lo nggak akan ganggu mereka lagi!"
"Gue enggak ngerasa ganggu kok. Arsen itu sahabat gue jadi gue bisa ikut campur atau apapun seperti lo sekarang ini!" Sevanya menatap sinis Ken.
"Demi apapun. Arsen itu sahabat kita," Geram Ken.
"Gue tau!"
"Jadi lo beneran suka sama Arsen?"
"Bukannya lo tau semua tentang gue? Jadi lo gak perlu jawaban dari gue. Permisi!" Ucap Sevanya lalu menendang tulang kering Ken dan meninggalkan Ken yang meringis kesakitan.
"Nyatanya lo gak tau benar perasaan gue. Bullshit!"
***
"Lo bisa gak sih? Gak ngaret? Udah sejam kita nungguin lo!" Kesal Resya karena Arsen baru datang sekarang. Setelah ia menunggu sejam lamanya.
"Gak di sekolah gak di luar sekolah emang suka ngaret ya lo," imbuh Fandi yang menunggu bersama Resya di dalam mobil.
Sekarang ini mereka sedang berada di parkiran club yang Fandi dan Adeeva datangi dulu.
"Sorry," balas Arsen kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang diyakini Resya tak gatal sama sekali.
"Udah ah ayo masuk!" Ucap Resya mendahului Arsen dan Fandi.
"Kayak tau aja lo seluk beluk club ini," cibir Fandi di belakang.
"Lo pikir gue gak pernah ke club ini? Hellooo Fandi! Gue bukan cewek cupu ya yang gak pernah ke club!" Balas Resya sengit.
"Ngalah Bro ama cewek. Apalagi kalau cewek godzilla kek gini. Ntar dimakan lo!" Ucap Arsen menpuk bahu Fandi.
"Mau dilempar high heels gue lagi nggak Sen?" Teriak Resya di depan mereka.
"Hehe peace."
"Udah ah cepetan. Jalan kek pengantin lo berdua!" Ucap Resya yang masih kesal.
***
"Jadi bisa pak?" Tanya Fandi pada penjaga cctv.
"Nih pak kami bayar," ucap Resya mengeluarkan puluhan lembar uang seratus ribu.
"Mmm kalau gitu bisa dek. Ayo ikut saya," ucap penjaga cctv itu.
"Kan apa gue bilang? Harus disogok dulu," bisik Resya pada Fandi.
"Di lorong toilet wanita ada cctv Pak?" Tanya Arsen setelah sampai di ruang cctv.
"Tidak ada," jawab sang penjaga cctv.
"Lah? Terus gimana mau tau kalau gak ada cctvnya coba!" Celutuk Resya yang bertopang pinggang di belakang Arsen.
"Kita cek di dekat bar dulu. Pak buka cctv yang ini tanggal 5 bulan lalu," ucap Fandi menunjuk salah satu layar di depannya.
Penjaga cctv itu pun melaksanakan apa yang diminta Fandi. Tampaklah ketika Fandi memperkenalkan Adeeva pada teman-temannya. Setelah itu terlihat Adeeva melangkah menjauh dari sana.
"Lho? Kok nggak ada? Harusnya gue disini nyari Adeeva karena gak balik-balik dari toilet. Terus gimana ada buktinya coba kalau gak ada di rekaman." Kesal Fandi.
"Sepertinya....
-TBC-
Tapi thanks uda berbagi cerita. Here some cadeau 🎁. Take care🌹