Gerry Putera Tanuwijaya seorang pengusaha sukses dan kaya harus menelan pil pahit saat perusahaannya dinyatakan bangkrut akibat ulah Om dan Tantenya yang ingin menguasai kekayaan Gerry. Bahkan Gerry mengalami kecelakaan wajahnya hancur dan harus menjalani operasi plastik.
Rubi Caesa Gilbert wanita cantik nan sexi, dia merupakan seorang pengusaha muda yang sukses. Kehidupannya tidak tenang saat Kakak dan Mama tirinya berusaha untuk membunuh Rubi.
Pertemuan yang tidak disengaja antara Rubi dan Gerry, membuat mereka terikat satu sama lain. Rubi membutuhkan bodyguard untuk melindungi dirinya sementara Gerry membutuhkan uang untuk menjalani hidupnya.
Akankah tumbuh cinta diantara mereka? sedangkan Rubi saat ini menutup rapat hatinya untuk seorang pria dan tidak percaya lagi dengan yang namanya cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
💰
💰
💰
💰
💰
Sesampainya di kampus, Celline segera turun dari mobil Kiting dan dengan cepat berjalan meninggalkan Kiting dengan langkah terpincang-pincang.
"Kenapa dia? kok pergi gitu aja?" gumam Kiting.
Kiting pun tidak terlalu memikirkannya, mood wanita memang suka berubah-ubah. Sesampainya di kelas, Kiting malah dibuat semakin bingung karena saat ini Celline pindah duduk dan menjauh dari Kiting.
"Apa-apaan ini, memangnya gue salah apa?" gumam Kiting.
***
Malam pun tiba, saat ini Kiting dan Gerry sedang berada di Bandara karena malam ini Rubby akan berangkat ke Australia.
Selama menunggu, Gerry tidak pernah melepaskan Rubby. Gerry sebenarnya merasa berat membiarkan Rubby pergi sendirian tapi bagaimana lagi, Gerry pun tidak bisa meninggalkan perusahaan disini.
"Jangan lupa kalau sudah sampai, hubungi aku."
"Ya ampun Gerry, kamu sudah puluhan kali loh ngomong seperti itu. Iya, aku janji setelah sampai aku langsung menghubungi kamu."
"Janji ya."
"Iya."
Gerry terus saja mendekap tubuh Rubby dan sesekali mencium pucuk kepala Rubby.
"Nona, pesawatnya sudah siap."
"Ah iya."
Rubby pun melepaskan pelukkannya...
"Aku pergi dulu ya, jaga diri kamu baik-baik."
Rubby mengusap pipi Gerry dan kemudian berjinjit mencium pipi Gerry.
"Ting, jaga diri baik-baik, ingat musuh ada dimana-mana lo harus hati-hati jangan sampai lo terkecoh dengan lawan karena bisa saja saat ini mereka ada disekeliling kita," seru Rubby.
"Siap Bos, Bos jangan khawatir."
"Aku pergi dulu ya, bye."
Rubby melambaikan tangannya kepada Gerry dan Kiting. Tidak lama kemudian, Rubby pun sudah hilang dari pandangan. Gerry dan Kiting memutuskan untuk pulang.
"Ger, jangan galau dong baru ditinggal gitu aja sudah merana," goda Kiting.
"Gue bukannya apa-apa Ting, yang gue khawatirkan itu keselamatan Rubby, gue takut anak buah Juan menemukan Rubby."
"Jangan mikir yang aneh-aneh, kita do'akan saja yang terbaik untuk Bos cantik semoga dia baik-baik saja."
"Amin, semoga saja ya Ting."
***
Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, satu minggu sudah Rubby berada di Australia dan itu membuat Gerry terus saja uring-uringan.
"Alah lebay banget sih lo Ger, baru saja ditinggal satu minggu lo udah kaya cacing kepanasan," ledek Kiting disela-sela sarapannya.
"Ah lo mah ga ngerasain jadi gue, gue rindu tahu sama Rubby."
"Dasar bucin lo."
"Biarin, gue sumpahin lo juga segera punya cewek dan lo ditinggalin."
"Idih apaan, masa sumpahin gue punya cewek terus cewek gue pergi ninggalin gue, benar-benar lo sahabat macam apa?" ketus Kiting.
"Sudah ah, gue berangkat dulu ke kantor, bicara sama lo hanya bikin kepala gue bertambah pusing."
Gerry pun pergi meninggalkan Kiting, dan Kiting pun segera menghabiskan sarapannya dan segera menuju ke kampus.
"Celline kemana ya, sudah dua hari dia ga masuk, apa jangan-jangan dia sakit," gumam Kiting.
Kiting menghentikan laju mobilnya karena lampu merah, disaat Kiting sedang celingukkan dari kejauhan Kiting melihat Celline sedang menyebrang jalanan dan segera menaiki angkot.
Disaat lampu hijau, Kiting segera menancabkan gasnya dan menyusul Celline. Cukup lama Kiting mengikuti angkot yang Celline tumpangi, hingga angkot itu berhenti di sebuah rumah sakit.
"Rumah sakit, siapa yang sakit?" gumam Kiting.
Kiting memarkirkan mobilnya dan segera menyusul Celline. Kiting mengikuti Celline dengan diam-diam, hingga Celline pun masuk ke dalam sebuah ruangan.
Perlahan Kiting melangkah mendekati ruangan rawat itu dan mengitip dibalik kaca yang berada dipintu. Seorang wanita paruh baya sedang terbaring dan Celline tampak duduk disampingnya.
"Nak, Ibu pulang saja, Ibu sudah baikkan kok."
"Tidak Bu, kondisi Ibu masih lemah."
"Tapi kita tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit ini."
"Ibu jangan mikirin masalah biaya rumah sakit, biar Celline yang cari uang, Ibu jangan khawatir ya. Kalau begitu, sekarang Ibu istirahat ya Celline keluar dulu sebentar."
Ibu Celline pun menganggukkan kepalanya.
Celline melangkahkan kakinya keluar ruangan itu tapi betapa terkejutnya saat Celline keluar melihat Kiting sedang duduk di kursi tunggu yang berada di depan ruangan rawat Ibunya.
"Raga."
"Hai."
Celline denga cepat melangkahkan kakinya meninggalkan Kiting, tapi Kiting mengejarnya dan menahan lengan Celline.
"Lo kenapa sih Cell? akhir-akhir ini lo menghindar dari gue, kalau gue punya salah gue minta maaf tapi tolong jelaskan apa salah gue?" seru Kiting.
"Tidak, lo tidak salah apa-apa jadi lo ga perlu minta maaf sama gue, tolong lepaskan, gue mau pergi."
"Mbak Celline."
"Iya Dok."
"Mbak bisa ikut ke ruangan saya."
"Tentu Dok."
Celline pun melepaskan tangan Kiting dan dengan cepat mengikuti Dokter ke ruangannya. Kiting masih mengikuti Celline dan menguping pembicaraa Celline dan dokter dibalik pintu.
"Mbak Celline, Ibu Rini harus segera di operasi karena tumor yang diderita Ibu Rini semakin membesar dan kalau tidak segera di operasi maka akan berakibat fatal."
"Di operasi? berapa biayanya, Dok?"
"Antara empat puluh sampai lima puluh juta."
"Apa? kapan operasinya akan dilakukan, Dok?"
"Kita akan melakukan operasi tiga hari lagi, dan sebelum operasi dimulai, Mbak Celline harus melunasi administrasinya terlebih dahulu."
Lemas sudah Celline mendengar penjelasan daru Dokter.
"Baik Dokter, kalau begitu saya permisi dulu."
Celline keluar dari ruangan Dokter dengan deraian airmata tapi dengan cepat Celline menghapusnya.
"Ada apa?" tanya Kiting.
Celline hanya terdiam dan tidak lama kemudian airmatanya kembali menetes, pundak Celline mulai bergetar karena rasa sesak yang dia rasakan. Kiting merasa kasihan melihat Celline, dengan cepat Kiting menarik tubuh Celline dan memeluknya dengan erat.
"Ibu harus segera di operasi dan gue bingung harus mencari uang kemana," seru Celline dengan tangisannya.
Kiting tidak bicara sedikit pun, dia hanya memeluk Celline untuk memberikan ketenangan pada Celline.
***
Sementara itu, Gerry sedang serius dengan laptopnya. Hari ini pekerjaan Gerry sangat banyak sehingga dia sampai lupa waktu.
Ceklek...
"Sibuk banget sih," seru Rubby.
"Astaga sayang, kok pulang ga bilang-bilang."
Gerry langsung berdiri dan memeluk kekasihnya yang sangat dia rindukan.
"Kenapa ga bilang kalau mau pulang? aku kan bisa jemput kamu."
"Aku ga mau ganggu pekerjaan kamu."
"Lama banget sih kamu pergi, padahal kalau besok kamu sampai ga pulang, aku sudah berniat nyusul kamu ke sana."
"Memang tahu aku tinggal dimana?"
"Kamu lupa dulu aku siapa? kalau buat nyari satu orang mah gampang."
"Dasar sombong."
"Bukannya sombong sayang, itu memang kenyataannya."
"Oh iya, ada sesuatu yang mau aku omongin sama kamu."
"Apa?"
"Ga disinilah."
"Ya sudah, yuk kita pulang."
"Yuk."
Gerry segera membereskan meja kerjanya dan memutuskan untuk pulang.
"Ger, sebenarnya aku ke Australia itu disuruh sama Papa."
"Apa? oh iya, bagaimana keadaan Tuan Robby?" tanya Gerry.
"Alhamdulillah sekarang sudah bisa bicara, tinggal penyembuhan syaraf-syaraf untuk jalan."
"Syukurlah, terus kenapa Tuan Robby menyuruh kamu kesana?"
"Papa, menyuruh aku untuk cepat-cepat nikah," sahut Rubby.
Cekiiiiiiitttttt....
Gerry langsung menghentikan mobilnya, untuk di belakang tidak ada mobil yang lewat.
"Apa kamu bilang? maksud kamu, Papa kamu mau menjodohkan kamu gitu?" tanya Gerry panik.
Rubby menganggukkan kepalanya...
"Ga bisa sayang, aku itu ga mau sampai kehilangan kamu, kalau kamu dijodohin dengan orang lain terus kamu menikah dengan orang itu, kamu pastikan akan melihat aku mati," seru Gerry.
"Jangan dong Ger, kamu ga boleh mati."
"Aku itu pernah di khianati oleh wanita yang aku sayangi dan itu sangat menyakitkan, dan sekarang kalau kamu sampai meninggalkan aku, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan," seru Gerry dengan emosinya.
"Tapi aku juga ga mau membantah keinginan Papa, Ger. Karena mungkin Papa tahu apa yang terbaik untukku."
"Apa? jadi kamu menerima perjodohan itu? terus selama ini kamu anggap aku apa, Rubby?" bentak Gerry emosi.
"Kamu tenang dulu, Ger."
"Tenang bagaimana, aku itu tulus mencintaimu dan menerima kamu apa adanya tanpa embel-embel kamu anak orang kaya pun aku tetap mencintai kamu."
Gerry benar-benar sangat emosi, dia keluar dar dalam mobil dan disusul oleh Rubby.
"Gerry, kamu mau kemana?" teriak Rubby.
"Kalau kamu memang mau menerima perjodohan itu, lebih baik aku mati saja percuma aku hidup juga."
"Gerry jangan bertindak nekad kamu," teriak Rubby panik.
Gerry tidak mendengarkan teriakkan Rubby, dia terus saja berjalan ke tengah jalanan hingga sebuah mobil dengan kecepatan tinggi hendak menabrak Gerry.
"Gerry...awaaaaaassss."
Rubby menutup matanya, sedangkan Gerry sudah pasrah kalau saat ini dia harus mati dengan cara konyol seperti ini.
Cekiiiiiiiiiiitttttt.....
Ternyata mobil itu bisa terkendali dan berhenti tepat di depan Gerry.
"Woi, kalau lo mau bunuh diri lompat sana ke jurang jangan disini," teriak pengemudi mobil itu.
Rubby membuka matanya dan melihat Gerry berdiri terpaku seperti orang bodoh. Rubby segera berlari dan menarik tangan Gerry dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Kali ini Rubby yang mengendarai mobilnya, selama dalam perjalanan tidak ada pembicaraan satu sama lain, hingga Rubby pun menghentikan mobilnya di jalanan yang lumayan cukup sepi.
"Kamu itu apa-apaan sih? tadi aku sudah sangat takut tahu," bentak Rubby.
"Kenapa takut? bukannya kamu akan menikah?"
"Astaga Gerry, kamu itu salah paham makannya kalau aku bicara itu dengarkan dulu jangan dipotong, akhirnya kamu salah paham kan? dan hampir saja nyawa kamu melayang dan kalau sampai itu terjadi, aku akan benar-benar gila," seru Rubby.
Gerry menoleh ke arah Rubby...
"Maksud kamu apa?"
"Papa memang akan menjodohkan aku dan ingin aku cepat-cepat menikah, tapi apa kamu tahu siapa orang yang akan Papa jodohkan denganku?" tanya Rubby.
Gerry menggelengkan kepalanya...
Rubby mengubah posisi duduknya sehingga berhadapan dengan Gerry, kemudian Rubby menangkup kedua pipi Gerry.
"Papa itu akan menjodohkan aku dengan seorang pria yang selama ini sudah menjaga dan melindungi aku, namanya Gerry Putera Tanuwijaya yang selama ini berprofesi sebagai Bodyguard dan merangkap juga sebagai kekasihku," seru Rubby.
"Jadi maksud kamu?"
"Iya, Papa ingin kita menikah. Pak Rinto sudah menceritakan semua tentang kamu kepada Papa, dan Papa sangat bahagia akhirnya aku bisa move on dan mendapatkan pengganti Ardi."
"Serius?"
"Iya, makannya tadi ngapain kamu kaya gitu? kalau kamu sampai mati, aku akan gi----"
Ucapan Rubby terhenti karena Gerry langsung membungkam bibir Rubby dengan bibirnya.
"Maafkan aku, aku sudah salah."
Rubby tersenyum dan memeluk Gerry...
"Minggu depan, Papa menyuruh kita ke Australia, Papa ingin kita melangsungkan pernikahan kita disana, semuanya sudah diurus oleh Pak Rinto kita hanya tinggal kesana saja dan melakukan pernikahan."
Gerry memeluk erat Rubby, tapi Rubby merasakan kalau pundak Gerry bergetar. Rubby melepaskan pelukkannya dan betapa terkejutnya Rubby saat melihat Gerry menangis.
"Hai, kok kamu nangis?" tanya Rubby.
"Aku sangat bahagia sayang, tapi maaf aku tidak bisa memberikan apa-apa, aku hanya bisa memberikan seluruh cinta dan hidupku untukmu."
"Jangan bicara seperti itu, selama ini kamu sudah bekerja keras dan membantu aku bahkan saat ini perusahaan aku sudah masuk sepuluh besar perusahaan dengan kesuksesan yang terus meningkat, terima kasih anak buah kesayanganku."
Gerry tersenyum dan kembali memeluk Rubby, mereka sangat bahagia.
***
Kiting saat ini sedang duduk di taman rumah sakit bersama Celline.
"Berapa biaya operasi Ibu lo?" tanya Kiting.
"Kata dokter antara empat puluh sampai lima puluh juta, gue bingung harus mencari uang kemana? sementara pekerjaan gue sebagai pelayan dan loper koran hanya cukup untuk makan dan bayar kontrakan saja, sedangkan keadaan Ibu sudah semakin menurun dan harus segera di operasi."
Kiting tampak berpikir sejenak...
"Sepertinya ada seseorang yang bisa bantuin lo."
"Siapa?"
"Saat ini dia masih di luar negeri, nanti sepulang dari sini gue bakalan hubungi dia dan minta bantuan sama dia."
Celline sudah tidak bisa berpikir lagi, dia sudah tidak memikirkan Kiting akan membantunya dengan cara apa yang terpenting saat ini Celline membutuhkan uang segera.
"Ini sudah sore, gue pulang dulu kalau ada kabar nanti gue kesini lagi."
"Terima kasih Raga, lo selalu bantuin gue."
"Iya sama-sama."
Kiting pun beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Celline. Kiting mulai melajukan mobilnya untuk pulang, tidak membutuhkan waktu lama akhirnya Kiting sampai di rumah.
"Wah, ini kan mobilnya si Bos cantik, apa jangan-jangan si Bos sudah pulang ya," gumam Kiting.
Kiting pun segera berlari ke dalam rumah dan benar saja saat ini Rubby sedang menonton tv sendirian.
"Bos sudah pulang."
Rubby menoleh dan ternyata Kiting lanhsung memeluk Rubby saking bahagianya, sedangkan Gerry yang baru saja membuat kopi langsung terbelalak melihat adegan itu.
"Woi, ngapain lo peluk-peluk calon istri gue," teriak Gerry.
Kiting langsung melepaskan pelukkannya...
"Astaga, sorry Ger gue khilaf."
"Ah, memang dasarnya lo aja pengen peluk-peluk calon istri gue."
Gerry segera menarik Rubby supaya menjauh dati Kiting.
"Calon istri apaan, memangnya si Bos mau apa nikah sama lo?" ledek Kiting.
"Beuh, si kampret yang satu ini ga tahu beritanya sayang."
"Berita apaan?" tanya Kiting.
"Minggu depan gue bakalan nikah coy," bisik Gerry di telinga Kiting.
"Whaaaatttt...seriusan?" teriak Kiting membuat Gerry dan Rubby kaget.
"Astaga ga usah teriak-teriak kampret," seru Gerry dengan menoyor kepala Kiting.
"Sorry, habisnya gue terkejut. Selamat ya Bos, Ger akhirnya kalian akan menikah juga gue sangat bahagia mendengarnya, semoga kalian selalu bahagia dan pernikahan kalian lancar."
"Amin...."
💰
💰
💰
💰
💰
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
Mantap