NovelToon NovelToon
SABDA ARIMBI

SABDA ARIMBI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Teen School/College / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Bagaimana perasaan kamu kalau teman SMAmu melamar di akhir perkuliahan?
Itulah yang dialami Arimbi, selama ini menganggap Sabda hanya teman SMA, teman seperjuangan saat merantau untuk kuliah tiba-tiba Sabda melamarnya.
Dianggap bercanda, namun suatu sore Sabda benar-benar menemui Ibu Arimbi untuk mengutarakan niat baiknya?
Akankah Arimbi menerima Sabda?
Ikuti kisah cinta remaja ini semoga ada pembelajaran untuk kalian dalam menghadapi percintaan yang labil.
Happy Reading

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MERINDING

Entah dorongan dari mana, Nafisah membelokkan ke gang kuburan, gang ini dianggapnya jalan tercepat tembus gang kos mereka, maklum ke asyikan ngobrol dengan tahu petis dan lanjut keliling kota, lupa waktu. Baru sadar kalau jam 10 kurang 10 menit lagi.

Aura gadis baik-baik nyatanya hilang sudah. Nafisah mengendarai motor seperti orang kebelet berak saja, mana belok ke gang kuburan lagi. Tentu gang ini sepi, siapa juga yang mau lewat gang ini.

"Pis, cepetan napa ya Allah!" ujar Arimbi ketakutan bahkan merangkul tubuh ramping nafisah erat, matanya merem tak mau melihat sekitar.

"Diam napa, Mbi. Lo bikin gue takut aja!" omel Nafisah.

"Udah keluar gang belum?" tanya Arimbi lagi. Namun dijawab belum oleh Nafisah. Bahkan si pengendara motor saja merasa motor jalan sangat lambat.

"Perasaan gue gas terus deh, kok gak keluar-keluar dari gang ini sih," Nafisah mulai takut. Pasalnya kecepatan motor sudah menunjukkan angka 80 km/jam tapi berasa lambat.

"Ah, Pis. Kenapa lo ambil jalur ini sih," rengek Arimbi yang mulai mewek. Nafisah tertawa tapi juga takut, pandangannya dipaksa lurus tanpa menoleh ke spion, khawatir saja di belakang Arimbi ternyata ada yang minta gonceng.

"Mbah, permisi mau lewat!" ucap Nafisah seolah sedang berbicara dengan pemilik gang. Arimbi semakin mengeratkan pelukan di tubuh Nafisah.

Nafisah segera menurunkan kecepatan motor karena ia sudah keluar gang itu dan langsung tembus gang kos, an. Kalau di gang ini masih cukup ramai, lampu jalan juga masih menyala terang.

"Ya Allah, uji nyali benaran!" ucap Arimbi sembari melepas helmnya, namun Nafisah menarik lengan Arimbi seolah melihat bayangan yang bergerak di belakang teman kamarnya.

"Apaan, Pis?" tanya Arimbi bingung.

"Gue lihat kok ada yang berjalan di pagar kos aja!"

Arimbi langsung menoleh, perasaan gak ada yang lewat. Pagar kos juga sudah tertutup, ini sudah jam 10 lewat. Toh keduanya saja menuju rumah utama ibu kos sesuai perjanjian tadi. Meski telat 15 menit, masih diizinkan masuk.

Motor Nafisah numpang parkir di halaman rumah utama juga.

Saat akan ke kamar mandi, Nafisah menelan ludahnya kasar. Benar kan perasaan tadi, ternyata ada yang buntuti tapi dia diam, merapal doa sebanyak mungkin, meski tatapan perempuan di atas tandon air mengarah kepadanya.

"Mbi, cepatan!" ujar Nafisah gemetar. Kakinya lemas, takut saja kalau sampai berteriak dan bikin huru-hara malam-malam. "Mbi!"

"Iya iya!"

Nafisah langsung menarik tangan Arimbi kuat, menuju kamarnya di lantai dua. Arimbi sampai terseok-seok menabrak ember milik teman kos lain. Begitu kamar dikunci, Nafisah langsung menutup korden kamar, dan mengambil air sebanyak mungkin.

"Kenapa lo?"

"Mbak Kunti!"

"Siapa?" tanya Arimbi memastikan.

"Di tandon, ada Mbak Kunti tadi."

"Sumpah?"

"Makanya gue suruh lo cepatan, Mbi!"

Arimbi langsung masuk selimut, khusus malam ini lampu kamar tidak dimatikan. Ditambah ada suara seperti orang berjalan di luar, keduanya makin merinding saja. Arimbi pindah, ikut tidur di kasur Nafisah.

Drt...drt

"Setan!" teriak Nafisah di tengah ketakutan mereka. Ternyata ponsel Arimbi bergetar.

"Ponsel gue, Pis!" ucap Arimbi sembari meringis, ia menatap layar ponselnya, Sabda memanggil.

Nafisah tahu, Arimbi enggan menjawabnya.

"Gak usah dijawab kalau gak mau jawab!"

Arimbi mengangguk, ia pun kembali ke kasurnya sendiri. Meletakkan ponsel di sampingnya, panggilan berakhir berganti dengan masuknya chat.

Udah tidur ya?

Besok gue ke kos lo ya.

Gue traktir bubur ayam

Nite Mbek

Arimbi tersenyum membacanya. Nafisah sudah tidur, dan tidak ada chat Sabda yang masuk lagi. Arimbi tiba-tiba merinding karena tidak bisa tidur. Ia pun kembali ke kasur Nafisah. Membalut tubuhnya dengan selimut. Tak lama ia pun tidur setelah membaca ayat kursi.

"Astaghfirullah!" ucap Arimbi gelagapan. Dirinya jatuh karena ditendang Nafisah. Jengkel juga, tapi dia yang salah sih, kasur kecil juga dibuat tidur berdua.

Masih jam 4, mau ke kamar mandi wudhu ia takut, ingat cerita Nafisah tadi malam. Terpaksa bermain ponsel saja, membuka chat dari ibu yang mengomentari status WA nya.

Jangan kelayapan terus dong, Mbak.

Arimbi berniat menjawab, tapi panggilan dari Sabda masuk. Mungkin dia melihat status Arimbi sedang online. Makanya langsung telepon. Kalau sekarang, Arimbi berniat mengangkatnya, tak tega juga membiarkan perhatian Sabda.

"Iya, Sap?"

"Udah bangun?"

"Udah, barusan. Ada apa?"

"Enggak, cuma mau dengar suara lo aja. Chat gak ada yang dibalas, khawatir lo lupa sama gue."

Arimbi tertawa dengan suara khas orang bangun tidur. "Gak bakal lupa!"

"Mbek, nanti jam 6 gue jemput lo ya."

"Iya!"

"Tumben gak ngomel dulu, langsung iya aja!"

"Ck, gue lagi malas berdebat sama lo, Sap. Ini masih dini hari jangan bikin mood gue anjlok!"

Gantian sekarang Sabda yang tertawa. Dia lebih senang mendengar clamitan dan juteknya Arimbi daripada jawaban penurut. Panggilan pun berakhir.

Pagi pun datang, Arimbi masih belum suci, tapi ia tidak mau bermalas-malasan, langsung mandi seperti kebiasaannya. Apalagi pagi ini mau dijemput Sabda.

"Ke mana lo?" tanya Nafisah yang baru selesai sholat shubuh, heran saja melihat Arimbi yang sudah mandi, dan sekarang memakai lotion. Kaos lengan panjang dan jeans sudah diletakkan di kasurnya, jelas mau keluar nih.

"Sabda ajak sarapan!"

"Dih, ajak sarapan saja seheboh ini. Palingan depan kos doang!"

"Ya tetap harus cantik dong, menghargai yang ngajak. Meskipun masih pagi tetap harus wangi, siapa tahu nanti diajak lanjut kencan."

Nafisah mencibir, "Kayaknya ada yang amnesia deh, tadi malam bukannya masih galau to the melow ya!"

Arimbi tertawa, kalau diingat dirinya konyol juga. Bilangnya bimbang, tapi tingkahnya ayo saja diajak kencan. "Gue bakal menuruti saran lo, buat jujur tentang planning yang udah aku susun."

Nafisah mengangguk, tersenyum saja melihat sang sahabat siap menjemput jodohnya. Nafisah sendiri sangat heran dengan Arimbi yang benar-benar kekeh tak mau pacaran. Secara dia mantan putri kampus, banyak kenalan dengan cowok cakep di berbagai jurusan, tak hanya itu dosen pun banyak kenal dia, maklum sejak terpilih menjadi putri kampus, wajahnya terpampang di semua sudut pamflet dan banner kampus, ah tak lupa di website juga. Yah, meski menjadi putri kampus satu tahun, tetap saja sampai sekarang masih banyak yang melihatnya.

"Tapi jangan sampai kebablasan ya putri kampus," Nafisah tetap mengingatkan akan pergaulan mereka. Tidak akan ada yang tahu ke depannya bagaimana, selagi belum resmi akad nikah jangan pernah melakukan hubungan suami istri dulu. Tetap menjadi wanita terhormat.

"Beres!"

"Jangan sampai seperti Sasi (teman dekat Nafisah yang hamil dulu di semester 7 kemarin)."

"Duh, Pis merinding gue kalau bahas Sasi!" ucap Arimbi yang memang kenal dia, keseringan kerja kelompok bersama Nafisah di kos, makanya Arimbi mengenal Sasi.

"Horor banget. Padahal kakak Sasi begitu protektif sama dia, eh kakaknya kerja TKI, dia dititipkan ke teman kakaknya malah dihamili."

"Sinting emang tuh laki," ujar Arimbi sembari memakai pelembap wajah.

"Sasinya juga mau!"

"Kayak gitu melakukannya di mana ya, Pis?"

"Semak-semak, dekat got kampus!" sengak Nafisah yang disambut tawa oleh Arimbi. Sebuah pertanyaan konyol yang tak perlu dijawab. Namanya juga setan sudah membisikkan, bakal ditunjukkan jalannya sekalian lah.

1
Yunita Dwi Lestari
lanjut kakak
Yunita Dwi Lestari
suka suka /Kiss//Kiss/
lanjut kak
Sheva Linda
bagus bgt ceritanya, karakter Sabda keren, gentle, baik... paket komplit pokoknya
Yunita Dwi Lestari
/Heart//Heart//Heart//Heart/ lanjutt kak
Yunita Dwi Lestari
/Heart//Heart//Heart//Heart/
gojam Mariput
wkwkwk.....sabda gr tuh
gojam Mariput
seindah itu masa kuliah
gojam Mariput
kangen masa2 itu, udah puluhan tahun berlalu. kk othor bikin aku muda lagi nih
Lel: othornya juga sedang mengenang masa muda
total 1 replies
gojam Mariput
serunya masa remaja
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak/Heart/
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak /Heart/
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak/Heart/
gojam Mariput
suka banget sama karakter sabda yg strong, manly , visioner
Yunita Dwi Lestari
lanjut kaaakkk /Heart//Heart/
Yunita Dwi Lestari
semangat kak
Yunita Dwi Lestari
kereeen kak
semangat terusss ya /Heart/
Yunita Dwi Lestari
bagus kak 😍😍
lanjut ya kak
semangat
Lel: terimakasih
total 1 replies
Yunita Dwi Lestari
bacaan ringan tp menarik. tidak melulu ttg org pemilik perusahaan n CEO.
Yunita Dwi Lestari
lanjut ya kak. cerita nya ringan tp asik bgt. dr segi bahasa jg menarik.
Lel: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!