Jodoh itu unik.
Yang selalu diimpikan, tak berujung pernikahan. Yang awalnya tak pernah dipikirkan, justru bersanding di pelaminan.
Lintang Jelita Sutedjo dan Alan Prawira menikah atas dasar perjodohan kedua orang tuanya. Selisih usia 10 tahun tak menghalangi niat dua keluarga untuk menyatukan anak-anak mereka.
Lintang berasal dari keluarga ningrat yang kaya dan terpandang. Sedangkan Alan berprofesi sebagai dokter spesialis anak, berasal dari keluarga biasa bukan ningrat atau konglomerat.
Pernikahan mereka dilakukan sekitar empat bulan sebelum Lintang lulus SMA. Pernikahan itu dilakukan secara tertutup dan hanya keluarga yang tau.
Alan adalah cinta pertama Lintang secara diam-diam. Namun tidak dengan Alan yang mencintai wanita lain.
"Kak Alan, mohon bimbing aku."
"Aku bukan kakakmu, apalagi guru bimbelmu yang harus membimbingmu!" ketus Alan.
"Kak Alan, aku cinta kakak."
"Cintaku bukan kamu!"
"Siapa ??"
Mampukah Lintang membuat Alan mencintainya? Simak kisahnya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 - Teman Baru
"Mau ngajak kamu nongki sambil ngopi di cafe sebelah supermarket ini. Kebetulan aku lagi free dan suamiku juga hari ini pulang agak malam. Ada lembur," ajak Mila.
Lintang masih terdiam sejenak usai mendapat penawaran tersebut dari tetangga yang baru saja berkenalan dengannya beberapa menit yang lalu.
"Tetangga di sini banyak yang usianya di atasku. Jadi, aku seneng banget dengan kehadiran kalian di lingkungan ini. Aku di sini enggak punya teman," cicit Mila terdengar sendu di ujung kalimatnya.
"Boleh, Mbak." Lintang seketika mengiyakan permintaan Mila. Senyum ramah sebagai sesama tetangga terpancar jelas di wajah Lintang.
Detik selanjutnya, Mila yang tersenyum mendengar jawaban dari Lintang yang menerima ajakannya. Setelah menyelesaikan pembayaran masing-masing, Lintang dan Mila duduk di cafe sebelah.
Dua minuman yang dipesan oleh mereka telah tersaji di atas meja. H0t cappucino pesanan Mila dan jus jeruk milik Lintang. Ada kentang goreng sebagai camilannya.
Semua pesanan tadi, Mila yang membayarnya. Lintang ingin membayar sendiri pesanannya, namun dilarang oleh Mila.
"Biar aku saja yang membayar semuanya," ujar Mila.
"Tapi, Mbak_" ucapan Lintang seketika terpotong.
"Aku kan yang ajak kamu. Jadi, kali ini biar aku yang traktir. Next, baru kamu yang traktir. Hehe..." potong Mila seraya tertawa kecil.
"Baiklah. Makasih banyak, Mbak Mila."
"Sama-sama,"
☘️☘️
Sudah tiga puluh menit mereka duduk bersama di cafe dan saling mengobrol satu sama lain. Namun lebih banyak Mila yang bersuara.
Mila (35 tahun) berstatus sebagai ibu rumah tangga. Suaminya bernama Zainal (40 tahun). Keduanya belum memiliki anak.
"Kamu gak merasa terganggu atau risih duduk denganku karena terus dilihatin sama orang-orang di sekitar kita?" tanya Mila lirih seakan tengah berbisik pada Lintang.
"Enggak," jawab Lintang seraya kedua matanya mengedarkan pandangan di sekitarnya yang memang orang-orang tersebut sesekali melihat ke arah mejanya.
"Yang benar?" Mila masih tampak ragu akan jawaban Lintang.
"Iya, Mbak." Jawab Lintang. "Kenapa harus risih? Apa Mbak seorang penjahat?"
"Aku bukan penjahat, cuma kamu pasti tau wajahku terlihat aneh."
"Aku merasa wajah Mbak Mila cantik,"
"Humormu sungguh tinggi sekali, Lintang. Hehe..." ujar Mila seraya terkekeh sendiri.
"Beneran. Mbak Mila cantik kok. Bisa jadi orang yang mengatakan sebaliknya, mereka tidak melihatnya dengan baik. Mereka melihat wajah Mbak Mila dari sudut pandang ego tinggi dengan campuran setitik kedengkian,"
"Kedengkian?"
"Ya, dengki karena dengan wajah seperti ini Mbak Mila masih mampu tersenyum dan mengangkat dagu di depan mereka yang meremehkan kita."
Mila tertegun mendengar penuturan Lintang barusan. Ia tak menyangka di balik wajah belia Lintang, ternyata menyimpan pemikiran dewasa yang tak terduga.
Walaupun terkadang tingkah laku dan gaya bahasa tubuh Lintang sepintas Mila melihatnya seperti remaja delapan belas tahun malah cenderung anak-anak.
"Kamu tau dengan wajahku yang seperti ini, aku tak punya teman. Tetangga sekitar sini juga sepertinya menjaga jarak dengan kami. Padahal aku dan suamiku tak punya penyakit menular. Oleh karena itu aku ingin sekali berteman denganmu. Itu pun jika kamu berkenan," keluh Mila.
Zainal (suami Mila) adalah penderita tuna rungu. Di telinganya, pria itu menggunakan alat bantu dengar untuk memudahkan aktifitasnya sehari-hari. Mila dan Zainal sama-sama anak tunggal dalam keluarganya.
Sedangkan Mila terlahir memiliki banyak tanda lahir yang dominan warna hitam di sekujur tubuhnya terutama bagian wajah yang sangat jelas terlihat.
Faktanya di sekitar kita masih banyak segelintir orang yang menjauhi orang-orang diberi anugerah spesial dari Tuhan seperti Mila dan Zainal. Padahal anak atau orang dewasa yang berkebutuhan khusus tersebut, mereka bukan sebuah penyakit menular atau hama yang harus kita hindari. Justru, seharusnya kita bisa merang_kul mereka bersama-sama penuh kasih sayang.
"Aku juga tidak punya teman di sekolah. Aku hanya punya keluarga dan suamiku," ucap Lintang.
Ia juga menambahkan pada Mila jika dirinya adalah mantan ABK. Mila cukup terkejut mendengar cerita Lintang hingga berakhir menikah muda dengan Alan.
Namun sedetik kemudian, Mila tersenyum karena merasa telah menemukan teman yang cocok. Mila merasa senasib dengan Lintang terutama tentang ABK.
Jika soal cinta, Mila masih lebih beruntung karena dicintai oleh Zainal. Mereka berdua menikah karena saling mencintai satu sama lain.
"Suamimu pasti beruntung banget dapetin istri yang baik dan cantik seperti kamu, Lin."
"Tapi sayangnya cantik tidak cukup, Mbak. Aku enggak pintar di sekolah apalagi urusan rumah tangga. Masih ngandelin pembantu. Hehe..."
"Wajar kok, Lin. Anak seusiamu pasti masih sibuk belajar dan bermain dengan teman-teman. Tapi karena kamu memang memutuskan untuk menikah muda, semua sudah takdir dari Tuhan. Nanti aku bantu kamu beberapa hal seperti memasak atau yang lain,"
"Makasih banget Mbak,"
Sesuai janjinya, Mila mengajarkan banyak hal terutama urusan perdapuran pada Lintang. Mila memang jago memasak. Ia pun tak segan-segan memberikan ilmunya pada Lintang.
Terkadang mereka memasak bersama di rumah Lintang, lalu gantian ke rumah Mila lain hari.
☘️☘️
Beberapa minggu kemudian.
Lintang begitu bahagia dengan kehadiran teman baru di hidupnya yakni Mbak Mila.
Lintang merasa Mbak Mila adalah sebuah oase karena sedikit mengobati sesak di hatinya. Tentu saja sesak itu penyebabnya adalah Alan belum bisa mencintai Lintang.
Terlebih akhir-akhir ini Alan super sibuk bekerja. Pria itu beralasan pada Lintang sedang banyak pasien dan operasi.
Bahkan sudah tiga hari ini Alan tidak di rumah. Pria itu pamit keluar kota dengan alasan ada seminar. Lintang tak banyak protes dan berusaha mengerti dengan kesibukan Alan sebagai dokter.
"Jadi, kamu belum melakukan hal itu dengan suamimu?" tanya Mila dengan mimik wajah terkejut mendengar pengakuan Lintang yang belum melakukan malam pertama.
Lintang menganggukkan kepalanya kecil di hadapan Mila. Ia melihat perhatian yang tulus di mata Mila. Alhasil Lintang bisa terbuka perihal rumah tangganya dengan Mila.
"Kenapa? Apa itu nya suamimu gak bisa berdiri tegak?" cecar Mila dengan nada penuh kehati-hatian khawatir Lintang tersinggung. Mila berpikir jika Alan adalah suami im_poten.
"Kak Alan bisa berdiri. Kakak enggak lumpuh. Kan Mbak Mila pernah ketemu Kak Alan. Kakak bisa jalan sendiri dan gak pakai kursi roda," tutur Lintang.
Salah paham.
Otak Mila berjalan ke kanan. Sedangkan otak Lintang ke arah kiri.
"Bukan itu maksudku, Lin."
"Terus yang berdiri tegak apa?"
Bersambung...
🍁🍁🍁
gemes sm si lintang jdnya