Meninggal dalam kekecewaan, keputusasaan dan penyesalan yang mendalam, ternyata membawa Cassie Night menjalani takdir kehidupannya yang kedua.
Tidak hanya pergi bersama kedua anaknya untuk meninggalkan suami yang tidak setia, Cassie juga bertekad membuat sahabatnya tidak bersinar lagi.
Dalam pelariannya, Cassie bertemu dengan seorang pria yang dikelilingi roh jahat dan aura dingin di sekujur tubuhnya.
Namun, yang tak terduga adalah pria itu sangat terobesesi padanya hingga dia dan kedua anaknya begitu dimanjakan ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beraninya Kau!
"Ke mana anak ini? Kenapa handphone-nya tidak bisa dihubungi?" Kening Nyonya Besar Murphy berkerut dalam, jejak kekhawatiran jelas menghiasi wajahnya.
Dia sudah berkali-kali mencoba menghubungi nomor pribadi Felix, bahkan nomor telepon rumahnya juga sudah dihubungi.
Namun, ponsel Felix tidak bisa dijangkau, sedangkan telepon rumah tidak ada yang mengangkatnya.
Nyonya Besar Murphy mengangkat pandangannya dan menatap Edward yang berdiri tak jauh darinya. "Edward, coba kamu cari tahu di mana Felix."
"Baik, Nyonya." Edward menepi sejenak, lalu mulai mengutak-atik ponselnya untuk melacak keberadaan Felix.
Setelah selesai, dia kembali dan menatap Nyonya Besar Murphy sambil berkata, "Nyonya, Tuan Muda ada di rumahnya. Dia tidak keluar sejak pulang dari pemakaman kemarin."
"Kalau ada di rumah, kenapa dia tidak membukakan pintu untuk kita? Handphone-nya tidak bisa dihubungi, telepon rumah juga tidak ada yang menjawabnya." Perasaan khawatir semakin menyelimuti Nyonya Besar Murphy, dia dan Edward sudah lebih dari setengah jam berdiri di depan rumah Felix.
Bukan hanya menghubungi Felix melalui telepon, mereka bahkan hampir menghancurkan bel rumah.
Namun, tidak ada satu pun sosok manusia yang mengindahkan bunyi bel dan membukakan pintu untuk mereka.
"Saya akan bertanya pada Bibi Sun."
Setelah mendapatkan anggukan dari Nyonya Besar Murphy sebagai bentuk persetujuan, Edward kembali menyibukkan diri hanya untuk menghubungi Bibi Sun dan menanyakan keberadaan dan keadaan Felix.
"Tuan, kemarin malam Tuan Muda tidak bisa tidur karena aroma terapi yang biasanya di tempatkan di kamar sudah tidak ada lagi. Kemudian, Tuan Muda meminta saya pergi. Kebetulan, pekerjaan saya juga sudah selesai, jadi saya pulang."
Bibi Sun menerangkan tanpa melebih-lebihkan atau pun menguranginya, semua sesuai dengan yang terjadi kemarin.
"Saya tidak tahu lagi apa yang terjadi pada Tuan Muda, tapi saya pikir Tuan Muda masih ada di rumah." Suara Bibi Sun semakin menghilang, dia merasa bersalah karena meninggalkan Felix sendirian dalam keadaan terpuruk.
Namun, aturannya memang begitu.
Dia dipekerjakan hanya dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam, dan hari ini dia diliburkan karena weekend.
Jadi, dia tidak tahu-menahu lagi bagaimana keadaan Felix setelah ditinggalkan kemarin malam.
"Baik, aku tahu." Edward tidak berniat menuntut penjelasan Bibi Sun lebih jauh, dia juga tidak ingin mempersulit wanita paruh baya itu
"Nyonya, kemungkinan Tuan Muda memang ada di rumah."
Nyonya Besar Murphy bisa mendengar percakapan antara Edward dan Bibi Sun barusan, itu membuat dia semakin dihantui oleh perasaan khawatir.
"Cepat, kamu panggil orang untuk membuka pintu ini. Sesuatu mungkin telah terjadi pada Felix."
Tidak menunggu titah kedua, Edward langsung menghubungi bawahannya untuk melaksanakan perintah Nyonya Besar Murphy.
Dengan hati-hati, Edward membuka pintu. Suara berderak terasa menyeramkan. Ketika mereka melangkah ke dalam, suasana di dalam rumah itu sepi. Lampu redup, dan suasana tampak suram.
"Felix!" suara Nyonya Besar Murphy bergetar saat dia memanggil putranya. Dia segera menuju kamar pribadi Felix, matanya melebar saat melihat kekacauan yang terjadi. Dengan pelan, Edward mengikuti langkahnya, perasaan was-was menggelayuti pikiran mereka.
"Astaga ... Felix!" pekik Nyonya Besar Murphy menembus keheningan. Dia bergegas menghampiri putranya yang terkapar di bawah lemari penyimpanan alkohol, tubuhnya tampak lemah dan tak berdaya. Edward membatu di ambaNg pintu, mulutnya seakan terkunci saat melihat darah yang mengental di sekitar Felix.
"Felix, apa yang terjadi?" Nyonya Besar Murphy memegang tangan putranya, merasakan dingin yang merayapi kulitnya. Pemandangan itu membuat jantungnya berdegup kencang, hilang rasa dingin Yang semula mengelilinginya.
"Edward, cepat bawa dia ke rumah sakit!" Suaranya penuh ketegangan, seolah-olah harapannya ada pada kata-kata itu.
***
Uhuk, uhuk, uhuk ....
Felix terbatuk, suaranya menggema di dalam ruangan yang sepi. Tenggorokannya kering, ada rasa perih yang menyiksa seolah mengingatkaN semua kenangan pahit yang mengikutinya seperti bayang-bayang.
Kamar tempatnya terbaring di rumah sakit itu terasa sunyi, hanya ada suara detak jam di dinding dan deru mesin pendingin ruangan. Saat dia membuka mata, yang terlihat hanya langit-langit yang putih dan dingin.
Melihat kelopak mata putranya bergerak, Nyonya Besar Murphy yang berjaga menghela nafas dan tersenyum lega.
"Felix, bagaimana kabarmu? Apa kamu merasa tidak nyaman di suatu tempat?" Nyonya Besar Murphy bertanya dengan penuh perhatian, tetapi Felix hanya diam saja dengan tatapan kosong yang tertuju lurus ke atas langit-langit kamar.
Felix tidak menjawab. Dia hanya menatap kosong ke arah langit-langit, pikirannya terjerat dalam kenangan yang menyakitkan.
Dalam otaknya, terngiang suara tawa Cassie dan anak-anak mereka. Semua itu sekarang hanya bisa diingat, hilang seperti embun yang menguap di pagi hari.
"Felix, orang yang sudah mati tidak bisa dibangkitkan lagi." Nyonya Besar Murphy menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan, dia merasa patah hati melihat keadaan Felix yang sangat memprihatinkan. "Jika Sisie dan anak-anakmu masih hidup, mereka pasti ingin kamu hidup dengan baik."
"Ibu, aku sudah membunuh mereka." Felix memejamkan matanya, mencoba menahan dan menelan kesedihan yang membuat tenggorokannya sakit hingga hatinya terasa sesak. "Hak apa yang aku miliki untuk hidup dengan baik?"
Air mata Nyonya Besar mengalir perlahan, hatinya remuk mendengar pengakuan putranya. "Nak, kecelakaan itu adalah sebuah kecelakaan," katanya berusaha menenangkan. "Kamu yang masih hidup ... harus hidup dengan baik." Kata-katanya terasa seperti usaha untuk menyelamatkan jiwa Felix dari kegelapan yang mengintainya.
Felix memang bersalah karena membuat Cassie dan anak-anaknya pergi, tapi kecelakaan mobil memang murni kecelakaan.
Jadi, Felix tidak bisa sepenuhnya menanggung dosa sebagai pembunuh istri dan anak-anaknya.
Selain itu, Nyonya Besar Murphy juga tidak bisa menyalahkan Felix terus-menerus, apalagi sang putra dalam keadaan terpuruk.
Itu hanya akan membuat mental Felix semakin down!
"Sudah cukup menghukum dirimu sendiri. Kamu tidak makan dan minum sejak ditinggal Cassie dan anak-anak, tapi terus-menerus mengkonsumsi alkoh0l sampai membuat lambungmu terluka. Kalau ini terus berlanjut ...." Nyonya Besar Murphy terdiam, dia tidak berani melanjutkan kata-katanya karena takut itu akan menjadi kutukan bagi sang putra.
Di dalam hatinya, Felix jelas tahu apa yang akan terjadi jika dia terus seperti ini.
Bagaimanapun, dia yang paling memahami kondisi tubuhnya sendiri.
"Mereka sudah meninggalkanku untuk selamanya, tidak ada gunanya lagi aku hidup."
"Felix ...." Nyonya Besar Murphy yang ingin menasehati Felix lebih jauh lagi memilih bungkam ketika mendengar suara pintu yang dibuka dari luar.
Dia dan Felix sama-sama menoleh ke arah pintu, di mana seorang perawat memasuki ruangan sambil membawa sebuah frame.
Nyonya Besar Murphy dan Felix tidak mengatakan apa-apa, tetapi tatapan mereka jelas menyiratkan tanda tanya mengenai maksud kedatangan perawat itu.
"Tuan Murphy, ini adalah lukisan yang ditinggalkan Nyonya Murphy saat berada di rumah sakit terakhir kali." Perawat itu dengan sopan menyodorkan frame di tangannya kepada Felix sambil berkata lagi. "Lukisannya sangat bagus, jadi saya sengaja menyimpannya untuk dikembalikan kepada Anda."
Felix menerima frame pemberian perawat sambil berkata dengan tulus. "Terimakasih banyak."
Perawat itu hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya, kemudian berlalu pergi dari ruang perawatan Felix.
Sementara itu, Felix dan Nyonya Besar Murphy sudah melihat gambar yang terlukis di dalam frame.
Meski hanya punggungnya yang terlihat, Nyonya Besar Murphy jelas mengenali itu sosok Felix. Wanita yang ada di pelukannya adalah Aleena, dia tersenyum angkuh sambil berpose mengangkat dua jarinya.
Jangankan Nyonya Besar Murphy, Felix juga memahami bahwa senyuman dan gaya Aleena adalah bentuk provokasi terhadap orang yang menyaksikan pelukan romantis itu.
"Lihat, jalan9 ini sengaja memprovokasi Sisie!" Nyonya Besar Murphy terpancing emosi, wajahnya merah padam dan giginya terkatup rapat.
Felix tidak mengatakan apa-apa, tetapi rahangnya yang mengeras sudah menjadi saksi bisu atas memuncaknya amarahnya.
"Aleena Clark!" Darah Felix melonjak sampai ke ubun-ubun. "Beraninya kau!"
terimakasih Thor atas cerita indah nya
semangat berkarya lagi
beautiful story'
taukah kah wahai para pria yg bergelar suami
ketika kaki kalianyg melangkah keluar rumah yg sedang berikhtiar mencari rejeki untuk keluarga nya
selama kalian didalam rel yg benar
maka setiap langkah kalian teruntai doa dan harapan kami dari rumah.
dan Malaikat pun akan mengamini nya.
tapi....ketika kalian mulai berkhianat dan menipu keluarga kalian...
maka laknat Malaikat pun akan menemani setiap langkah kalian.
jangan bergaya menyesal kalau akhirnya terungkap,
karena kalau belum terungkap kalian tak akan menyesali tiap dosa yg kalian lakukan
ga perlu berlaku seperti yg paling korban kalau kami tak mau memalingkan wajah lagi.
karena di saat kalian mulai memalingkan wajah disaat detik itulah kami sudah meyakini hati,tak akan kembali lagi
doa saya buat semua yg tersakiti
ga usah sedih ,dan ga usah khawatir
karena mungkin itu adalah salah satu doa yg diberikan tuhan pada kita
supaya kita bisa terbebas dr para suami dzalim dan manipulatif.
kasih penghargaan terbesar buat kita para wanita tangguh yg bisa bertahan di situasi ini
kembar blm jatuh cinta
itu sebabnya kau selalu merasa dunia tak pernah adil untuk mu
untuk apa mencoba menggenggam pasir yg selalu bisa meloloskan diri dra tangan
untuk apa mengimpikan cinta dan kasih sayang yg berlandaskan ketidakpastian dan ketidaksetiaan
sia sia dan selalu menyakitkan
kenapa sedih pak,kan itu risiko yg kau dapatkan kalau mang sudah memutuskan jadi laki laki murahan
nikmati aja lah
bisa keluar dari lingkaran setan itu
anak anak makin tidak tersakiti dan,...kita juga makin ga tersakiti 😭😭
5 tahun hidup bareng tapi ga tau apa apa
lah...kemana aja lu selama ini
trus..bisa bisa nya mengklaim orang yg paling mencintai
anak anak adalah makhluk paling jujur .
dia hanya me refleksi apa yg kita kerjakan
kalau kau selalu memberikan kesakitan
mereka akan mudah berpaling
begitu pun sebaliknya...
punya cucu baru,anak udah ga ada guna nya
kalau kalian mang mencintai pasangan kalian sebegitu dalam nya
tapi kok bisa ya Ampe selingkuh?
sebenarnya apa y, didalam pikiran mereka
yg cowok tolong bantu jawab donk🤦🙄
bahagia itu sederhana buat ank ank
bukan intan berlian, tapi perhatian yg cukup
kiyowo nya
memberikan kesempatan pada diri sendiri..
untuk masa depan yg lebih baik