"Jasku ini sangat mahal! Bagaimana bisa kamu menyentuhnya sesuka hatimu? Apa orangtuamu tidak mengajarimu sopan santun?" bentak seorang pria.
"Namaku Quinn! Aku berusia 6 tahun. Tolong, berikan aku pekerjaan! Aku akan bekerja dengan baik!" Quinn, bocah berusia 6 tahun itu melebarkan senyumnya.
"Apa? Ha-ha-ha! Memangnya kau bisa apa, Bocah?"
"Menemukan bug di perusahaanmu mungkin?" tawar Quenn.
"Apa? Kau seorang hacker? Apa kau sedang bermain, Nak?" Suara gelak tawa dari pria itu terdengar lantang. "Baiklah. Namaku Luca. Berapa uang yang kau inginkan?"
Sebuah pertemuan yang tidak sengaja. Membuka tabir rahasia yang telah tersimpan selama 7 tahun lamanya. Bagaimana kisah Quinn si gadis kecil menggemaskan itu? Lantas siapa ibu dari Quinn? Juga seperti apa kontribusi dari Quinn untuk Luca?
Simak kisah ini hanya di Putri CEO tersembunyi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dimana
Luca mencari kemana-mana. Namun, Quinn juga tidak terlihat. Ternyata jejak darah itu tidak bisa dijadikan petunjuk. Luca harus kecewa ketika dia tahu kalau cairan kemerahan itu bukan darah.
Hanya tetesan saus yang sengaja di buang begitu saja. Bahkan tas yang tadi dia temukan juga bukan milik Quinn. Tanpa disadari Luca, di gang sempit itu ada jalan kecil yang ternyata menghubungkannya ke lingkungan yang begitu kumuh. Luca benar-benar frustasi sekarang.
Dia sudah hampir satu jam mencari keberadaan Quinn namun tidak juga menemukan petunjuk apapun. Laki-laki itu sudah mengerahkan sebagian anak buahnya untuk berpencar dan mencari Quinn.
"Tuan, apa Anda tidak ingin istirahat sebentar?" Joni datang dengan membawa dua botol air mineral. Lalu laki-laki itu kemudian memberikannya kepada Luca. Dia juga terlihat sangat mengkhawatirkan Quinn. Mereka berdua takut kalau sampai identitas Quinn diketahui musuh Luca di dalam dunia mafia.
"Ya. Lebih baik kita istirahat sebentar. Siapa tahu setelah ini kita bisa menemukannya." Luca menerima sebotol air mineral dari Joni. Ia bahkan langsung meneguknya sampai tersisa separuhnya.
Joni terus mengamati sosok Luca yang tampak berbeda. Kedua mata Joni menyipit. Sungguh ini merupakan suatu anugerah. Sebab Luca sebelumnya merupakan laki-laki yang dingin.
"Dia seperti laki-laki yang berbeda sebelumnya. Benarkah dia bosku?" Joni membatin heran. Pasalnya Luca terlihat simpatik pada Quinn. Hal itu cukup untuk membuat Joni maupun Brox heran.
"Joni, menurutmu apa yang akan dilakukan oleh Quinn? Apakah dia menghilang atau dia diculik seseorang?" Luca diam sejenak sembari menghela napas kasar. "Astaga! Sudah jelas dia diculik seseorang. Kenapa aku masih bertanya lagi?" Luca mengusap wajahnya dengan kasar. Ia pun menoleh ke arah Joni untuk mendapatkan jawabannya.
Joni memilih untuk diam. Ia sendiri cukup bingung ingin menanggapi seperti apa. Namun kedua mata Joni terus menatap Luca. Tak lama kemudian Luca tampak berdiri.
"Anda mau kemana, Tuan?" tanya Joni.
Sepertinya Luca mendapatkan ide. "Kita tidak menemukan petunjuk apapun. Meski begitu apakah kita hanya akan menunggu?"
Luca berusaha untuk menepis kepeduliannya. Ingin sekali ia kembali ke perusahaannya dan menunggu kabar dari Quinn. Akan tetapi Luca justru berbanding terbalik dengan pikirannya. Laki-laki itu malah ingin mencari Quinn.
"Joni, bukankah kita belum memutari taman kota? Mungkin saja para penculik itu berada di sekitar sana?" Luca tampak mulai berharap untuk segera mendapatkan kabar tentang Quinn.
"Tuan, mengapa Anda begitu ingin menemukan bocah itu? Apa karena hari ini dia akan memberikan semua pekerjaannya?" Joni bertanya dengan rasa penasaran yang tinggi.
"Sial! Benar juga! Mengapa aku sangat ingin menemukan dia? Padahal aku bisa saja menemukan ahli ide terbaik lain selain dia. Bahkan hari ini merupakan hari terakhir kami bekerja sama. Mengapa sekarang aku merasa takut kehilangan Quinn?" Luca membatin heran.
Melihat reaksi Luca, Joni justru semakin bingung. Lantaran Luca tidak memberikan reaksi apapun. Luca hanya berdiam diri di tempatnya. Akhirnya Luca pun menghela nafas panjang. Ia tidak ingin mengakui bahwa dirinya khawatir terhadap Quinn.
"Paman Luca! Paman Luca!"
"Joni, sepertinya aku sedang berhalusinasi. Aku mendengar Quinn memanggil namaku. Apakah aku sudah gila sekarang?" Luca bergidik ketika membayangkan Quinn akan menghantuinya. Membuatnya khawatir dan gelisah di waktu yang bersamaan.
"Nona Quinn?" Joni memanggil nama Quinn.
Laki-laki itu tampak melotot dan terkejut melihat sesuatu. Menyadari tatapan Joni mengarah lurus ke depan, Luca pun mengikuti pandangan mata Joni. Namun, siapa sangka. Rupanya Quinn benar-benar kembali!
"Quinn!" Luca berseru lantang. Kemudian laki-laki itu berjalan cepat dan langsung memeluk tubuh Quinn tanpa rasa jijik sama sekali.
"Paman Luca!" Quinn memanggil nama Luca sekali lagi.
"Kau kemana saja hmm? Kau sudah membuatku khawatir! Apakah kau terluka?" Luca menurunkan tubuh Quinn.
Lalu laki-laki itu memutar tubuh kecil Quinn. Seolah Luca sedang mencari apakah Quinn terluka atau tidak. Tampak Luca tersenyum. Ketika ia tidak mendapatkan luka di tubuh Quinn.
"Kau darimana?" tanya Luca.
"Aku diculik, Tuan! Mereka bahkan mengancam akan membunuhku," jawab Quinn.
Mendengar penuturan dari Quinn, kedua mata Luca dan Joni membulat. Keduanya sudah menebak kemungkinan itu. Sebab, jalanan yang dilewati oleh Quinn terlalu sepi.
"Lain kali hati-hati, Quinn! Kau bisa terluka! Tapi, bagaimana kau bisa lolos dari para penculik itu?" Luca mulai melemparkan pertanyaan yang sangat membuatnya penasaran.
Jelas-jelas Quinn berusia 6 tahun 5 bulan. Akan tetapi kemampuan Quinn dalam berpikir, tidak perlu diragukan lagi. Tapi, jika soal tenaga. Jelas anak kecil itu bisa dibilang sangat lemah.
"Aku pikir aku masih beruntung," jawab Quinn sambil tersenyum.
"Sebenarnya sampai sejauh mana kemampuannya?" batin Luca dalam hati.
Emakmu kudu diksh paham Quinn babehmu udh jujur sampe malu loh 🤣🤣🤣🙈🙈🙈