Pernikahan yang terjadi karena hamil duluan saat masih SMA, membuat usia pernikahan Ara dan Semeru tidak berjalan lama. Usia yang belum matang dan ego yang masih sama-sama tinggi di tambah kesalah pahaman, membuat Semeru menjatuhkan talak.
Setelah 7 tahun berpisah, Ara kembali bertemu dengan Semeru dan anaknya. Namun karena kesalah fahaman di masa lalu yang membuat ia diceraikan, Semeru tak mengizinkan Ara mengaku di depan Lala jika ia adalah ibu kandungnya. Namun hal itu tak membuat Ara putus asa, ia terus berusaha untuk dekat dengan Lala, bahkan secara terang-terangan, mengajak Semeru rujuk, meski hal itu terkesan memalukan dan mudahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RUJAK
Di siang menjelang sore yang panas, rujak manis termasuk salah satu makanan yang pas untuk dinikmati. Buah-buahan segar, dicocol dengan bumbu gula merah dicampur kacang tanah dan sedikit pedas, membuat siapa pun yang melihat, ingin langsung menikmati. Itu yang ada di fikiran Bi Yana. Pegang rujak, tapi bukan miliknya.
Bi Yana yang hendak naik ke lantai atas, urung kala melihat Jani menuruni tangga. "Pas banget, Bibi mau ke kamar Mbak Jani." Wanita paruh baya tersebut tersenyum, lega karena tak perlu capek-capek ke lantai dua. Faktor usia membuatnya kepayahan setiap habis naik turun tangga.
"Ada apa, Bi?"
"Ini ada rujak manis, pesenan Mbak Jani," menunjukkan kresek berisi rujak manis dalam mika. Baru saja ia mendapatkan itu dari satpam depan.
"Rujak? Aku gak pesen," Jani menggeleng.
"Loh, kata Pak satpam pesenan Mbak Jani. Tadi diantar ojek."
"Enggak, aku gak pesen," Jani mengambil rujak di tangan Bi Yana, memperhatikan makanan tersebut.
"Apaan tuh?" Juno yang baru masuk, pulang dari ekstra basket, langsung kepo. Menarik kresek dari tangan Jani. "Wih rujak," melihat isinya. "Mantep nih. Aku minta ya Kak," membawanya ke meja makan, meski belum ada kata iya dari Jani.
Jani berdecak, menyusul Juno ke meja makan. "Jangan dimakan!" menarik mika berisi rujak yang hampir dibuka Juno. "Ini bukan milik Kakak."
"Lalu?"
Jani mengedikkan bahu. "Gak tahu. Kata Bi Yana buat kakak, tapi kakak gak mesen makanan online."
"Jangan-jangan, dari fans kakak. Hayo...Kak Jani punya pacar ya?" senyum-senyum sambil nunjuk muka Jani. "Aku aduin ke Mami loh," Juno menyeringai jahat.
"Hus, diam kamu!" bentak Jani, matanya melotot, sebelah tangan berkacak pinggang. "Gak usah ngarang, aku gak punya pacar."
"Lalu, rujak itu dari siapa?"
"Mana Kakak tahu. Salah alamat mungkin."
Juno tiba-tiba tersenyum dengar kata salah alamat. "Rezeki gak pernah ketuker. Kalau datang ke rumah ini, buat Kak Jani, berarti itu rezekinya Kak Jani. Udah, kalau gak mau, aku aja yang makan," mengambil kembali rujak tersebut dari tangan Jani lalu membukanya. Makanan seenak ini, sayang untuk dilewatkan, ditambah, cuaca sangat mendukung.
Melihat Juno makan rujak, Jani menelan ludah. Dia jadi pengen, apalagi ekspresi Juno yang kelihatan sangat menikmati. Menarik kursi, ikutan makan rujak.
Mami yang baru keluar dari kamar, menghampiri kedua anaknya yang sore ini terlihat akur, makan bersama. Jani dan Juno, dua anak itu memang hobi banget berantem, mungkin karena jarak usia yang sangat dekat, hanya 1 tahun. Wajah kedua anak itu juga sangat mirip, kalau kemana-mana, sering dikira anak kembar. "Makan rujak gak bagi-bagi Mami."
"Eh, Mami," Jani sampai tak sadar akan kedatangan Maminya saking keenakan makan rujak, demikian pun dengan Juno.
Jani mengambil sepotong nanas, menyuapkan pada Maminya yang baru saja menarik kursi dan duduk di sebelahnya. Ia tahu kesukaan Maminya itu adalah nanas.
Melihat Ara baru turun dari lantai dua, Mami langsung memanggilnya. "Ra, sini. Ikutan makan rujak yuk."
"Makasih Mi, tapi Ara udah pesen rujak. Statusnya udah diterima," melihat kembali ponsel yang ada di tangan, takut salah. "Tapi kok belum datang, apa mungkin masih ada di pos satpam kali ya?"
"Huk huk huk," Jani langsung keselek bengkoang. Sakit banget tenggorokannya karena bumbu rujaknya lumayan pedas, untung di depannya sudah tersedia air putih yang tadi diambil Juno dari dapur. Ia dan Juno saling tatap, sadar sesuatu. Jika kedua anak itu langsung berhenti makan, beda dengan Mami. Ia malah asyik menghabiskan buah yang tinggal beberapa potong hingga mikanya kosong.
"Bi Yana," Ara memanggil Bi Yana yang kebetulan lewat.
"Iya Mbak."
"Satpam gak ada nganterin rujak buah ya, Bi? Aku pesen dari tadi, statusnya udah tiba dari beberapa saat yang lalu."
"Rujak buah?" Bi Yana seketika menoleh ke arah meja makan. "Jangan-jangan.... " menunjuk ke arah meja makan.
"Bukan aku," Juno langsung angkat tangan, Jani ikut-ikutan. "Mami yang makan rujaknya," telunjuknya mengarah pada Mami.
"Apaan sih?" Mami malah bingung, melihat Jani dan Juno bergantian.
Bi Yana dan Ara berjalan mendekati meja makan. Mata Bi Yana melotot melihat mika rujak yang sudah kosong. "Kayaknya ada yang salah," ia tersenyum sambil garuk-garuk kepala.
"Ada apa sih?" Mami belum faham.
"Em.... itu," Bi Yana menunjuk mika bekas tempat rujak. "Kayaknya itu rujaknya Mbak Ara."
Mata Mami langsung membulat sempurna dan mulutnya menganga. "Bu-bukannya punya Jani?" melihat ke arah Jani.
"Bibi bilang ini buat aku," Jani tak mau disalahkan.
"Pak satpam bilangnya gitu Mbak," Bi Yana juga tak mau disalahkan.
"Emang kamu ngerasa beli rujak, Jan?" tanya Mami.
Jani menggeleng, "Enggak," sahutnya sambil nyengir.
"Astaghfirullah. Ya kalau enggak, berarti bukan punya kamu, kenapa kamu makan?"
"Juno yang nyuruh," Jani langsung menunjuk Juno.
"A-aku kan gak tahu, aku fikir rezeki salah alamat. Ya katanya untuk Kak Jani, ya aku makan," Juno juga tak mau disalahkan. Mereka semua saling lempar kesalahan.
"Udah, gak papa kok," Ara menginterupsi sambil tersenyum. "Aku pesen lagi aja," menyalakan ponselnya.
"Kak Ara," panggil Juno. "Pesenin satu juga buat aku ya, kurang."
"JUNO!" teriak Mami dan Jani kompak, menatap Juno dengan mata melotot.
"Kamu gak tahu malu banget," Jani memukul lengan adiknya. "Udah makan punya orang, sekarang malah minta dibeliin."
"Gak papa kok, Jan," Ara malah seneng kalau Juno berani ngomong seperti itu, itu artinya, adik iparnya itu sudah menganggap ia seperti keluarga. Karena tidak mungkin, tiba-tiba main minta pada orang lain.
"Nanti aku ganti uangnya," Juno cukup tahu diri.
"Gak usah," Ara tersenyum. "Kamu mau juga, Jan?"
"Gak usah," Jani terlihat malu. Ah, kenapa ia merasa seperti pencuri tertangkap basah gini sih. Memalukan.
"Kalau gitu, Mami pesenin satu juga ya, Ra."
"Huuuuu!" ledek Juno. "Tadi marahan aku, sekarang minta juga."
thor...
masih ngikut..
ngakak jgaa gara2 rujak .
masih ngikut..
eh akhirnya senyum2..
teeerharu...
bisa diambil pelajarannya
berat deh klau punya ipar kyak imel
semeru.....
semangat terus thor...
aq berusaha mbaca maraton ini cerita?
thor ceritanya sangat menyentuh...
ada pelajaran yg bisa diambil...
lanjut terus....
kita ambil hikmahnya aja...