Karena dosa yang Serein perbuat, ia dijatuhi hukuman mati. Serein di eksekusi oleh pedang suaminya sendiri, Pangeran Hector yang tak berperasaan. Alih-alih menuju alam baka, Serein justru terperangkap dalam ruang gelap tak berujung, ditemani sebuah sistem yang menawarkan kesempatan hidup baru. Merasa hidupnya tak lagi berharga, Serein awalnya menolak tawaran tersebut.
Namun, keraguannya sirna saat ia melihat kembali saat di mana Pangeran Hector, setelah menghabisi nyawanya, menusukkan pedang yang sama ke dirinya sendiri. Suaminya, yang selama ini Serein anggap selalu tak acuh, ternyata memilih mengakhiri hidupnya setelah kematian Serein.
Tapi Kenapa? Apakah Pangeran Hector menyesal? Mungkinkah selama ini Hector mencintainya?
Untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, Serein memutuskan untuk menerima tawaran sistem dan kembali mengulang kehidupannya. Sekaligus, ia bersumpah akan membalaskan dendam kepada mereka yang telah menyebabkan penderitaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : Maria Theodore
...****************...
“Noctavelle? Kau dari ibu kota?” Tanya Serein mendengar nama ibu kota Aethermere itu.
“Benar, Nona.” Jawab Agnes sigap dengan postur tegak dan suara lantang, mencerminkan kedisiplinan khas seorang ksatria.
“Dia salah satu anggota divisi wanita pasukan kerajaan.” Sahut Duke Draka, “Hanya sedikit kediaman yang memiliki prajurit wanita, jadi ayah memintanya kepada komandan untukmu.”
“Oh, begitu,” Serein mengangguk mengerti. Ia sempat mengira jika wanita ini berasal dari kediaman Cavendral, ternyata ayahnya sampai mencari orang di bawah komando kerajaan untuknya.
“Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik ke depannya, Nona Helga.”
***
Hari di mana Duke Draka pergi bersama semua pasukan yang bertanggung jawab pada penyerangan untuk memberantas monster di perbatasan tiba. Ini lah partisipasti pertama Duke untuk perang setelah lima tahun di Eldoria tanpa agenda resmi.
Seluruh anggota keluarganya berkumpul di depan manor mengantar Duke dan para prajurit Fàcto pergi dengan kuda mereka.
"Suamiku, semoga penyerangannya lancar dan kau dapat kembali bersama kami di sini." Ujar Duchess Valencia memeluk Duke erat.
"Tentu, Duchess." Sahut Duke membalas pelukan itu, ia kemudian beralih pada putri-putrinya.
"Patuhlah pada ibu kalian selama ayah tidak ada di kediaman." Ujarnya seraya mengusap lembut masing-masing surai putrinya.
"Baik, Ayah." Jawab Lucy, ia juga bergerak memeluk ayahnya itu.
Serein pun mengangguk, ia menatap sorot mata tajam milik sang ayah, "kembalilah tanpa luka yang berarti, ayah." Ucapnya.
Senyum tipis Duke terlihat mendengar itu, Serein memang tak suka menunjukkan kasih sayangnya lewat pelukan.
Setelah rombongan Duke meninggalkan area mansion, Serein berniat kembali ke kamarnya. Tapi sebelum itu, Duchess Valencia menyela.
"Hari ini ibu dan Lucy akan pergi ke perkumpulan nyonya bangsawan." Ujar Duchess Valencia, perubahan raut lembutnya saat di depan Duke tadi cukup kentara.
Serein sendiri hanya mengangguk, pantas saja kelihatannya ibu dan anak itu sudah rapi sejak tadi.
"Apa kakak mau ikut?" Tawar Lucy.
"Tidak perlu, kita hanya akan pergi berdua, Lucy." Sahut Duchess Valencia lebih dulu.
Dulu, Serein akan memaksa ikut pada ibu tirinya ini. Duchess Valencia sengaja ingin lebih memperkenalkan putrinya pada khalayak ramai dan membuat Serein redup dengan tidak pernah membawanya ke berbagai acara jika tidak bersama sang ayah. Tapi sekarang, Serein benar-benar tidak peduli.
“Aku akan tetap di mansion. Kalian bersenang-senanglah,” ucap Serein tenang, kemudian melangkah pergi, menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua tanpa menoleh lagi.
Lucy menatap punggung kakaknya itu dengan sedikit kesal. Ada perasaan ganjil yang mengusik dirinya. Kenapa Serein tidak tampak sedih? Kenapa ia tidak marah atau kecewa karena tak diajak? Lucy jadi merasa tidak menang.
***
“Ini data yang Anda inginkan, Nona.”
Agnes menyerahkan beberapa lembar kertas yang sebelumnya terlipat rapi dalam map kulit tipis berwarna gelap.
Serein, yang tengah duduk bersandar santai di atas sofa panjang di sisi jendela, menerimanya. Ia membuka lembar demi lembar dengan ekspresi serius. Namun tak butuh waktu lama sebelum alisnya naik dan sorot matanya berubah terkejut.
“Kau mendapatkannya secepat ini?” tanyanya sambil menatap Agnes.
Agnes mengangguk, “Apa itu bukan orangnya? Hanya itu satu-satunya rakyat biasa di Aethermere yang bernama Maria Theodore dan berprofesi sebagai penjahit biasa.”
“Tidak ini benar,” sahut Serein mengangguk mengangguk pelan sembari membaca data seorang wanita yang dicarinya ini, “Tapi, bagaimana bisa kau mendapatkannya hanya dalam satu malam, Agnes?” Tanya Serein Heran.
“Saya membayar guild informasi untuk mencaritahunya, Nona,” jawab Agnes singkat.
Serein tidak terpikir untuk mencari tahu di sana. Dalam pikirannya, proses pencarian ini akan melibatkan perjalanan berkeliling, menanyakan satu per satu penduduk kota atau menyelidiki dari bawah. Tapi karena teringat kini ia memiliki Agnes, Serein langsung saja menjadikannya tugas pertama untuk ajudannya itu.
“Tapi... apa guild memang bisa mencari secepat itu?” tanyanya lagi, kali ini dengan nada ingin tahu.
Agnes sempat terdiam sejenak, lalu menjawab, “Mungkin karena saya konsumen langganan di guild itu? Entahlah, saya juga tidak tahu, Nona.” Jawabnya tak yakin.
Serein mengangguk perlahan. “Ya sudahlah. Ide mu bagus juga. Aku kira tadinya, karena kau seorang prajurit, akan kesulitan menjalankan permintaanku.”
“Tidak akan, Nona. Saya akan berusaha semaksimal mungkin melaksanakan tugas dari Anda,” jawab Agnes mantap. Serein merasa puas mendengar jawaban itu, ayahnya memang menyeleksi Agnes dengan baik.
“Kalau boleh tahu, untuk apa Nona mencari tahu orang bernama Maria ini?” Tanya Rara yang sejak tadi berdiri di sebelah Serein menyimak dengan penasaran.
Serein menatap kertas di tangannya sejenak. Maria Theodore, wanita itu adalah pengusaha butik yang akan terkenal di kalangan bangsawan muda di masa depan nanti. Ia bukan bangsawan, bukan pula keturunan pedagang besar. Maria hanyalah rakyat biasa, seorang penjahit yang kelak akan dikenal luas karena karya-karya busananya yang mencuri perhatian para bangsawan muda. Dengan perjuangannya dari bawah sebagai rakyat biasa, Maria bisa bersaing dengan butik-butik bergengsi milik bangsawan. Ia mendesain dan menjahit sendiri gaun-gaun buatannya.
Serein sendiri dulu tak pernah mengunjungi butik itu. Ia terbiasa memakai gaun-gaun impor berkualitas tinggi. Namun beberapa bulan belakangan, nama Maria dan butik kecilnya mulai sering disebut.
“Aku ingin bertemu dengannya,” ujar Serein tenang.
Rara mengernyit, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. “Untuk apa, Nona? Maaf… tapi bukankah dia hanya penjahit di kampung?” Nada suaranya tak berniat meremehkan, tapi ia benar-benar tidak mengerti alasan di balik ketertarikan Nonanya.
“Aku akan mengajaknya ke kota untuk bekerja sama, Rara,” jawab Serein mantap.
Rara menatap Nona-nya dengan ragu, sementara Agnes terlihat berpikir cepat, mencoba memahami maksud dari kalimat itu.
Ya, itulah rencana Serein. Ia ingin menjadikan Maria Theodore sebagai orangnya. Serein akan memulai bisnis pertamanya.
“Kita akan menemui wanita itu sekarang,” ucap Serein sambil berdiri dari sofa.
Ucapan itu membuat dua wanita dewasa di hadapannya sama-sama terkejut.
“Sekarang, Nona?” tanya Rara, memastikan ia tidak salah dengar.
“Tapi tempat tinggal Maria itu cukup jauh, Nona,” tambah Agnes, dengan nada hati-hati.
Serein mengangguk ringan, tidak terlihat keberatan sedikit pun. “Tak apa. Daerah ini masih bisa dijangkau, walaupun mungkin kita akan kembali saat gelap.”
Ia melirik pada Agnes, senyum tipis terbit di wajahnya. “Itulah gunanya aku memintamu di sini.”
Lalu, ia menatap Rara. “Siapkan gaun yang cukup sederhana, Rara. Aku tidak mau terlihat seperti datang untuk mengaudit kerajaan.”
Rara akhirnya mengangguk, “Baik, Nona.”
Ia segera berlalu ke lemari pakaian, sementara Agnes menunggu instruksi lanjutan dari sang Nona.
...****************...
tbc.
don't forget to like and comment♡♡♡