NovelToon NovelToon
Melting The Iced Princess

Melting The Iced Princess

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa pedesaan / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mumu.ai

Sekuel dari Bunga dan Trauma.

Jelita Anindya memutuskan pindah ke desa tempat tinggal ayah dari papanya, sebuah desa yang dingin dan hijau yang dipimpin oleh seorang lurah yang masih muda yang bernama Rian Kenzie.

Pak Lurah ini jatuh cinta pada pandangan pertama pada Jelita yang terlihat cantik, anggun dan tegas. Namun ternyata tidak mudah untuk menaklukkan hati wanita yang dijuluki ‘Iced Princess’ ini.

Apakah usaha Rian, si Lurah tampan dan muda ini akan mulus dan berhasil menembus tembok yang dibangun tinggi oleh Jelita? Akankah ada orang ketiga yang akan menyulitkan Rian untuk mendapatkan Jelita?

follow fb author : mumuyaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumu.ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lega

Balai desa siang itu cukup ramai. Kursi-kursi plastik berderet rapi, ibu-ibu PKK duduk dengan kipas di tangan, sementara beberapa bapak bersandar sambil menunggu acara dimulai. Di sisi depan, dua petugas puskesmas sudah menyiapkan slide presentasi tentang pemberantasan sarang nyamuk.

Rian datang sedikit lebih awal. Wajahnya tampak sedikit tegang, tetapi ia berusaha tersenyum ketika beberapa warga menyapanya dengan canggung.

Ia tahu, inilah kesempatan untuk memperbaiki keadaan yang sudah terlalu riuh tak terkendalikan.

Acara dimulai, petugas puskesmas langsung memberikan pemaparan mengenai bahayanya nyamuk aedes aegypti — penyebab DBD — dan pentingnya menjaga lingkungan di tengah musim hujan ini. Setelah mereka selesai, giliran Rian yang maju untuk menyampaikan sambutan selaku tokoh muda dan aparat desa yang ikut menginisiasi gerakan bersih lingkungan.

Rian berdiri tegap di depan mikrofon. Suaranya mantap, tapi jika diperhatikan dekat-dekat, ada gurat gelisah di matanya.

Rian Memulai Pembicaraan

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,” sapanya.

“Wa’alaikumussalam,” jawab warga serempak, meski beberapa masih terlihat malu-malu menatapnya.

“Saya terima kasih sekali karena bapak dan ibu mau hadir di sosialisasi bahaya DBD ini. Kita semua tahu, beberapa minggu ini sudah ada dua anak yang dirawat karena demam tinggi. Kita tidak boleh menunggu sampai ada korban berikutnya.”

Rian bicara tegas, menjelaskan tentang pentingnya 3M dan jadwal gotong royong pekan depan. Para warga mendengarkan dengan cukup serius.

Selain hal ini, ada hal lain juga yang harus ia sampaikan.

Ia menarik napas sebelum melanjutkan.

“Sebagai tambahan,” katanya lebih pelan, “saya ingin menyampaikan sesuatu… untuk meluruskan kesalahpahaman yang sempat terjadi kemarin.”

Ruangan langsung jadi sunyi. Beberapa ibu-ibu saling pandang, ada yang menunduk.

Petugas puskesmas juga ikut memperhatikan.

Rian melanjutkan dengan hati-hati. Ia tidak marah, hanya kecewa yang dirasakannya.

“Kemarin ada teman kita yang mengalami masalah pribadi, sampai keluar dari ruangan saya sambil menangis. Dan tanpa saya sadari… saya ikut terbawa dalam gosip itu.”

Beberapa orang langsung menelan ludah, dan beberapa malah semakin tertarik untuk mendengarkan.

“Saya ingin menegaskan sekali lagi, jika berita tentang saya itu… tidak benar. Dan yang bersangkutan tidak sedang mengandung, seperti yang sempat dibicarakan oleh beberapa orang.”

Desis pelan terdengar dari sudut ruangan.

Rian tersenyum tipis, tetap tenang.

“Tolong… untuk kebaikan bersama, jangan lagi kita membuat cerita yang belum tentu benar. Kasihan orang yang jadi korban gosip. Dan jujur saja… saya sendiri takut kalau kabar itu sampai ke telinga orang yang saya sayangi.”

Nada suaranya melembut di kalimat terakhir.

Petugas puskesmas mengangguk, memperkuat ucapannya. Salah satu dari mereka yang sudah berusia menambahkan, “Betul yang disampaikan Pak Rian. Tidak semua tangisan berarti hal-hal yang bapak ibu kira. Kita harus lebih berhati-hati dalam menarik kesimpulan. Kalau berita itu tidak benar, maka akan menjadi fitnah. Kalaupun benar, itu sama sekali bukan urusan kita. Urusan kita cukup satu, ibu-ibu, harga sembako yang semakin naik menjelang akhir tahun.”

Petugas puskesmas berhasil kembali mencairkan suasana yang sebelumnya sempat tegang karena mendengar penuturan Rian. Namun tetap saja, ada beberapa ibu-ibu di barisan depan tampak langsung menunduk sambil memainkan ujung jilbabnya. Tawa mereka kelihatan sekali seperti tertekan. Mungkin mereka adalah beberapa orang yang ikut ‘mematangkan’ kabar dan gosip dari Rian.

Acara masih berlanjut dengan sesi tanya jawab, lalu pembagian abate. Ketika warga mulai bubar, beberapa orang mendekati Rian.

Ada yang minta maaf pelan-pelan, ada yang berusaha tersenyum lebih ramah, dan ada pula yang masih malu-malu bertatap muka dengannya.

Petugas puskesmas yang tadi sempat menambahkan ucapan Rian bahkan sempat menepuk bahu Rian dan berkata, “Tenang ya, Mas. Kami juga bantu luruskan kalau ada yang nanya.”

Rian hanya mengangguk lega. Setidaknya langkah pertama sudah ia lakukan.

Tapi di balik lega itu, muncul satu rasa yang masih membayangi dirinya.

Apakah Jelita mau memaafkan dirinya?

*

*

*

Beralih ke Jelita, pagi tadi gadis itu memarkirkan motornya di area parkir khusus pegawai tepat pukul tujuh. Udara masih segar, tapi hatinya tidak. Sudah banyak motor terparkir rapi, tanda bahwa sebagian besar pegawai sudah datang lebih dulu. Beberapa orang yang datang bersamaan dengannya sempat melirik ke arahnya. Bukan lirikan sinis seperti kemarin, tapi tetap saja membuat dadanya menegang.

Langkah Jelita terasa kaku. Ia sempat berdiri sebentar sambil pura-pura merapikan tas, mencoba memastikan napasnya tetap stabil. Kuat, Jelita… ini cuma pagi biasa, ucapnya dalam hati, meski dirinya tahu ia sedang berbohong pada diri sendiri.

Namun tepat ketika rasa canggung itu memuncak, suara riang yang sangat ia kenal tiba-tiba terdengar.

“Mbaaak! Ayo bareng kita!” seru Wina sambil melambaikan tangan.

Jelita menoleh. Wina datang bersama tiga perawat lain, semuanya mengenakan seragam putih-biru khas perawat rumah sakit mereka. Mereka berjalan ke arahnya tanpa ragu, seolah sejak pagi sudah berniat menjemputnya.

Jelita hanya bisa menghembuskan napas lega kecil dan tersenyum tipis. Ia mengangguk dan segera menyusul mereka.

Ketika mereka mulai melangkah menuju bangunan utama, Wina menyenggol lengannya pelan. “Nggak perlu khawatir ya, Mbak. Kalo ada yang macam-macam, kita-kita ini yang pasang badan buat Mbak Jelita.”

Ucapan itu membuat langkah Jelita otomatis terhenti sepersekian detik. Ia menoleh pada Wina, lalu pada tiga perawat lain yang berdiri di sekelilingnya.

“Kita memang nggak tau apa yang sebenarnya terjadi,” ujar salah satu perawat, suaranya lembut. “Tapi kita percaya sama Mbak Jelita.”

“Iya,” sahut yang lain sambil mengangguk mantap. “Dan yang kami dengar dari petugas medis di dalam, semuanya sudah jelas. Jadi, tenang aja. Kita di pihak Mbak Jelita.”

Senyum kecil muncul di sudut bibir Jelita, tapi matanya berkaca-kaca.

“Terima kasih… beneran,” ucapnya pelan. Suaranya hampir bergetar.

“Udah, jangan sedih. Kita itu perempuan, Mbak. Kalau kita nggak saling jaga, siapa lagi?” Wina menepuk bahunya lembut, seolah kakak menenangkan adik.

Mereka kembali berjalan bersama, kali ini dengan formasi yang seolah dan otomatis Jelita berada di tengah, sementara yang lain mengapitnya. Beberapa orang memang masih melirik ketika mereka lewat, tapi lirikan itu langsung berubah menjadi canggung begitu melihat Wina dan tim perawat berjalan kompak mendampingi Jelita.

Akhirnya pagi itu, dada Jelita terasa sedikit lebih ringan. Ada rasa hangat yang muncul di ujung hatinya.

Rasa syukur… Karena di tengah semua rumor, bisikan, dan penilaian yang menyakitkan, masih ada orang-orang yang memilih berdiri di sisinya.

Masih ada yang tidak menilainya buruk.

Dan itu lebih berarti dari yang bisa ia ucapkan.

“Tapi ya, salahnya Mbak Jelita apa, ya?” ucap perawat yang lain. “Tuh cewek ‘kan bukannya pacarnya pak lurah. Terserah pak lurah dong kalau sukanya sama Mbak Jelita. Lagipula… lebih cocokkan Pak Lurah itu sama Mbak Jelita daripada sama dia.”

“Ssst… sudah, jangan bahas mereka,” tegur Jelita terakhir.

Mereka berjalan, sesekali Wina dan temannya bercerita hal konyol dan berhasil mengundang tawa Jelita walaupun tidak tertawa lepas seperti yang lain. Namun… hal ini bisa membuat Wina dan yang lain lepas dari rasa penasaran.

“Ternyata Mbak Jelita bisa tertawa juga, nggak kaku-kaku banget.”

1
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
ya allah cabe merah 1 kg hampir 80
cabe setan 1 kg 90
rawit 1 kg 70.... ya allah.....😭😭😭😭😭 bawang merah 1 kg 50
mumu: kak disini cabe merah 150 sekilo 😭😭
total 1 replies
😇😇
udah main princess princess aja, pak lura 😂😂
Supryatin 123
🤣🤣🤣papa fadi terlalu overprotektif lnjut thor 💪💪
cahaya
gagal maning gagal maning 🤣🤣🤣
Esther Lestari
belum apa2 papa Fadi sudah posesif gitu sama anak ceweknya🤭.
Rian harus siapkan mental menghadapi papa Fadi dan kakek Doni
😁
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
bukan siap siap mantu,,, tapi siap siap ngasih pelajaran dulu smaa calon mantu...🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
mampuuuuuusssssssss udah bilang gak boleh duluan..... rian siap siap loe dibogem mentah sama si papa keren kece badai abis....🤣🤣🤣
Esther Lestari
Pak Lurah aja digosipin sama warganya🤭
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
Hary Nengsih
klo d kampung y begitu cepet nyebar gosip harus tebal telinga
Supryatin 123
seruuu ceritanya ❤️❤️❤️
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
Hary Nengsih
lanjut
cahaya
good 👍👍
Lyana
nice thor
Esther Lestari
semoga retensinya bagus thor dan cerita Jelita berlanjut
Esther Lestari
istirahat dulu Jelita,tenangkan pikiran baru cerita dgn kakek Doni.
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
emaknya kalo ngamuk ngalahin papa fadi,,, papa fadi aja tunduk sama kanjeng ratu ibunda mama bunga jelita tercinta...🤣🤣🤣🤣🤣
mumu: anak mapala jangan dilawan 🤭🤣🤣
total 1 replies
Esther Lestari
Apakah mama Bunga akan datang menemui Jelita🤭.

Pak Lurah tolong ya diperjelas, statusnya Nadya buat pak Lurah itu apa. Jangan sampai warganya bergosip lagi lho😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!