Cerita ini berpusat pada perjalanan Anita, seorang wanita yang dikhianati, dan bahkan dibunuh secara semu oleh suaminya Hendric dan sahabatnya Reina-semua karena hasrat akan harta dan kekayaan. Malam yang mengubah segalanya terjadi di Jakarta, ketika Anita menyaksikan perselingkuhan keduanya dan mendengar rencana mereka untuk mengorbankannya. Dalam kepanikan, dia melarikan diri tapi terjebak di tepi tebing, kemudian dilemparkan ke lautan. Namun, takdir mempertemukannya kembali.
ima tahun kemudian, dia muncul sebagai Natasya, kuat dan penuh tekad untuk membalas dendam dan membongkar kebenaran. Di tengah semua itu, ada Ryujin-seseorang yang mencintainya dengan tulus dan selalu ada di sisinya, menjadi pijakan emosional dan kekuatan dalam perjuangannya menuju keadilan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heryy Heryy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23.Bayangan Yang Tampak Familiar
Malam hari di Jakarta terasa lebih padat saat hujan mulai turun pelan-pelan, membasahi kaca lift yang mengangkut Natasya menuju apartemennya di lantai tujuh. Badannya masih lelah setelah seharian berkelana untuk menyelesaikan urusan yang tidak terduga—urusan yang membuatnya tidak bisa pulang semalam. Saat pintu lift membuka, ia hampir menabrak seseorang yang baru saja masuk.
"Ryujin?"
Wajah pria itu terlihat lega, meskipun mata hitamnya tampak memandangnya dengan curiga. "Apakah kamu baru pulang? Sepertinya semalam kamu tidak ada di apartemen mu?"
Natasya menunduk, menyisir rambut yang basah karena hujan. "Ya, semalam ada urusan mendadak!" Suaranya sedikit bergema di ruang lift yang sempit.
Ryujin mendekat sedikit, nafasnya terasa hangat di udara yang dingin. "Kamu baik-baik saja?"
"Ya, ada apa?" Ia mencoba bersikap rileks, meskipun hatinya mulai berdebar—kebiasaan yang semakin sering terjadi saat bersamanya.
Ryujin tersenyum lembut, seolah ragu untuk melanjutkan. "Tidak apa-apa!"
Pintu lift membuka kembali di lantai tujuh. Natasya berjalan menuju pintu apartemennya, tangan sudah meraih kunci di saku tas. Saat ia mau memasukkannya, Ryujin memanggilnya lagi.
"Natasya, akhir pekan ini kamu tidak kemana-mana ya?"
Ia berbalik, mata bertemu dengan pandangannya. "Ya, aku rasa saat itu aku tidak memiliki kegiatan, ada apa?"
Kata-kata itu keluar dari bibir Ryujin dengan cepat: "Bisa ikut bersama ku?"
Hati Natasya berdebar lebih kencang. "Pergi ke mana?"
"Akupun belum pasti, tapi aku akan menjemputmu nanti setelah pulang kerja."
Natasya mengangguk dengan ragu, kemudian masuk ke dalam apartemen. Saat pintu menutup, ia duduk di sofa, tangan menekan dada yang berdebar kencang. "Ada apa dengan diriku, kenapa aku akhir-akhir ini selalu berdebar saat bersamanya?" pikirnya, bingung dengan perasaan yang tiba-tiba muncul.
Tiba-tiba, telpon genggamnya berdering. Nomornya dari Ines, sahabatnya yang selalu ada di saat-saat sulit. "Natasya, cepat datang ke rumahku! Aku ingin menunjukkan sesuatu yang penting banget padamu!" Suaranya tergesa-gesa, penuh kecemasan.
Tanpa berpikir panjang, Natasya mengambil jaket dan keluar lagi. Ryujin masih berdiri di koridor, seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi ia hanya berlari menuju lift, meninggalkan pria itu dengan wajah bingung.
Di jalan, ia mengendarai mobilnya dengan cepat, hujan yang makin deras membuat pandangan terganggu. Ia tidak menyadari bahwa sebuah mobil hitam mengikutiinya dari jauh—mobil yang dipandu oleh Ryujin, yang khawatir sesuatu buruk terjadi padanya.
Saat sampai di rumah Ines, Natasya langsung masuk dan bertanya, "Ada apa, apa yang kamu temukan?"
Ines membuka ponselnya, tangan bergetar. "Ini, kamu lihat sendiri!"
Di layar, muncul video yang dibuat secara diam-diam di ruang rawat inap rumah sakit. Di situ, Hendric—pria yang dulu mencoba membunuh Natasya—terlihat berdiri di samping tempat tidur Pak Andra, ayah Natasya. Ia berbicara dengan nada yang kejam, menyuruh perawat untuk melakukan sesuatu. Lalu, Natasya melihatnya: Ryujin berdiri di sudut ruangan, menyuruh perawat memasukkan obat ke dalam infus Pak Andra. Obat yang membuat ayahnya halusinasi, hingga akhirnya Pak Andra benar-benar menderita gangguan jiwa.
Natasya menggenggam tangannya dengan penuh amarah, kuku menusuk kulit telapak tangan. "Tidak puas membunuhku, tega nya dia menyiksa ayahku!" Air mata terjatuh deras, mencampur dengan kemarahan yang membara di hatinya.
Di luar rumah Ines, Ryujin duduk di mobilnya, melihat Natasya dan Ines dengan wajah penasaran. "Apa yang mereka lihat? Dan apa yang akan Natasya lakukan selanjutnya?" pikirnya, tidak menyadari bahwa rahasia tergelapnya sudah terungkap.
Beberapa saat kemudian, Natasya dan Ines keluar dan menuju mobil. Ryujin mengikuti mereka diam-diam, hingga mereka tiba di rumah sakit lagi. Natasya masuk ke ruang rawat inap Pak Andra, dan yang ia lihat membuat hatinya meleleh: kondisi ayahnya sudah membaik, wajahnya terlihat lebih rileks.
"Ayah, maafkan aku, selama ini ayah pasti menderita, maafkan aku ayah!!!" Natasya memeluk ayahnya erat, menangis tersedu-sedu. Pak Andra memeluknya kembali, jari-jarinya menyisir rambut anaknya.
Setelah itu, Natasya merawat ayahnya—memberinya buah-buahan, membacakan koran, dan berbicara tentang hal-hal kecil yang membuat Pak Andra tersenyum. Saat keadaan sudah tenang, pintu ruangan terbuka dan Ryujin masuk. Ia berpura-pura tidak tahu apa-apa.
"Natasya, kenapa kamu di sini?" tanyanya dengan nada seolah kebetulan.
"A-aku, kebetulan tadi lewat sini jadi aku mampir sebentar!" jawab Natasya dengan tergesa-gesa, matanya menghindari pandangan Ryujin.
Ryujin melihat Pak Andra, kemudian kembali ke Natasya. "Kamu sangat peduli dengan Pak Andra ya."
Natasya mengangguk, hati berdebar karena takut terbongkar. "Aku hanya teringat dengan ayahnya... Oh, maksudku, Pak Andra mirip dengan ayahnya, jadi aku turut prihatin!"
Ryujin mendekat sedikit, matanya memandangnya dengan tajam. "Apakah kamu menyembunyikan sesuatu dariku?"
"Tidak, aku tidak menyembunyikan apapun!" jawab Natasya dengan tegas, meskipun suaraannya sedikit gemetar.
Untuk menghindari percakapan yang lebih jauh, Natasya mengusulkan untuk membawa Pak Andra jalan-jalan di taman rumah sakit. Ryujin setuju, dan mereka berjalan berdampingan, dengan Pak Andra di tengahnya. Saat itu, ayahnya menggenggam tangan mereka berdua, matanya penuh kebahagiaan. "Terima kasih, anak-anak. Kalian membuatku merasa sehat lagi."
Setelah berjalan-jalan, mereka pulang ke apartemen. Natasya menutup pintu, dan perasaan amarahnya kembali muncul. Ia tidak bisa melepaskan gambar Ryujin yang menyuruh perawat memberinya obat ke ayahnya. Tapi di sisi lain, ada perasaan yang lain—rasa sayang yang tiba-tiba tumbuh saat bersamanya. "Bagaimana bisa dia melakukan hal buruk seperti itu, tapi tetap membuatku berdebar?" pikirnya, bingung.
Keesokan harinya, Natasya pergi kekantor pialang saham. Dengan nama orang lain, ia membeli sebagian besar saham milik Hendric. Rencananya sudah jelas: setelah itu, ia akan membuat Hendric menyerahkan saham pribadinya kepadanya, sehingga Hendric akan kehilangan semua kekayaannya. Namun targetnya saat ini bukan Hendric—melainkan Reina, kekasih Hendric yang juga terlibat dalam rencana membunuhnya dulu. "Setelah menghancurkan Reina, aku akan menghancurkan Hendric secara perlahan," bisiknya, mata penuh tekad. Dan di balik semua itu, ia masih bertanya-tanya: apa yang akan terjadi jika Ryujin tahu bahwa ia sudah mengetahui rahasia tergelapnya?.
Masih eps 1😭😭