Aruna gadis sederhana dari keluarga biasa mendadak harus menikah dengan pria yang tak pernah ia kenal.
Karena kesalahan informasi dari temannya ia harus bertemu dengan Raka yang akan melangsungkan pernikahannya dengan sang kekasih tetapi karena kekasih Raka yang ditunggu tak kunjung datang keluarga Raka mendesak Aruna untuk menjadi pengganti pengantin wanitanya. Aruna tak bisa untuk menolak dan kabur dari tempat tersebut karena kedua orang tuanya pun merestui pernikahan mereka berdua. Aruna tak menyangka ia bisa menjadi istri seorang Raka yang ternyata seorang Ceo sebuah perusahaan besar dan ternama.
Bagaimana kehidupan mereka berdua setelah menjalani pernikahan mendadak ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor.H.y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Merasa Gugup
Aruna mengerjapkan matanya kaget saat bibir lembut Raka menempel di bibirnya. Sedangkan Raka tanpa aba-aba menarik tengkuk Aruna lalu mulai menggerakkan bibirnya mencium Aruna dengan pelan dan lembut.
Aruna membelalakkan matanya saat Raka malah menciumnya bukan menghindarinya. Saat merasakan ciuman Raka yang begitu lembut seakan menghipnotisnya, Aruna pun mulai memejamkan matanya dan tanpa sadar ia pun membalas ciuman Raka. Membuat ciuman mereka menjadi lebih intens selama beberapa menit.
Saat menyadari telah kehabisan nafasnya, Aruna membuka matanya lalu reflek melepas ciumannya dan mendorong Raka terbaring di atas ranjang. Ia pun beranjak pergi berlari kearah kamar mandi dengan muka yang memerah merasa malu.
Raka yang mendapat perlakuan Aruna, hanya kaget lalu menyunggingnya senyumnya lalu mengelap bekas sisa ciuman manisnya dengan Aruna beberapa saat tadi.
"Gemas banget sih kamu.." Gumam Raka saat menatap Aruna yang berlari masuk ke kamar mandi.
Sedangkan Aruna masuk ke dalam kamar mandi, ia menutup pintu lalu menyandarkan tubuhnya dengan nafas yang masih terengah-engah. Ia memegangi dadanya.
"Wah.. itu ciuman pertama gue". Gumam Aruna memegangi bibirnya, lalu mengingat kembali ciumannya tadi dengan Raka. Wajahnya pun seketika memerah merasa malu saat mengingat itu.
Aruna dari dulu tidak pernah pacaran, hanya saat bersama Yogi dia memberanikan diri untuk membuka perasaannya kepada lelaki. Itupun karena Yogi yang terus mengejar Aruna, sampai-sampai dia luluh dan mau menjadi pacarnya. Walaupun mereka berdua berpacaran tetapi hanya sekedar skinsip, pegangan tangan dan tak pernah sampai tahap ciuman.
Raka duduk menyandarkan tubuhnya di ranjang sembari bermain ponsel, dengan sesekali melihat ke arah kamar mandi. Saat menyadari Aruna yang tak kunjung keluar dari kamar mandi, ia pun turun untuk memastikan Aruna sedang apa di dalam sana dan apakah ia baik-baik saja atau tidak.
Tok.. Tok..
"Aruna.. Kamu tidak apa-apa kan?"
Suara Raka terdengar dari luar setelah ketukan pintu, membuat Aruna tersadar lalu membalas pertanyaan Raka.
"I..iya.. Nggak apa-apa kok, ini udah selesai". Aruna bergegas mencuci muka dan mencuci tangannya.
Saat akan membuka pintu, ia kembali menarik nafas dan membuangnya untuk menetralisir kegugupannya. Entah kenapa setelah ciuman tadi ia merasa gugup hanya dengan menatap Raka.
"Kamu beneran nggak apa-apa?". Tanya Raka saat melihat Aruna membuka pintu kamar mandi dan melangkah keluar.
Sedangkan Aruna kaget, saat tahu ternyata Raka masih menunggunya di depan pintu.
"Eh.. Nggak kok, aku baik-baik aja". balas Aruna
"Tapi kok muka kamu merah, kamu sakit?"
Aruna membelalakkan matanya saat tangan Raka terulur memegang dahinya.
"Ih.. Apa sih, orang aku baik-baik aja juga". Aruna menyingkirkan tangan Raka "Udah, aku ngantuk mau tidur". Lanjut Aruna berjalan menuju ranjang lalu menarik selimut sampai menutup kepalanya.
Raka mengernyit menatap Aruna, lalu tersenyum tipis. Tanpa bertanya lagi Raka pun membaringkan tubuhnya disamping Aruna.
* *
"Selamat pagi Bu".
Sapa Raka saat keluar rumah dan mendapati Bu Murni sedang menyirami tanaman di depan rumah.
"Eh Nak Raka sudah bangun" balas Bu Muri saat menoleh kebelakang
"Loh Aruna nya mana? Masih tidur jam segini ? Benar-benar itu anak nggak ada berubahnya dari dulu". Gerutu Bu Murni lalu mematikan kran air berniat menyusul Aruna ke kamar.
Raka tersenyum lalu mencegah Bu Murni "Udah bu biarin Aruna, mungkin dia masih lelah dari kemarin kurang istirahat".
"Iya Bu, biarin Aruna kasihan dia pasti kurang tidur saat menunggu Bapak di Rumah Sakit kemarin". Sahut Pak Rahmat yang sedang duduk sambil berjemur di pagi hari.
Bu Murni menghela nafas "Hm.. ya sudah Ibu masuk dulu, mau nyiapin sarapan. Kamu duduk aja sama Bapak ya Nak, Ibu udah buatin teh hangat tadi buat kamu".
Raka tersenyum lalu mengangguk. Saat Bu Murni beranjak masuk ke dalam rumah, Raka berjalan menuju ketempat dimana Pak rahmat sedang duduk.
"Kamu nggak kerja Nak Raka?". Tanya Pak Rahmat saat Raka sudah duduk di sampingnya.
"Berangkat siang Pak, kebetulan pagi ini jadwal saya free". Balas Raka
Sebenarnya bohong kalau pagi ini Raka tidak ada jadwal. Padahal jadwalnya padat menumpuk di tangan Reno, seharusnya pagi ini ada rapat dengan beberapa klien tetapi tadi pagi ia menelfon Reno untuk mengganti jadwal nya menjadi siang. Entah kenapa Raka saat di rumah orang tua Aruna merasakan senang sampai berat untuk pergi walaupun untuk berangkat ke kantor.
"Jadi Ceo memang enak ya Nak, bisa berangkat dan pulang sesukanya". Kata Pak Rahmat lalu tertawa, begitu pun dengan Raka.
* *
Dikamar, Aruna mulai mengerjapkan mata saat sinar matahari menelusup masuk ke dalam kamarnya. Membuat Aruna terbangun dari tidurnya.
Kebiasaan Aruna saat tidak bekerja memang tidak bisa untuk bangun pagi lebih awal, tapi tidak dengan hari ini. Aruna bangun kesiangan karena sejak tadi malam ia tidak bisa tertidur sampai setelah akan tiba waktu subuh Aruna bisa memejamkan matanya sampai ke alam mimpi.
Aruna mengerjap-ngerjapkan matanya, ia bangun menelisik ke sisi ranjang dan seluruh ruangan kamar. Tak terlihat sosok Raka di kamar ini, ah pikir Aruna mungkin dia sudah berangkat ke kantor. Aruna pun bergegas pergi kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Saat keluar kamar, Aruna mendapati Bu Murni yang sedang membersihkan meja makan.
"Ck..ck...ck kamu ini udah menikah masih aja kelakuan kamu nggak berubah, harusnya bangun pagi-pagi siapin keperluan suami kamu, ini malah bangun siang bolong begini". Gerutu Bu Murni saat melihat Aruna berjalan menghampirinya.
Aruna menampilnya cengiran khasnya, lalu mengambil alih piring di tangan ibunya "Duh..duh.. Ibu aku yang cantik ini pagi-pagi udah ngomel aja deh".
Bu Murni mengernyit menatap Aruna "Ini udah siang, nggak pagi lagi.. Tuh lihat jam 10 Aruna".
Aruna tersenyum mendengar ocehan ibunya lalu berjalan melesat kedapur.
"Udah ini bawain buah sama kue ke kolam belakang". Ucap Bu Murni saat Aruna selesai makan
"Buat siapa Bu?". Tanya Aruna heran, buat siapa memang yang ada di kolam belakang rumah.
"Ya suami mu, memangnya siapa lagi. Itu Nak raka sama Bapak lagi main di kolam belakang".
"Loh Bapak udah keluar kamar? Memangnya Bapak udah sehat?".
"Udah, katanya bosan kalau di kamar terus. Lagian lukanya juga udah nggak sakit lagi".
"Tunggu.. Ibu bilang Bapak lagi sama Mas Raka? memangnya nggak ke kantor, ini kan udah siang". Aruna menatap Bu Murni bingung
Sedangkan Bu Murni hanya menggeleng, lalu menabok pundak Aruna. "Kamu ini istrinya kok malah tanya sama ibu. Udah sana kamu tanya sendiri aja".
Aruna mengelus pundaknya, lalu berjalan menuju kolam. Ia sedikit berfikir kenapa Raka bisa masih dirumah, apa hari ini dia tidak ada kerjaan di kantornya.
Saat Aruna berjalan menuju kolam belakang, dilihatnya Raka yang sedang bersama Ayahnya. Dilihatnya Raka yang sedang tersenyum sesekali sampai tertawa lepas, entah apa yang sedang dibicarakan oleh dua lelaki beda generasi itu. Aruna seperti melihat sisi Raka yang baru, tidak seperti Raka yang biasanya terlihat dingin dan cuek.
Aruna berhenti dan terdiam, saat melihat Raka tersenyum entah kenapa ia merasakan desiran aneh di dadanya, tanpa sadar ia pun tersenyum dengan tatapan yang masih menatap ke arah Raka.
"Tampan.. baru kali ini aku melihatnya tertawa lepas seperti itu".
* *