'Kegagalan adalah sukses yang tertunda.'
'Kegagalan bisa jadi pelajaran dan cambuk untuk terus maju menuju sukses.'
Dan masih banyak kalimat motivasi ditujukan kepada seseorang yang gagal, agar bisa bertahan dan terus berjuang.
Apakah kalimat motivasi itu berlaku dalam dunia asmara?
Nathania gagal menuju pertunangan setelah setahun pacaran serius penuh cinta. Dan Raymond gagal mempertahankan mahligai rumah tangga setelah tiga tahun menikah.
Mereka membuktikan, gagal bukan berarti akhir dari kisah. Melainkan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru, lebih bernilai. Lahir dari karakter kuat, mandiri dan berani, setelah alami kegagalan.
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Ketika Hati Menyatu"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. KHM
...~•Happy Reading•~...
Reaksi yang tidak terduga Belvaria tidak bisa dikoreksi lagi, saat melihat Raymond berdiri dengan amarah dan gigi merapat. Karena kaget mendengar yang dikatakan Raymond, dia lupa kalau sengaja menghindari Raymond dengan berpura-pura tidur.
Sekarang dia sudah tidak bisa mengelak melihat Raymond berdiri sambil meletakan kedua tangan di panggul menunggu. Belvaria jadi bergidik melihat wajah Raymond yang sudah merah dan kaku.
Sambil menatap Belvaria, saraf-saraf halus di kepala Raymond mencatat respon dan reaksi yang dilihat. Dia mulai berpikir, sejak kapan Belvaria bersikap seperti itu. 'Belum pernah. Mungkin karena selama ini, aku biarkan saja, kalau dia mengatakan semua alasan itu.'
Iya. Hari ini baru tahu, karena dia tidak terima penolakan. Jadi sejak kapan Belvaria berubah? Raymond mulai menghitung ulang waktu yang berlalu tanpa beranjak atau bergerak.
Belvaria terus melihat Raymond sambil berpikir. Dia tidak terima Raymond merubah kesepakatan yang mereka lakukan sebelum menikah. Dia lakukan itu, supaya bisa berkarier lama dan Raymond tidak bisa mengintervensi aktivitasnya.
Dia tahu, Raymond sudah memiliki banyak uang. Tapi dia tidak mau terima uang dari Raymond, layaknya seorang istri. Sebab dengan demikian syarat dan ketentuan Raymond akan berlaku baginya. Apa lagi sekarang dia sudah terkenal dan memiliki segalanya.
"Tadi kau bilang apa? Coba ulang sekali lagi." Tanya Raymond sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Belvaria. Hal itu membuat mata Belvaria membulat dan jadi was-was melihat emosi dan wajah kaku Raymond.
"Seenaknya? Belvaria... Kau sangat egois. Kau hanya memikirkan dirimu sendiri. Apa ini disebut suami istri? Apa aku harus berlaku kasar untuk meni^duri istri sendiri?" Raymond menarik lepas baju tidur yang dikenakan Belvaria.
"Raymond, apa yang kau minum tadi? Mengapa kau seperti ini? Aku sangat lelah." Teriak Belvaria sambil melompat turun dari tempat tidur. Dia merai selimut untuk menutupi tubuh, agar Raymond tidak meneruskan niatnya.
"Sudah lihat yang kau lakukan?! Apa aku perlu minum sesuatu untuk meni^durimu?" Bentak Raymond dengan rahang yang makin keras.
"Kau tidak pikirkan suamimu. Kau tidak pikirkan rumah tangga ini. Yang kau pikirkan hanya dirimu, kariermu, dan kesenanganmu." Raymond membuka kedua tangannya, lebar lalu mengibaskan dengan kuat dan marah.
Emosinya makin naik level melihat Belvaria berdiri sambil menggenggam erat selimut yang menutupi tubuhnya. Apa yang dilakukan Belvaria seakan dia akan diperkosa oleh Raymond. "Sekarang lihat.... Lihaattt...!!" Raymond menggerakan tangannya, ke arah tubuh Belvaria.
"Sebelum jadi istriku, kau berjalan telan^jang di depanku...." Raymond menggerakan tangan ke arah Belvaria dengan emosi yang tidak terkendali.
Walau ketakutan melihat amarah Raymond, Belvaria tidak bergeming. Dia tetap berdiri sambil memegang erat selimut untuk menutupi tubuhnya. Tanpa sadar, sikap Belvaria melukai harga diri Raymond sebagai laki-laki dan suami.
Raymond berputar sambil mengusap wajah dengan kasar. Ketika amarahnya sudah hampir meledak, ada suara sangat halus dari dalam diri mengingatkan untuk berhenti.
Dia jadi ingat orang tuanya. Kehadiran orang tuanya memberikan sinyal untuk berhenti. Dia mengepalkan tangan untuk menahan, sebagai rem karena tidak bisa meluapkan amaranya dengan berteriak.
Walau pun Belvaria tidak mengatakan satu kata lagi, tapi sikapnya mengatakan banyak kalimat. Suara itu kembali mengingatkan Raymond agar tidak lakukan tindakan yang akan menjebaknya.
Sikap dan gerakan Belvaria yang tidak bergeming melihat amarahnya, menampar kesadarannya. Belvaria tidak menghargainya sebagai suami. Dan itu sudah tidak bisa diteruskan. Ini hanyalah perang ego, bukan hasrat untuk melakukan sesuatu yang intim.
'Sekarang aku membiarkanmu. Nanti kita lihat.' Dua kalimat yang tidak terucapkan menjadi jalan ninja bagi Raymond untuk mengembalikan martabatnya sebagai laki-laki dan suami.
Dia berjalan cepat ke lemari tempat penyimpanan, lalu membuka pintu dengan kasar. Setelah mencari beberapa saat, dia menarik salah satu selimut yang terlihat.
Tanpa peduli dengan Belvaria yang hanya mengikuti gerakannya dengan mata. Dia melepar selimut ke atas tempat tidur, lalu masuk ke kamar mandi untuk menenangkan diri. Hanya kamar mandi yang bisa menjadi tempat menenangkan, karena orang tuanya sedang ada dalam rumah.
Dia membuka kran dan mengguyur tubuh dengan air dingin sambil berpikir. 'Ada yang tidak beres dengannya.'
'Seorang istri harus tunduk pada suami, tapi bukan dipaksakan. Tunduk yang lahir dari rasa hormat dan sayang.'
'Kehendak bebas disertai pengendalian diri, mampu mengarahkan pada tujuan. Tujuan baik harus ditempuh dengan cara yang baik.'
Pikiran dan suara hatinya silih berganti mengingatkan bersamaan dengan aliran air dingin dari shower menyirami wajahnya yang mulai peri.
Setelah merasa tenang dan temukan solusi, dia keluar dari kamar mandi dalan keadaan tidak berpakain, hanya mengenakan celana box^er. Dia berjalan tenang menuju tempat tidur, seakan tidak ada orang lain dalam kamar.
Dengan santai Raymond meredupkan lampu, lalu mengambil selimut yang dilempar ke atas tempat tidur. Dia tidak keluar dari kamar, dan tetap tidur di ranjang untuk melihat reaksi Belvaria. 'Jika kata-kata tidak berguna, lakukan aksi supaya bisa lihat reaksi.'
Belvaria tidak berani berkata apa pun melihat perubahan Raymond. Seharusnya dia merasa menang dan lega, karena Raymond tidak memaksa lagi. Tetapi dia sudah mengenal Raymond kalau tiba-tiba sangat tenang, tanpa emosi.
Tidak ada seorang pun yang bisa menebak yang akan dia lakukan. Belvaria hanya berdiri di tempat sambil mengamati yang dilakukan Raymond. 'Apa dia sedang memancingku?' Belvaria bertanya sendiri saat melihat Raymond sudah berbaring.
Raymond memikirkan cara yang lebih baik, tanpa perlu beradu mulut atau tarik urat saraf dengan Belvaria. 'Kalau malam ini kau salah ambil keputusan, kau akan terima akibatnya.' Raymond memutuskan sambil berbaring dan mengatur posisi tidur yang nyaman baginya.
Walau tidak berhasrat, dia akan menguji Belvaria dengan melakukan apa yang sangat disukainya, yaitu tidur tertelungkup. Sehingga punggungnya yang bidang, berotot dan pinggang ramping akan terlihat dengan jelas.
Belvaria sangat menyukai posisi tidurnya seperti itu. Dia akan langsung melepaskan pakaian dan naik ke atas tempat tidur. Dia tidak menunggu, karena khawatir Raymond tertidur. Sehingga dia akan tidur di atas punggung dan mengganggunya supaya tidak tidur.
Belvaria yang masih berdiri, jadi heran dan gugup dengan tindakan Raymond. Karena pikirannya sedang bercabang, dia tidak menyadari yang dilakukan Raymond adalah bagian dari strategi perang ranjang.
Tanpa berkata apa pun, Raymond menarik selimut untuk menutupi bagian bawah tubuh dan membiarkan bagian atas tubuh terbuka, telan^jang. Walau sudah tidak sebagai model profesional, dia tetap menjaga kebugaran tubuh seperti saat menjadi model dengan olah raga ringan, gim atau renang. Sehingga bentuk tubuhnya terjaga di usia kepala tiga.
Setelah melihat Raymond diam dan berbaring, Belvaria berjalan pelan menuju lemari untuk mengambil pakaian ganti. Dia melakukan semuanya dalam senyap. Agar tidak membangunkan Raymond.
...~_~...
...~▪︎○♡○▪︎~...