Aku selalu tersakiti.
Tetapi, aku tidak membencinya.
Tidak. Seditikpun tidak.
Bahkan aku selalu berdoa untuknya.
"BANGSAT!!!, Ngapain kamu disitu? atau biar semua orang tahu kalau kamu adalah orang paling tersakiti? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juu_30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 Sedikit Pelangi
Hari ini hari Libur, hari ini juga Vasca diajak oleh Bara untuk jalan-jalan sesuai dengan kesepakatan mereka malam tadi.
Pukul 06:00
Tin... Tin... Tin
Suara klakson mobil terdengar membuat Vasca harus bangun dari tidurnya. Ia tau bahwa hari ini libur jadi ia bisa santai dan bisa bangun lebih siang. Vasca membuka pintu kontrakan dan kaget melihat Bara yang ada didepannya.
"Good Morning Ca". Kata Bara sambil tersenyum tipis.
"Bara, kenapa udah datang jam segini? " Tanya Vasca bingung.
"Hmmm.... diajak masuk dulu tamunya Ca, masa ngobrol diluar?". Kata Bara sambil terkekeh.
"Oh Yaudah masuk dulu ". Kata Vasca membuat Bara mengacak rambutnya pelan.
"Kenapa datang jam seguni, ini baru jam 6 Bara". Kata Vasca
"Gk apa-apa, biar lebih banyak waktu bersama kamu". Kata Bara santai.
"Tapi kan... "Kata Vasca bingung harus menjawab apa.
"Ya udah Ca, siap dulu sana". Kata Bara pelan.
"Oke... tapi kamu mau minum dulu atau gimana? ". Tanya Vasca lagi.
"Gk usah Ca...kamu mandi aja sana". Kata Bara lagi.
Setelah hampir 30 menit berada dalam kamar, Vasca sudah keluar sambil memegang tas kecilnya.
"Udah Ca? ". Tanya Bara sambil memasukan ponsel kedalam saku jaketnya.
"Kita mau kemana Bara? " Tanya Vasca ketika sampai dalam mobil. Jujur saja ia merasa sangat canggung berada dekat Bara saat ini.
"Kamu mau kemana memangnya? " Tanya Bara.
"Ikut kamu aja". Kata Vasca pelan.
Perjalanan dilanda dengan keheningan. Keduanya sama-sama terlarut dengan pikiran masing-masing.
Bara sesekali melirik Vasca yang melihat keluar jendela menikmati pemandangan ibukota.
"Maafin aku Ca". Kata Bara dalam hatinya. Niatnya tulus ingin memperbaiki hubungannya dengan Vasca.
"Ca.... makan dulu ya". Tawar Bara.
"Aku belum lapar Bara". Tolak Vasca pelan. Ia masih belum terbiasa dengan Bara.
"Gk... kamu belum makan tadi, makan dulu Ca". Kata Bara sambil menepikan mobilnya dipinggir jalan.
Vasca akhirnya turun mengikuti Bara yang memesan makanan.
"Duduk sini aja ya". Kata Bara sambil menarik kursi didekat jendela.
"Iya Bara". Kata Vasca sambil menunduk.
"Gk usah malu gitu Ca, aku tau kamu masih gk nyaman, maafin aku ya Ca". Kata Bara dengan senyum tulusnya.
"Makan Ca, kenapa diaduk mulu". Kata Bara melihat Vasca yang hanya mengaduk nasi tanpa memakannya.
"Iya Bara". Kata Vasca sambil tersenyum.
Suasana kembali hening. Mereka makan dalam diam. Bara berkali-kali menghembuskan napasnya pelan melihat Vasca yang terus menunduk.
"Ca.. " Panggil Bara pelan.
"Hmm". Jawab Vasca sambil mengangkat mukanya.
"Aku terlalu berlebihan ya? " Kata Bara pelan.
"Gk Bara, aku gk apa-apa. Aku cuman belum terbiasa aja". Kata Vasca akhirnya.
"Langit... aku mau makan soto aja". Kata seseorang dari pintu masuk.
"Iya sayang, terserah kamu aja". Mendengar itu, Bara melihat Vasca yang menunduk dengan wajah yang memerah. Ia mengetahui perubahan itu.
"Ca.... kita lanjut bicara di mobil aja ya". Kata Bara kepada Vasca.
"Iya Bara". Kata Vasca sambil bangkit berdiri.
"Kamu bisa duluan gak Ca? Aku mau bayar dulu". Kata Bara.
"Iya Bara, bisa kok". Kata Vasca.
Vasca berjalan sendiri menuju pintu keluar dengan terus menunduk.
Brakk
Tanpa sengaja, Vasca menabrak Langit yang hendak memesan makanan. Vasca begitu takut melihat mata tajam Langit.
"Maaf Langit". Kata Vasca pelan.
"Lo gk ada mata ya? " Bentak Langit.
"Aku gk sengaja" . Cicit Vasca.
"Gue tau kalau lo mau cari masalah, tapi tidak ditempat ini juga". Kata Langit lagi.
"Langit... " Panggil Vasca dengan suara bergetar menahan isaknya.
"Gue jijik tau gk? " Kata Langit dengan tajam.
Bugghh....bugh.. bugh
Dalam sekejap, Bara datang dan langsung memukul Langit secara membabi buta. Langit yang tidak siap pun hanya bisa berusaha untuk melawan.
Vasca sangat takut dengan apa yang terjadi saat ini.
"Bara cukup Bara". Kata Vasca.
"Berengsek lo... lo pikir lo hebat hah?....Kasar ke cewek sama aja banci bangsat!!! " Teriak Bara mengundang perhatian para pengunjung.
Langit hanya bisa memegang sudut bibirnya yang sudah berdarah.
"Udah Bara... please....cukup" Kata Vasca pelan.
Bara yang melihat Vasca menangis pun langsung diam dan memegang tangan Vasca.
"Sekali lagi lo bentak Vasca kaya gitu, gue pastikan lo akan Mati di tangan gue ". Kata Bara tajam sambil menarik Vasca keluar dari tempat tersebut.
"Udah Ca, jangan nangis. Maaf ya tadi agak lama, antriannya panjang amat". Kata Bara pelan.
"Ca.... jangan nangis, dia bilang apa tadi? " Tanya Bara yang melihat Vasca terus menundukkan kepalanya dan menangis.
Vasca menggeleng kepalanya.
Bara menarik Vasca kedalam pelukannya, memberikan ketenangan pada Vasca. Vasca semakin terisak dalam pelukan Bara. Entahlah hatinya begitu sakit ketika melihat Langit.
"Nangis aja Ca, tapi setelah ini harus kuat lagi". Kata Bara sambil mengelus rambut Vasca pelan.
"Makasih Bara". Kata Vasca sambil berusaha tersenyum.
Melihat senyuman Vasca, Bara juga tersenyum dan kembali menarik Vasca kedalam pelukannya.
"Makasih Ca". Kata Bara pelan.
"Pulang ya Bara". Kata Vasca pelan.
"Hah... kita belum jalan-jalan Ca". Kata Bara bingung.
"Daripada kita jalan-jalan, mending belajar aja. Lusa kita ada ulangan Bara". Kata Vasca memberi penjelasan kepada Bara.
"Gk usah belajar juga gk apa-apa Ca, kita kan dulu nilai paling tinggi loh". Kata Bara sambil menaikkan alisnya menggoda Vasca.
"Ya.. itukan dulu Bara". Kata Vasca bijak.
"oke, ya udah ayok kita pulang belajar". Kata Bara sambil membuka pintu mobilnya.
Perjalanan pun tidak sehening tadi. Bara bersyukur karena pelan-pelan Vasca sudah menerima kehadirannya.
"Kenapa senyum gitu". Kata Vasca melihat Bara yang terus senyum kearahnya.
"Gk...Ca, cuman mau senyum aja". Kata Bara.
"Tadi Langit gk nyakitin kamu kan Ca? " Tanya Bara mengingat kejadian tadi.
"Gk Bara". Kata Vasca.
"Terus kenapa tadi nangis hmm?" Tanya Bara pelan.
"Dia hanya marahin aku saja, kamu pasti tau apa yang dia katakan". Kata Vasca sambil menghembuskan napasnya kasar.
"Lain kali kalo berurusan dengan dia, bilang aku aja ya". Kata Bara pelan.
Mendengar itu, hati Vasca berdesir. Dia kembali mengingat Langit yang juga bilang hal yang sama ketika Bara menyakitinya.
Entahlah, Vasca merasa bahwa cara Langit dan Bara sama.
"Ke Market dulu boleh gk Ca? " Tanya Bara.
"Boleh Bara ". Kata Vasca.
Mereka berdua pun kembali menuju Market.
Bara dengan santainya memegang tangan Vasca dan ia bersyukur tidak ada penolakan dari Vasca.
"Mau beli yang mana Ca? " Tanya Bara ketika sampai di berbagai macam jajanan.
"Hah... kan kamu yang mau beli bukan aku". Kata Vasca bingung.
"Kamu aja... " Kata Bara.
Merekapun sama-sama memilih camilan yang akan dibeli. Bara hanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh Vasca.
"Udah Ca? " Tanya Bara, ketika Vasca tidak lagi mengambil barang.
"Udah ini aja". Kata Vasca.
Mereka pun pulang ke kontrakan Vasca karena sesuai kesepakatan tadi bahwa mereka ingin belajar. Satu hal yang pasti adalah bahwa Vasca mulai menerima Bara sebagai temannya.
Hai semua, jangan lupa Like dan follow ya... makasih".
🙏