Dibesarkan oleh keluarga petani sederhana, Su Yue hidup tenang tanpa mengetahui bahwa darah bangsawan kultivator mengalir di tubuhnya. Setelah mengetahui kebenaran tentang kehancuran klannya, jiwanya runtuh oleh kesedihan yang tak tertahankan. Namun kematian bukanlah akhir. Ketika desa yang menjadi rumah keduanya dimusnahkan oleh musuh lama, kekuatan tersegel dalam Batu Hati Es Qingyun terbangkitkan. Dari seorang gadis pendiam, Su Yue berubah menjadi manifestasi kesedihan yang membeku, menghancurkan para pembantai tanpa amarah berlebihan, hanya kehampaan yang dingin. Setelah semuanya berakhir, ia melangkah pergi, mencari makna hidup di dunia yang telah dua kali merenggut segalanya darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fajar Pertarungan dan Ujian Pertama
Fajar pada hari turnamen tiba dengan langit yang kelabu dan berat, seolah langit sendiri menahan napas. Udara di Sekte Qingyun terasa statis, dipenuhi oleh getaran energi yang ditahan dari ratusan murid luar yang berkumpul. Su Yue, Xuqin, dan Lanxi telah bangun jauh sebelum matahari terbit. Mereka menyiapkan diri dalam keheningan ritualistik, memeriksa setiap perlengkapan, memastikan segel peringatan di paviliun mereka aktif, dan kemudian mengenakan pakaian praktis terbaik mereka, bukan jubah seragam, tetapi pakaian tahan lama yang telah mereka modifikasi untuk pergerakan optimal.
Mereka tidak sarapan. Perut yang terlalu penuh bisa memperlambat refleks. Sebagai gantinya, mereka masing-masing menelan sebutir pil nutrisi tingkat rendah yang memberikan energi stabil tanpa rasa kenyang.
"Semuanya siap?" tanya Xuqin, suaranya terdengar tenang meski matanya berbinar dengan intensitas.
"Token, pil darurat, senjata, segel komunikasi," periksa Lanxi, meraba tas kecil di pinggangnya.
Su Yue mengangguk, tangannya membelai gagang Ratapan Dingin yang tersampir di punggungnya. "Ayo."
Mereka melangkah keluar dari Paviliun Bunga Plum. Taman mereka yang sepi kontras dengan keramaian yang mulai bergerak di jalan-jalan batu menuju ke Lapangan Batu Besar di depan gerbang utama sekte, tempat pembukaan turnamen akan diadakan. Ratusan murid berjalan dalam kelompok-kelompok, wajah-wajah mereka memancarkan campuran gugup, sombong, atau ketenangan yang dipaksakan.
Di sepanjang jalan, Su Yue merasakan banyak tatapan menempel pada mereka. Beberapa penuh rasa ingin tahu, beberapa penuh kebencian, beberapa penuh perhitungan. Dia mengabaikan semuanya, fokusnya tertuju pada satu tujuan: melewati hari ini dengan selamat dan dengan posisi sebaik mungkin.
Lapangan Batu Besar sudah dipenuhi oleh lautan murid biru-abu. Di depan, sebuah panggung tinggi telah didirikan. Beberapa tetua sekte sudah duduk di sana, termasuk Zhang Tianhe yang wajahnya tidak terbaca. Senior Song juga ada di antara para pengawas, berdiri kaku di sisi panggung.
Tepat saat matahari pertama menyentuh puncak gerbang, sebuah gong besar dibunyikan.
Dung...!
Suaranya bergema, memekakkan telinga dan menyapu semua bisikan.
Zhang Tianhe berdiri, melangkah ke depan panggung. Auranya, yang biasanya tersembunyi, sekarang dibiarkan memancar sedikit, sebuah tekanan berat yang membuat ribuan murid terdiam dan sedikit membungkuk.
"Murid-murid Sekte Qingyun," suaranya menggema, jernih dan berwibawa. "Hari ini, kalian akan diuji. Bukan hanya kekuatan, tetapi juga keteguhan hati, kerja sama, dan kebijaksanaan. Jalan kultivasi panjang dan berbahaya. Yang lemah akan tersingkir, yang kuat akan melangkah lebih jauh. Itu adalah hukum alam."
Dia memandang kerumunan. "Turnamen tahun ini terdiri dari tiga tahap, seperti yang sudah kalian ketahui. Tahap pertama: Uji Ketahanan Lapis Es di Air Terjun Embun Beku. Kalian akan diberi token khusus." Dia mengangkat sebuah token kristal biru pucat. "Token ini akan melindungi nyawa kalian. Jika kalian tidak sanggup lagi, hancurkan token ini, dan kalian akan dikeluarkan dari air terjun. Tapi ingat, menghancurkan token berarti kalian gagal. Hanya seratus peserta pertama yang bertahan hingga waktu habis yang akan lolos ke tahap kedua."
Seratus dari ratusan! Persaingan langsung terasa sangat ketat.
"Aturan lain: tidak boleh menyerang peserta lain secara langsung. Tapi..." Zhang Tianhe berhenti, matanya menyapu kerumunan dengan dingin. "...tidak ada larangan untuk mengganggu konsentrasi, atau menggunakan lingkungan untuk menekan peserta lain. Itu bagian dari ujian. Paham?"
"Paham!" jawab kerumunan dengan suara bergemuruh.
"Bagus. Sekarang, ambil token kalian dan bersiaplah."
Para petugas mulai membagikan token kristal. Saat Su Yue menerimanya, dia merasakan dingin yang familier namun mengandung formasi kompleks di dalamnya. Token ini memang akan melindungi, tapi juga bisa menjadi alat pemantau.
Setelah semua mendapat token, para tetua memimpin kerumunan besar itu ke arah Air Terjun Embun Beku. Perjalanannya sunyi, hanya diisi oleh derap kaki dan desahan napas. Ketegangan semakin memuncak.
Sampai di tebing yang menghadap air terjun yang menggelegar, para peserta berbaris. Air Terjun Embun Beku hari ini terlihat lebih ganas dari biasanya. Kabut es yang dihasilkannya lebih tebal, dan bahkan dari jarak puluhan meter, hawa dingin yang menusuk sudah terasa.
"Posisikan diri kalian di atas batu-batu datar di dasar air terjun," perintah seorang tetua melalui pengeras suara Qi. "Waktu mulai setelah bunyi gong kedua. Bertahan selama mungkin. Gong ketiga menandakan akhir, atau ketika hanya tersisa seratus token yang utuh."
Su Yue, Xuqin, dan Lanxi saling pandang. Mereka telah membahas ini. Mereka tidak akan berdekatan; itu akan membuat mereka target yang mudah untuk gangguan terfokus. Tapi mereka juga tidak akan terlalu jauh, sehingga bisa saling mengawasi.
"Sinyal darurat, ingat," bisik Xuqin.
"Pola Qi.Tiga pendek untuk bahaya, dua panjang untuk 'aku baik-baik saja'," ulang Lanxi.
"Fokus pada diri sendiri dulu,"pesan Su Yue terakhir. "Jaga stabilitas internal. Abaikan yang lain."
Mereka mengangguk, lalu berpisah untuk mencari batu masing-masing. Su Yue memilih sebuah batu di sisi kiri, agak terpisah dari kerumunan utama. Dia melihat Xuqin menemukan tempat di tengah-tengah, sementara Lanxi memilih di sisi kanan dekat tepi. Mereka membentuk segitiga longgar.
Dari kejauhan, Su Yue melihat kelompok Gao Feng berkumpul di satu area. Mereka juga menyebar, tapi tetap dalam jarak yang bisa saling mendukung. Dia juga melihat Mei Ling dan kelompoknya tersebar di area lain. Tao memberinya anggukan singkat sebelum memanjat batu pilihannya.
Dung...!
Gong kedua berbunyi.
Semua orang serentak melompat atau turun ke batu-batu mereka dan duduk bersila. Su Yue merasakan sentuhan pertama air terjun yang menghantam punggungnya. Dinginnya... lebih ekstrem dari latihan manapun. Ini bukan lagi air dingin; ini seperti cairan es yang langsung ingin meremukkan tulang. Dia mengerahkan Qi es-nya, tidak untuk melawan, tetapi untuk membimbing. Dia membiarkan dingin luar mengalir melalui meridiannya, menyaring dan mengasimilasinya, menjadikannya bagian dari dirinya. Prosesnya otomatis namun membutuhkan konsentrasi penuh.
Dia memejamkan mata, masuk ke keadaan setengah meditasi. Dunia luar mereda, hanya tersisa suara gemuruh air dan sensasi dingin yang menusuk namun familier. Dia merasakan kumpulan Qi-nya bereaksi, berputar lebih cepat, menyambut tantangan.
Tapi dia tidak lengah. Sebagian perhatiannya tetap terbuka, memantau sekeliling. Dia merasakan gangguan pertama datang tak lama setelah mulai.
Sebuah aliran Qi asing, berifat api yang tersamar, mencoba menyusup ke area meditasinya. Bukan serangan langsung, tapi seperti semburan panas kecil yang ingin mengacaukan keseimbangan dinginnya. Itu datang dari arah kelompok Gao Feng.
Su Yue tidak melawan. Dia hanya mempertebal lapisan kontrol internalnya, membuat es di dalam dirinya lebih padat dan tak tertembus. Semburan panas itu menghilang, diserap oleh dinginnya air terjun. Itu hanya percobaan.
Lalu, gangguan lain. Sebuah tekanan mental, seperti bisikan yang mencoba merasuk ke pikirannya, menggoda dengan rasa hangat dan nyaman, mengajaknya untuk menyerah, untuk beristirahat. Itu adalah teknik ilusi atau gangguan mental. Su Yue mengingat peringatan pesan misterius: "Es bisa retak dari dalam." Ini adalah serangan internal! Dia mengerahkan keteguhan hatinya, membekukan pikiran-pikiran asing itu dengan fokus tunggal pada siklus Qi-nya. Dia adalah es. Es tidak tergoda oleh kehangatan palsu.
Dia membuka mata sebentar, mencari Xuqin dan Lanxi. Xuqin tampak sedang berjuang, wajahnya keruh, mungkin juga menerima serangan serupa. Lanxi terlihat lebih stabil, tubuhnya memancarkan aura tanah yang kokoh, tetapi napasnya tampak berat.
Plung!
Sebuah suara tubuh jatuh ke air. Seseorang tidak tahan. Token kristal di tangan orang itu bersinar terang, dan sebuah kekuatan lembut mengangkatnya keluar dari air terjun, membawanya ke tepi dengan selamat tapi wajah pucat penuh kekecewaan.
Itu adalah yang pertama. Banyak yang akan menyusul.
Waktu berjalan lambat. Setiap menit terasa seperti satu jam. Dingin mulai merayap melebihi kemampuan asimilasi Su Yue. Dia mulai merasakan beban sebenarnya. Ini bukan lagi latihan; ini adalah ujian ketahanan ekstrem. Dia mulai menggunakan teknik pernapasan khusus untuk menghemat energi, hanya mempertahankan siklus dasar dan fokus pada inti es di dantiannya.
Tiba-tiba, dari arah Xuqin, dia merasakan gelombang kecemasan melalui hubungan samar Qi mereka. Xuqin dalam kesulitan! Su Yue mengintip. Xuqin sedang gemetar hebat, dan dia melihat seorang murid yang tidak dikenali duduk tidak jauh di belakang Xuqin, dengan senyum tipis di bibirnya, memancarkan aura gangguan mental yang terkonsentrasi.
Su Yue tidak bisa menyerang. Tapi dia bisa mengganggu. Dengan sisa tenaga, dia mengarahkan sedikit Qi es-nya, bukan ke arah murid itu, tetapi ke air di antara mereka. Dia menciptakan sebuah gelembung es kecil yang meledak dengan suara pop yang keras, memecah konsentrasi si pengganggu selama sepersekian detik.
Itu cukup. Xuqin, yang sedang di ambang, menggunakan kesempatan itu untuk menguatkan pertahanan mentalnya. Dia mengangguk pelan ke arah Su Yue, tanda terima kasih.
Tapi aksi Su Yue menarik perhatian. Dia sekarang merasakan beberapa tatapan penuh niat jahat mengarah padanya. Mereka mengira dia masih memiliki cadangan tenaga untuk membantu orang lain.
Tekanan terhadapnya meningkat. Bukan hanya dingin, tetapi sekarang juga gangguan Qi dari beberapa arah sekaligus, angin yang mencoba mengoyak konsentrasinya, tanah yang bergetar untuk mengacaukan keseimbangannya, bahkan ilusi visual samar tentang desa yang terbakar mencoba menyusup ke pikirannya.
Mereka tahu titik lemahnya! Atau setidaknya, mereka menebak dari latar belakangnya yang misterius.
Su Yue menggigit bibirnya sampai berdarah. Rasa sakit yang tajam membantunya fokus. Dia memanggil kenangan lain: tekadnya untuk bertahan, janjinya pada Xuqin dan Lanxi, wajah Bu Li yang tersenyum. Dia membekukan semua gangguan itu, menguburnya di bawah lapisan es emosi yang semakin tebal di hatinya. Dia adalah batu di tengah badai. Dingin adalah alamnya. Mereka tidak bisa mengalahkannya dengan dingin.
Plung! Plung!
Lebih banyak tubuh terjatuh. Jumlah peserta menyusut dengan cepat.
Su Yue kehilangan rasa waktu. Dia hanya tahu dia harus bertahan. Dantiannya mulai terasa sakit, seperti es yang terlalu padat dan ingin retak. Itu tanda dia mendekati batasnya. Tapi dia tidak bisa menyerah. Belum. Dia melihat sekeliling. Masih banyak orang. Dia harus berada di antara seratus terakhir.
Dari kejauhan, dia melihat Lanxi masih bertahan, wajahnya seperti patung tanah yang retak tapi tak runtuh. Xuqin juga masih di sana, meski terlihat sangat pucat.
Lalu, tiba-tiba, tekanan terhadapnya mereda. Para pengganggu sepertinya juga mencapai batas mereka. Mereka harus fokus pada diri sendiri agar tidak tersingkir.
Inilah saat-saat terberat. Ketika semua gangguan luar hilang, yang tersisa adalah pertarungan sejati: diri sendiri melawan kelelahan, rasa sakit, dan godaan untuk menyerah. Su Yue merasakan tubuhnya mati rasa. Napasnya pendek. Tapi inti es di dantiannya masih berputar, lambat namun stabil.
Dung...!
Gong ketiga berbunyi, bergema seperti suara surga.
Segera, sebuah kekuatan besar dan lembut mengangkat semua orang yang masih duduk dari air terjun, menempatkan mereka di tepi tebing. Su Yue terbaring di tanah dingin, tidak bisa bergerak, hanya bisa menarik napas dalam-dalam yang menyakitkan. Dia mendengar suara orang batuk, muntah, dan ada yang menangis lega.
Seorang tetua dengan suara keras mengumumkan, "Uji Ketahanan selesai. Hitungan token dimulai."
Su Yue dengan susah payah memandangi token kristal di tangannya. Masih utuh. Dia melihat ke sekeliling, mencoba menghitung berapa banyak yang masih ada. Sulit. Tapi dia melihat Xuqin dan Lanxi juga terbaring tak jauh, token mereka masih bersinar.
Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, pengumuman akhirnya datang.
"Seratus peserta terakhir telah teridentifikasi. Nama-nama akan diproyeksikan."
Sebuah layar spiritual besar terbentuk di udara, menampilkan seratus nama dalam urutan berdasarkan waktu ketahanan. Mata Su Yue dengan cepat mencari. Nama mereka bertiga ada di sana! Xuqin di peringkat 78, Lanxi di 82, dan dia sendiri... di peringkat 45. Relatif aman.
Dia melihat daftar lainnya. Gao Feng ada di peringkat 39. Kelompoknya ada yang lolos, ada yang tidak. Mei Ling lolos di peringkat 51, Tao di 33, Wei di 60.
Mereka berhasil. Tahap pertama terlampaui.
Tapi kelegaan itu cepat tergantikan oleh kelelahan yang sangat dalam dan realitas bahwa tahap berikutnya. Pertarungan Beregu di Arena Hutan Bambu Berduri akan dimulai besok. Dan musuh-musuh mereka, yang juga lolos, sekarang tahu betapa sulitnya menjatuhkan mereka. Pertarungan sebenarnya baru saja akan dimulai. Saat Su Yue berusaha duduk, tubuhnya yang beku berderak, dia tahu bahwa es telah diuji, dan tidak retak. Tapi besok, bukan hanya es yang akan diuji, tetapi juga strategi, pengorbanan, dan tekad mereka sebagai sebuah tim.