Mendadak Jadi Mommy Anak Satu

Karena merasa terus-menerus diintai, Refal pun memutuskan untuk pulang ke kampung halaman, yakni rumah ibunya. Dia berharap pada akhirnya ia dan keluarga kecilnya bisa hidup dengan tenang, tapi ternyata ia salah besar. Kebohongan yang ia lakukan berbuntut panjang, karena keluarga Tan sama sekali tak melepaskannya.

Kini bukan lagi soal nominal, lebih dari itu karena sebuah kepercayaan telah dihancurkan. Keluarga Tan masih memberi kesempatan dengan tidak menyeret pria itu secara langsung, berharap Refal bisa segera jujur dan mengembalikan uang Ayanna, tapi jika Refal tetap pada pendiriannya, maka jangan salahkan mereka jika akhirnya Refal mendapatkan balasan atas perbuatannya.

Seperti sekarang saat baru tiba, Refal melihat sebuah mobil yang berhenti di sisi jalan tak jauh dari rumah ibunya. Sedari tadi dia tak sadar, jika kendaraan roda empat itu telah mengikutinya.

'Sebenarnya siapa mereka? Apakah orang-orang suruhan Nona Aya? Tapi tidak mungkin kan, Nona Aya tidak punya akses apapun sekarang, bahkan uang saja ada di tanganku. Darimana dia bisa membayar orang-orang itu?' gumam Refal sambil melirik ke belakang.

Dari ekor matanya, Refal melihat seorang pria berkacamata hitam keluar, tapi dia hanya berdiri di dekat mobil tanpa melakukan pergerakan apapun.

"Ref, ayo masuk!" ajak ibunya yang melihat putranya mematung di depan pintu dengan wajah pias. "Ada apa sih?" Wanita paruh baya itu jadi penasaran, tapi Refal segera mengalihkan perhatian ibunya.

"Tidak ada apa-apa!" jawab Refal seraya melanjutkan langkah, meski tak bisa bohong jantungnya berdebar-debar sekarang.

Anak-anak sudah beristirahat di dalam kamar, sementara istri Refal kembali keluar untuk mengambil barang yang tertinggal. Melihat itu, Refal langsung panik, dia segera menyusul langkah istrinya dan menarik pergelangan tangan itu tanpa aba-aba.

Sontak sang istri terkejut, beruntung dia tak sampai berteriak.

"Ada apa sih, Ref?!" cetus wanita itu sambil berusaha melepaskan cekalan tangan suaminya. Dia menatap Refal dengan lekat, karena tanpa alasan Refal bersikap demikian.

"Jangan pergi sendirian, apalagi tanpa seizinku. Kalau kamu butuh apa-apa bilang saja, aku yang akan mencarinya, begitu juga dengan ibu!" ucap Refal memperingati istri dan ibunya dengan wajah serius. Karena dia tidak mau orang-orang itu yang menjadi pelampiasan.

Istri dan ibu Refal saling pandang, kemudian kompak mengerutkan kening masing-masing atas perintah Refal yang sangat aneh. Apalagi sejak kemarin gelagat pria itu tampak tak seperti biasanya.

"Emangnya kenapa? Semenjak kamu berhenti kerja lho, kamu jadi aneh kayak gini, aku nggak ngerti sama sikap kamu!" celetuk sang istri, karena diatur-atur tanpa alasan dan membuatnya jadi tertekan.

Mendengar itu, bukannya menjelaskan Refal malah mendengus kasar, seakan tak senang dengan pertanyaan istrinya. Karena yang dia rasa, dia hanya melindungi orang-orang yang sangat berharga untuknya.

"Sudahlah kamu menurut saja, apa susahnya sih? Aku ini suamimu lho!" cetus Refal dengan nada yang mulai meninggi. Dia tak sadar jika hal tersebut melukai hati istrinya. Bahkan sang ibu pun sampai mengusap-usap bahu wanita itu agar tidak tersulut juga.

"Sudah-sudah, turuti saja apa kata Refal ya, kan kalian baru datang, masa mau ribut?" ujarnya dengan mimik memohon, supaya tak ada perdebatan.

Seketika kepalan tangan wanita beranak dua itu pun mengendur. Dia menelan ludahnya dengan berat, karena dia merasa Refal sangat-sangat berubah.

"Aku mandikan anak-anak, kamu bantu ibu masak saja," ujar Refal, nada suaranya sudah kembali normal. Namun, saat berjalan dia sedikit menubruk tubuh istrinya dengan tas yang senantiasa dia bawa kemana-mana, bahkan seperti dilindungi sekali.

'Apa sih yang ada di dalam tas itu? Kenapa dia seperti menyimpan rahasia?'

*

*

*

Athea adalah saudara kembar Ayanna yang kini bekerja di salah satu perusahaan Tan Group. Menjadi seorang sekretaris dan tanpa dikenali siapapun, membuat hidupnya jauh lebih bebas. Karena dia merasa orang-orang yang mau berteman dengannya itu tulus. Andai mereka tahu bahwa Athea adalah salah satu keponakan Aneeq, mereka pasti lebih suka menjilat.

Baru saja keluar dari dari ruangannya, dia mendapatkan sebuah panggilan, itu dari nomor baru Ayanna.

"Halo kenapa, Ay?" tanya Athea sambil berjalan menuju lift. Dia menekan tombol, kemudian berdiri menunggu pintu lift terbuka.

"Thea, kamu sudah pulang dari perusahaan kan, kamu bisa kesini nggak?" Tiba-tiba Ayanna merengek. Sementara Athea mengerutkan keningnya, bukankah kemarin Ayanna sudah menantang sang ayah? Bahkan sampai membuat pria itu murka dan tidak memberi izin pada siapapun untuk membantu Ayanna.

"Kenapa memangnya? Kamu butuh bantuan?" tanya Athea, meski sudah dilarang, nyatanya rasa persaudaraan di hatinya jauh lebih kuat. Ditambah dia juga penasaran, seperti apa bayi yang Ayanna temukan.

"Ini kan hari pertamaku membuka toko bunga, dari pagi aku benar-benar tidak bisa beristirahat. Selain karena ada pembeli, Nael juga tidak mau aku tinggalkan. Aku lelah sekali," rengek Ayanna sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Dia sudah hampir menangis, karena pinggangnya sangat pegal.

Athea menghela nafas panjang. Jika dibilang lelah, dia juga lelah. Tapi dia yakin, menjaga seorang bayi itu tak ada tandingannya. Jadi akhirnya dia pun mengiyakan.

"Baiklah, aku akan kesana. Tapi setelah makan malam, aku pulang ya," ujar Athea, dan langsung diiyakan oleh Ayanna. Lagi pula jam 10 Dallie itu pulang, jadi dia tak mungkin membiarkan saudaranya tetap di sana.

Athea memilih untuk meninggalkan mobilnya di perusahaan dan menaiki taksi. Takut jika tingkahnya ini ketahuan oleh sang ayah. Sesampainya di Tan Florist, dia juga langsung menyelinap masuk dan melihat Ayanna yang sedang menggendong Nael, karena bayi itu menangis tiap di rebahkan.

"Thea, akhirnya kamu datang juga!" seru Ayanna dengan langkah cepat menghampiri sang kembaran dan memeluknya. "Terima kasih ya, aku tahu ini beresiko."

"Iya-iya tapi lepaskan dulu pelukanmu, aku risih!" balas Athea sambil menepis pelan tangan Ayanna. Kemudian melengos, dan pandangannya jatuh pada bayi yang anteng di dalam gendongan.

Detik itu juga tatapan Athea langsung berbinar, seperti terpesona pada pandangan pertama dengan wajah tampan Nael. Apalagi saat bayi itu berkedip-kedip.

"Astaga lucunya. Dimana kamu mendapatkan bayi ini? Aku mau juga," celetuk Athea berantusias sambil menempelkan jemarinya di pipi Nael yang bulat.

"Lihatkan? Siapa yang tega meninggalkan bayi selucu Nael?" balas Ayanna sambil membuka gendongan. Kemudian dia menyerahkannya pada Athea, tanpa sadar Athea langsung menerimanya karena terlalu fokus pada wajah Nael. Dia dikerjai oleh Ayanna.

"Benar, dia lucu sekali," puji Athea sambil menimang-nimang, padahal ini pengalaman pertamanya menggendong bayi. Tapi seakan sudah mahir.

Sementara Ayanna sudah menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Akhirnya dia bisa meluruskan pinggang dan bernafas dengan lega. Bahkan karena saking enaknya, dalam hitungan menit Ayanna sudah terlelap, dan Athea baru sadar.

"Astaga, si Aya malah tidur. Eh aku kok bisa gendong bayi sih?" katanya bermonolog, takjub dengan kelakuannya sendiri.

Dan setelah beberapa menit, Athea berusaha membangunkan Ayanna, supaya mereka makan malam bersama, karena sudah membawa beberapa box makanan. Namun, Ayanna seperti sudah betah di alam mimpi, membuat Athea yang harus kerepotan.

"Nggak apa-apa deh, kasihan juga dia. Yang penting kamu jangan nangis ya," ujar Athea sambil cekikikan sendiri. Namun, pada akhirnya Athea juga merasakan pundak dan tangannya pegal.

Dia ingin menaruh Nael di atas ranjang, tapi tiap kali dicoba bayi tampan itu langsung mengeluarkan suara. Hingga tak terasa jam bergerak cepat, Dallie yang sudah pulang mengetuk pintu belakang.

Tok ... Tok ... Tok ...

Saat itu Athea tersentak, dia baru ingat kalau Ayanna juga tinggal dengan seorang pemuda.

"Itu pasti dia kan?" tebaknya, kemudian mengalihkan tatapan pada Ayanna yang masih mendengkur. "Aya bangun!" pekik Athea sambil menggeplak-geplak tangan Ayanna panik. Sementara suara ketukan semakin bergema.