NovelToon NovelToon
Cooking With Love

Cooking With Love

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / CEO
Popularitas:726k
Nilai: 4.9
Nama Author: Neen@

"Dasar maling rasakan ini..!" Bugs..Bugs..Brakkk.. Jenar memukul maling itu dengan membabi buta. Setelah dirasa tidak ada pergerakan dari maling itu Jenar membuka mata.
"Whaaattt..! kenapa malingnya pakai jas rapi begini, jangan.. jangan dia tamu di restoran lagi, aduh bagaimana ini, lebih baik aku kabur saja"

Mahesa Jenar seorang gadis yang enerjik, penuh semangat, kecil, mungil dan sederhana yang bekerja sebagai asisten chef di sebuah restoran milik keluarga Akihiko.

Adam Athan Akihiko seorang pengusaha muda sekaligus pewaris tunggal Akihiko corporation yang banyak disukai gadis - gadis muda. Patah hati karena ditinggal kekasihnya Jesica yang seorang designer muda.

Karena suatu insiden harus memaksa mereka untuk selalu bertemu dan membuat suatu perjanjian. Apakah Jenar sanggup menghadapi Adam yang pemilih dalam hal makanan...

Hai perkenalkan aku Neen@
Ini adalah novel pertamaku, mudah - mudahan kalian suka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neen@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sado dan Daifuku

"Hmmm seperti biasa masakanmu bener - bener enak Jenar."

"Terima kasih Ma."

"Beruntung kamu Adam punya calon istri yang pinter masak." ucap Papa Akihko memuji.

"Itu sudah tugasnya." jawab Adam sambil menikmati sarapannya.

"Lihat itu Pa, sekarang makannya nambah dia. Bisa - bisa perutmu tidak sixpack lagi."

"Aku itu olah raga terus Ma, lihat nih." ucap Adam sambil berdiri, membuka kaos dan memperlihatkan perutnya.

"Uhuk..uhuk.!." Jenar terbatuk - batuk.

"Kamu tidak apa - apa Jenar?"

"Tidak Ma."

"Kamu sih Adam buka baju pas acara sarapan."

"Bagian mana yang salah Ma? yang salah itu yang berpikiran mesum ketika melihat perutku."

"Eh siapa yang mesum!" pukul Jenar ke lengan Adam.

"Tuh Mama dengar sendiri, langsung mengaku kan dia."

"Hahahahahhhh.. kalian ini pasangan yang lucu, sudah kebelet mau nikah ya?"

"Sudah..! sudah..! Jenar, sesuai dengan janji Papa kemarin, hari ini akan mengajarkanmu bagaimana membuat teh sesuai dengan adat Jepang."

"Baik Pa. Jenar bereskan meja makan dulu."

"Tidak perlu kan sudah ada pelayan."

Mereka menuju ruang dimana acara minum teh diadakan, ruangan ini sama dengan ketika Adam berlatih kendo. Masih teringat dengan jelas bentuk tubuh Adam bahkan tatto itu membuat Jenar ingin sekali memegangnya. Aduh Jenar ayo fokus.. fokus batin Jenar menenangkan diri.

Kemudian mereka duduk diatas Tatami. Papa mulai menjelaskan.

"Upacara minum teh ini biasa disebut Sado tujuannya adalah wujud keramah tamahan tuan rumah untuk tamunya sehingga bisa menciptakan suasana yang tenang dan membawa nilai kemurnian dan ketenangan."

"Apakah setiap acara minum teh kita harus memakai kimono Pa?"

"Tidak perlu Jenar karena kita sudah lama menetap di Indonesia kita cukup memakai pakaian yang rapi, tidak mencolok dan tidak menggunakan parfum karena akan mempengaruhi rasa dan aroma dari teh ini."

"Ini alat - alatnya Pa?"

"Ya, yang ini namanya Chasen untuk pengocok teh, ini Natsume untuk wadah teh hijaunya, disebelahnya itu Chashaku yaitu sendok teh kemudian ketel dan anglo."

"Aku pernah melihat sepintas acara minum teh, cangkirnya antar pria dan wanita berbeda ya Pa?"

"Iya memang dibedakan yang pria biasanya lebih simpel sedangkan wanita biasa diberikan motif bunga tapi semua harus selaras dengan peralatannya juga dengan tema dan warna sama untuk menekankan keharmonisan."

"Biasanya Papa menggunakan teh apa?

"Sebenarnya ada berbagai macam teh, tapi kami menggunakan dua macam saja Matcha dan Sencha. Coba lihat ini."

Jenar melihat dua teh hijau bubuk itu dengan seksama. Sambil sesekali mencium aroma teh nya dan merasakan teksturnya. Adam yang melihatnya tersenyum karena ketika mencium teh hidung Jenar bergerak naik turun seperti anak anjing.

"Kenapa senyum - senyum?" tanya Jenar sewot

"Habis kamu lucu sayang."

"Lucu apanya..! sayang..sayang..!"

"Hahahahhh.. Hidung kamu gerak - gerak naik turun, nyungir - nyungir kayak anak anjing."

"Adam sudah, biar Jenar konsentrasi."

"Oke..oke.. habis lucu Ma."

"Nah bagaimana Jenar apakah kamu sudah bisa membedakannya."

"Hampir serupa sih Pa, kalau tidak salah ini Matcha karena teksturnya lebih halus, kering dan aromanya lebih segar. Kalau yang ini Sencha tekstur agak lebih kasar dan biasa digunakan dijepang karena caranya yang mudah tinggal dikukus dan direbus untuk menghentikan fermentasinya."

"Pinter kamu." puji Papa Akihiko

"Untuk membuatnya apakah airnya harus beda Pa?"

"Iya.. tapi bisa saja menggunakan air mineral yang dipanaskan, tapi kami menggunakan air khusus dari jepang sehingga menambah cita rasa. Nah sekarang Papa mau melihat kamu mulai membuat teh."

"Baik Pa." Dengan pelan Jenar menuangkan air ke dalam ketel dan memanaskannya di anglo. Diambilnya bubuk teh hijau. Setelah air panas dituangkannya ke dalam teh hijau tadi, diaduknya pelan - pelan hingga membentuk seperti pasta. Setelah dirasa merata kemudian ditambah lebih banyak lagi air panas. Ditunggu beberapa saat kemudian Jenar menyajikannya ke Papa, Mama dan Adam.

"Bagaimana Pa?"

"Hmmm nikmat, walaupun belum sempurna, terima kasih calon menantuku." ucap Papa Akihko

"Kalau menurut Mama sih sudah perfect, cuman ada yang kurang."

"Apa itu Ma?"

"Adam kalau menyantap teh ini biasanya didampingi dengan Daifuku yang manis kesukaannya."

"Kenapa Mama tidak bilang, Aku kan bisa membuatnya tadi."

"Tidak apa - apa, ini kan baru latihan untuk acara minum tehnya, lain waktu bisa ditambah Daifuku untuk menetralisir rasa pahit pada teh."

"Nanti siang kau bisa membuatnya untukku sebelum pulang." sela Adam.

"Lo.. nanti siang kamu sudah mau pulang?"

"Iya Ma, kasian Ibu, apalagi besuk harus sudah masuk kerja."

"Kan bisa berangkat dari sini."

"Ma, kita harus menghormati keputusan Jenar, kasihan bu Yati sendirian dirumah." ucap Papa Akihiko.

"Tapi Pa, Mama mau diskusi masalah acara nikahannya nanti. Bajunya, undangan, dekorasi, katering dan souvenirnya, banyak yang harus dipersiapkan."

"Kan masih ada minggu depan Ma, dia bisa menginap lagi disini." ucap Adam.

"Iya Ma, aku janji minggu depan akan menginap lagi disini."

"Baiklah kalau begitu, oya katanya kamu mau lihat perpustakaan milik kami, ayo kita kesana."

"Baik Ma.. Pa, Adam aku permisi dulu."

Mereka berdua bergegas meninggalkan ruangan menuju perpustakaan.

"Nah Jenar kamu bisa leluasa memilih buku yang mau kamu baca, misal ada yang mau kamu bawa pulang ambil saja."

"Baik Ma, kalau yang biografi Yoshihiro Murata yang sebelah mana?"

"Biasanya untuk biografi disebelah situ rak nomor lima, nanti kamu bisa pakai tangga kecil itu."

"Baik Ma." Jenar segera mengangkat tangga itu kemudian ditaruh di rak buku yang Mama Indira maksud.

"Jenar, Mama tinggal dulu sebentar, mau membeli oleh - oleh buat Ibu kamu."

"Ma, tidak usah repot - repot." tolak Jenar halus

"Tidak apa - apa, untuk calon besan." ucap Mama Indira sambil meninggalkan Jenar sendirian.

Jenar kemudian asyik dengan dunianya sendiri melihat lihat buku - buku. Ternyata komplit sekali disini ada biografi dari tokoh - tokoh terkenal. Kalau yang milik Yoshihiro Murata yang sebelah mana ya pikir Jenar sambil melihat satu persatu.

Coba aku geser tangganya ke sebelah sana batin Jenar. Dengan susah payah Jenar menggeser tangga itu ke samping karena postur tubuhnya yang mungil. Ada sepasang mata memperhatikannya dan tersenyum melihatnya kerepotan. Dasar pendek..

Jenar menaiki tangga kecil itu lagi. Matanya terus mencari buku yang dia inginkan. Nah ketemu itu dia. Walaupun sudah naik tangga tapi karena postur tubuhnya yang kecil ia agak kesuitan meraih buku itu. Aduh kenapa masih tidak bisa diambil, derita memiliki tubuh pendek batin Jenar. Ia tetap berusaha meraih buku itu dengan sedikit berjinjit, alhasil dia bisa memegang buku itu. Dan tinggal menariknya saja.

"Yes dapat..!" teriaknya kegirangan. Tapi____

"Wo..wo.. Aaaaaa!" saking senangnya Jenar sampai lupa menjaga keseimbangan tubuhnya seketika dia terjatuh dari tangga itu. Tapi kenapa tidak sakit dan sepertinya melayang, Hmmm aroma apa ini wangi sekali dihirupnya dalam - dalam, sepertinya aku kenal wangi ini.

Jenar kemudian membuka matanya dengan mengerjap - erjap dia melihat sebuah leher yang jenjang dan kokoh. Dinaikkannya kepalanya untuk melihat leher siapa ini.

"Hah.. Adam?"

"Iya.. kenapa?"

"Kok kamu bisa kesini?"

"Makanya hati - hati kalau ambil buku."

"Maaf, tadi sudah hati - hati tapi karena terlalu senang jadi hilang keseimbangan."

"Mau sampai kapan kamu melingkarkan tangan kamu dileherku, minta digendong terus heh."

"Oh Maaf.." Jenar kemudian melepaskan rangkulannya dan Adam menurunkan dari gendongannya.

"Sudah dapat bukunya?"

"Tadi sudah kepegang, cuma keburu jatuh, tuh masih diatas" ucap Jenar meringis menahan malu.

"Sini aku bantu." Adam membalikkan tubuh Jenar menghadap rak buku.

"Tidak usah aku bisa sendiri kok."

"Udah diam, jangan banyak gerak!" Adam kemudian mengangkat tubuh Jenar dan menaruhnya di pundak. Persis seperti memanggul anak kecil. "Cepat ambil bukunya." perintah Adam.

"Oh iya." Ucap Jenar masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Adam.

"Sudah belum."

"Sudah..sudah kok.. nih." ucap Jenar memperlihatkan buku yang sudah ditangannya. Dengan pelan - pelan Adam menurunkan Jenar.

"Kalau begitu, kamu tidak jatuh."

"Iya terima kasih bantuannya. Ehm aku akan membuat Daifuku sebelum pulang."

"Bagus kalau kamu tahu berterima kasih." Ucap Adam dan kemudian mengusap pucuk kepala Jenar.

"Aku ke ruang Gym dulu." pamitnya sambil melangkah keluar dari ruang perpustakaan.

Jenar menghela napasnya berusaha mengatur deguban jantungnya akibat ulah Adam yang selalu tiba - tiba. Tenang.. tenang.. harus rileks.. jangan bawa perasaan batin Jenar kemudian bergegas menuju dapur untuk memasak makan siang dan Daifuku kesukaan Adam.

Setelah selama satu jam berkutat di dapur membuat masakan untuk makan siang Jenar memulai mempersiapkan bahan - bahan untuk membuat Daifuku, dari tepung, buah, pasta kacang dan air gula. Dengan hati - hati Jenar menguleni tepungnya dan mulai memasukkan buah dan pasta kacangnya.

"Sudah jadi Daifuku nya?" tanya Adam tiba - tiba dari arah belakang.

"Eh kaget...!" teriak Jenar. "Aduh jangan bikin kaget dong!" ucap Jenar sewot sambil membalikkan badan ke arah Adam kemudian berteriak lagi "Aaaacchh..!"

"Kamu itu suka banget teriak!"

"Kenapa kamu telanjang dada lagi?"

"Memang kenapa ini dirumahku sendiri woi..! apalagi habis olah raga gerah tau!"

"Iya tapi kan sekarang ada aku!"

"Hmmm kamu belum pernah lihat pria telanjang dada begini?"

"Ya..ya..ya belum lah." ucap Jenar gugup kemudian membalikkan badannya lagi membelakangi Adam. Adam berjalan mendekat ke arah Jenar, tepat dibelakang Jenar kemudian mengambil gelas yang berada di atasnya, saat itu Jenar membalikkan badan. Jenar yang kecil mungil hanya setinggi dada Adam bisa dengan sangat jelas melihat tatto naga itu. Oh jadi ini tatto naganya bagus sekali, tapi dimana letak goresan pedang samurai itu.Jenar mengedarkan pandangannya dan fokus dengan dada Adam. Tiba - tiba..

Cletak.! Adam menjentikkan jarinya di kening Jenar.

"Aduh..! sakit..!" teriak Jenar.

"Dasar otak mesum."

"Siapa yang mesum, nih rasakan!" Jenar mengambil sejumput tepung dan menempelkannya di pipi Adam. "Hahahahahhh...!" Jenar tertawa terbahak - bahak.

"Oh mulai berani kamu ya..!" teriak Adam mengambil segenggam tepung dan melemparkannya ke muka Jenar "Ups..! sorry nggak sengaja.. Hahahahh..!" Adam ikut tertawa terbahak - bahak.

"Adaaammmm..! Awas kamu..! tunggu pembalasanku..!" tak mau kalah Jenar mengambil segenggam tepung dan mulai mengejar Adam. Terjadilah kejar - kejaran. Karena langkahnya pendek Jenar agak kesusahan mengejar Adam malah sekarang kondisinya berbalik. Adam menangkap dan memeluk Jenar dari belakang. Berusaha mengunci tangannya agar tepung itu tidak terkena mukanya.

"Adam lepas..! kamu curang ya..!"

"Hahahahh.. salah siapa kamu kecil."

"Adam kamu nakal..!"

Adam masih terus memeluk dan mengunci Jenar dari belakang. Karena tenaganya sudah terkuras habis, Jenar diam dan mengatur napasnya. Begitu juga dengan Adam, sadar dengan yang dia lakukan kemudian agak melonggarkan pelukannya

"Sakit?"

"Tidak." ucap Jenar menggelengkan kepala. Adam kemudian melepas pelukannya.

"Maaf." ucapnya sambil memeriksa tangan Jenar apakah ada bekas kemerahan akibat pegangannya yang kuat. Tiba - tiba.

"Nih rasakan pembalasanku..!" teriak Jenar sambil melemparkan tepung ke muka Adam kemudian menjulurkan lidahnya. "Hahahahh."

Melihat Jenar yang pura - pura lemah tapi justru mengatur strategi pembalasan membuat Adam jengkel. Diangkatnya tubuh Jenar sehingga mereka saling bertatapan bahkan hidungnya saling menempel. Tangan Jenar berada di kedua pundak Adam.

"Adam, turun." pinta Jenar lirih. "Kita terlalu dekat." lanjutnya.

"Berani kamu sekarang heh!"

Jenar menggeleng pelan, dia tidak bisa berkata apa - apa lagi.

"Ayo jawab."

"Tidak berani." ucap Jenar sambil berusaha menghindari tatapan Adam yang tajam.

"Kalau kamu berani lagi, aku cium."

Mendengar ancaman itu sontak Jenar mengatupkan dua bibirnya kedalam dan menutupnya dengan tangan

"Bagus jadi anak kecil harus nurut." ucap Adam tersenyum smirk dan menyatukan keningnya dengan Jenar.

"Apa - apaan ini..!" teriak Mama Indira mengagetkan. Adam segera menurunkan Jenar. Tapi begitu melihat muka mereka penuh tepung Mama Indira tertawa terbahak - bahak "Hahahahh.. kalian ini kenapa malah pacaran di dapur."

"Adam ganguin Jenar masak Ma." Jenar mengadu mencari pembelaan.

"Sudah.. sudah sana kalian mandi, biar dapur dibersihkan pelayan."

Mereka berdua berjalan menuju kamar masing - masing untuk membersihkan diri. Setelah semunya selesai mereka menyantap makan siang bersama. Tiba waktunya Jenar berpamitan untuk kembali kerumah.

"Terima kasih Ma atas jamuan yang menakjubkan ini."

"Justru Mama senang kamu mau menginap disini. Oya ini ada sedikit oleh - oleh untuk Ibumu."

"Terima kasih Ma, malah merepotkan."

"Tidak Apa - apa."

"Papa kemana Ma?"

"Tadi keluar ada janji dengan relasinya, nanti Mama sampaikan salam kamu ke Papa."

"Terima kasih Ma, Jenar pamit dulu."

"Hati - hati di jalan, Adam nyetirnya jangan ngebut."

"Baik Ma."

Dengan menaiki mobil Range Rover warna silver Adam mengendarai dengan kecepatan sedang sambil menikmati kebersamaan dengan Jenar.

Mereka membicarakan banyak hal.

Jenar mulai memikirkan deguban jantungnya apabila dekat dengan Adam.

Apa aku mulai tertarik dengan pria angkuh super narsis ini. Perlakuannya, bicaranya, perhatiannya bahkan pelukannya selalu membuatku nyaman. Apa yang harus aku lakukan tuhan.

Hampir sama dengan Jenar yang mulai nyaman dengan mainannya ini. Aku tidak akan melepasmu Jenar.. Hanya aku yang boleh bermain - main denganmu..

1
Eni Etiningsih
I LOVE YOU MAMA..😘😘😘🥰🥰
Komang Diani
Luar biasa
Rose 19
Jenar hebat wlopun Adam amnesia masih bisa di buat jatuh cinta
Rose 19
hayo gimana tu Dam, Jenar minta di batalin pernikahannya.
Rose 19
saking nyamannya di gendongan Adam sampai gak bisa lepas ya Je.
Rose 19
kasian Jenar terikat kontrak yang merugikan
Rose 19
mulai meng cleam kepemilikan. gak tau dia klo Jenar mau di jodohin.
Rose 19
hati hati Dam dari lidah turun ke hati,persiapkan dirimu Dam. /Chuckle//Chuckle//Chuckle/
Rose 19
baiklah Adam kita tunggu siapa yang akan tersenyum di akhir cerita.
Ran Aulia
Luar biasa
jumirah slavina
sini Aku kasih tahu Jenar.. bukan cuma 1thn tp smp maut yg memisahkan kalian 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Just_Emma
jenar keras kepala gak mikirin anaknya payaaaahhh
Just_Emma
semangatttt jenar....
Neng geulis
Luar biasa
Yudhistira Aaqil Adhiprasetya
bukannya udah ada anak pertama yak
Sri Endah B. A
Luar biasa
galaxi
kamu tuh siperalah oleh adam jenaaar...adam tuh menjebakmu tau gak 😂😂😂😂pasti modusnya itu pdhl mau dia buat kamu hanya satu2nya dan seumur hidup tu
Dinda Putri
Luar biasa
milaa
Mampiir
selalubersama2521
baguusss lanjutkan karyamu🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!