Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.
Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.
Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.
Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.
Langsung baca ya👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
Ellen merasa sangat nyaman sebab para tamu tidak ada yang mengenakan dress atau gaun berwarna putih. Kedua mempelai pun tampak mengunakan gaun pengantin berwarna biru. Hal itu tidak luput dari permintaan Johan. Dia mengunakan nama Yuan agar si penyelenggara mau menuruti.
Dress code di kirimkan melalui pesan WhatsApp dan email sehingga para undangan mengenakan warna baju yang sama yaitu hitam.
"Saya merasa terhormat kamu mau datang." Pak Kim langsung menjabat tangan Yuan, Rey dan Ellen.
"Saya sempatkan kalau tidak sibuk." Jawab Yuan. Rey tampak bersalaman dengan beberapa orang di sana tapi tidak untuk Yuan.
"Maaf, beliau siapa? Eum apa dia pengusaha baru di kota ini." Tanya salah satu dari mereka. Wajar, sebab Yuan tidak pernah sekalipun menampakkan diri. Mr.Kim sendiri tidak punya hak menjelaskan tentang siapa Yuan.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Yuan, Rey memperkenalkan Yuan sebagai pemilik One group. Informasi tersebut cukup mengejutkan. Selama ini mereka pikir Rey adalah pemilik One group.
Jika bukan karena ingin melindungi mu, mungkin aku sudah pergi dari acara sialan ini!! Umpat Yuan dalam hati. Dia terpaksa membalas uluran tangan meski mimik wajahnya masih tampak datar.
"Hari ini tidak hanya spesial untuk kedua mempelai tapi kita juga. Senang rasanya bisa bertemu lelaki hebat seperti anda." Puji salah satunya lagi.
Jangankan merespon senyum, Yuan tampak sangat acuh seolah pujian tidak di tunjukkan padanya. Johan terkekeh dalam hati begitupun Ellen yang ternyata sejak tadi memperhatikan. Rupanya Ellen menilai jika sikap Yuan jauh lebih parah daripada David. Sikapnya tetap mirip robot seolah tidak ada kehidupan di sekitar nya.
"Mana lelaki itu! Kenapa dia belum muncul?" Tanya Yuan berbisik di telinga Rey.
"Sabar Tuan mungkin sebentar lagi." Jawab Rey pelan.
"Saya familiar dengan wajah Nona." Kini obrolan beralih membahas Ellen karena Yuan tak merespon setiap pertanyaan." Bukankah Nona Istri Pak David yang..."
"Sering datang ke beberapa Cafe untuk menawarkan diri." Sahut Ellen sama sekali tidak merasa malu. Dia bahkan tidak perduli bagaimana tanggapan Yuan sebab sebelumnya Ellen sudah menjelaskan.
"Oh ya. Itu kenapa saya familiar."
Para lelaki berjas langsung berubah ekspresi. Sebagian dari mereka ingin tahu alasan Ellen melakukan perbuatan yang pantang di lakukan oleh wanita terhormat apalagi David merupakan pemilik perusahaan terbesar nomer tiga.
"Sayang sekali Pak David berpisah dari anda. Padahal bagi saya, Istrinya yang sekarang kurang menarik. Cantik sih tapi tidak mempesona." Ujar lainnya berusaha mencairkan suasana namun tentu saja Yuan tidak menerima meski wajib di tahan.
"Saya tidak sayang, tidak pula menyesal. Itu pilihan Pak David sendiri." Jawab Ellen.
"Maaf Nona. Mungkin pertanyaan ini sedikit sensitif. Eum, apa Nona tahu keberadaan orang-orang yang eum sempat mendekati Nona. Eum apa rumor soal Pak David itu benar? Jujur saja kalau kami tidak berani merespon karena hal itu." Tanyanya berbisik sambil memperhatikan sekitar.
Takut David tiba-tiba muncul dan mendengar pembicaraan mereka. Sisi lain David cukup membuat para relasi lebih berhati-hati dalam bersikap dan berbicara.
"Dia sangat pencemburu tapi untuk selebihnya saya tidak tahu." Jawab Ellen. Dia mengingat pembunuhan Sam yang di lakukan oleh David.
"Pak Sam juga menghilang secara tiba-tiba. Sampai sekarang kabarnya masih simpang siur. Kata polisi kontak terakhir yang di hubungi adalah nomer Pak David."
"Buktinya Pak David tidak di tangkap." Sahut lainnya.
"Pasti di selesaikan dengan uang lah, apalagi Pak Sam tak punya sanak saudara jadi malah lolos."
Sungguh Ellen baru tahu tentang keburukan David sebab selama ini dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
"Tapi sepertinya Nona sudah menemukan seseorang yang tepat." Sambil menatap Yuan yang masih bertahan dengan wajah datar.
"Kalau kekuasaan lebih rendah, pasti Nona tidak bisa lari dari Pak..."
Obrolan terhenti saat salah satu lelaki menyenggol bahu temannya sebagai peringatan bahwa David sudah datang. Walaupun masih banyak pertanyaan yang bersarang, mereka memilih memasang wajah palsu daripada terlibat apalagi sekarang Ellen sudah bersama Yuan.
David langsung mempercepat laju kakinya saat menyadari keberadaan Ellen, dia bahkan tidak perduli pada keadaan perut besar Paula yang mulai kesulitan berjalan. Tatapan David tampak tajam menusuk saat melihat kedua tangan Ellen tengah memegang lengan Yuan erat.
Kegilaan David tentu membuatnya lupa diri pada keadaan sekitar. Dia berniat melepaskan tangan Ellen dari lengan Yuan yang langsung di halau dengan sebuah dorongan sampai tubuh David terhempas mundur. Atas perintah Yuan, Johan tidak ikut campur agar David yakin bahwa Ellen sudah melupakannya.
"Haha sangat menyenangkan. Akhirnya ada seseorang yang bisa menjauhkan ku darimu." Ellen tiba-tiba tertawa kecil. Tatapan matanya tak hanya menunjukkan ejekan tapi juga kekesalan serta kekecewaan yang di balut dengan gelak tawa.
Sikap Ellen sontak membuat perhatian semakin fokus padanya. Mana ada seorang wanita waras yang menunjukkan sikap janggal di tempat umum. Apalagi sebagian besar tamu berasal dari kalangan pengusaha. Ellen tidak perduli pada penilaian sekitar selayaknya apa yang di lakukan saat dirinya menawarkan diri pada sembarangan lelaki. Asalkan dia bisa mendapatkan hasil sesuai keinginan juga kesenangan seperti sekarang.
"Kenapa kamu mudah berpindah hati?" Tanya David. Tatapannya fokus ke Ellen bahkan dengan tega menyingkirkan tangan Paula yang akan meraih lengannya.
"Kekasihku memang bukan Pak Rey tapi Tuan Yu." Jawab Ellen tersenyum mengembang." Hentikan perbuatan mu David, sekalipun kau menawarkan dunia dan isinya, aku tidak akan mau kembali." Imbuhnya. Otak Ellen kembali terganggu karena melihat sosok David sangatlah memuakkan.
"Aku akan menceraikannya setelah anak itu lahir..."
"Terserah! Kau pikir aku perduli?" Sahut Ellen.
"Percayalah Ellen, aku hanya mencintaimu."
"Itu berarti kau sudah tak lagi spesial di mataku. Sekarang kau berubah menjadi salah satu lelaki yang hanya bisa mengagumi ku, tidak lebih." Jawab Ellen.
Sejak kecil Ellen memang cantik dan dia menyadari itu. Kesempurnaan paras tentu mengundang para lelaki untuk berlomba-lomba mendapatkan hatinya. Setiap kali David mengutarakan kecemburuan, sebanyak itu Ellen menjelaskan jika lelaki di luaran hanya bisa mengagumi tapi tak bisa memiliki. Sekarang Ellen pikir, kalimat itu cocok untuk David. Rasa cinta yang dulu hanya di khususkan satu nama, kini berubah menjadi kebencian.
"Jangan berbangga Ellen. Modalmu hanya cantik tapi kau tidak bisa hamil. Beruntung David masih mempertahankan mu..." Paula berhenti berkata-kata karena merasa janggal dengan cara Ellen tertawa.
"Pellacur tahu apa soal keberuntungan. Di otakmu hanya terlintas kiat-kiat merebut kebahagiaan orang lain. Sejak kau datang, aku tidak menginginkan lagi tinggal di rumah besar itu. Kau pikir aku mau berlomba dengan pellacur seperti mu? Tidak Paula, kau salah. Aku sudah berlutut, memohon, memaksa agar David menceraikan ku tapi lihatlah, dia mungkin tidak sepenuhnya gila. Sebab David masih bisa membedakan mana berlian dan mana kerikil jalanan." Jawab Ellen lantang.
Paula mendengus, dia membenarkan ucapan Ellen. Sampai saat ini David tidak bisa mencintainya sebesar rasa cintanya pada Ellen. Bahkan sejak kejadian penculikan, David berkata akan menceraikan Paula setelah anaknya lahir.
"Tenang saja Paula, jangan cemas. Ambil David untukmu. Masih banyak bahu tegap yang mau ku jadikan sandaran." Lanjut Ellen seraya menyandarkan kepalanya ke pundak Yuan.
Meski apa yang Ellen katakan hanya pura-pura tapi hal itu cukup menggetarkan hati Yuan. Dia bahkan ingin memberikan perlindungan seperti adegan yang di lakukan nya sekarang.
"Tidak Ellen, kamu hanya milikku." Ucap David seraya melangkah lebih dekat. Tangan Paula kembali di singkirkan dari lengannya.
"Minta pada Tuan Yu." Jawab Ellen asal sementara Yuan merasa berbangga diri.
"Serahkan Ellen atau ku habisi nyawamu!!!" Teriak David mulai tidak terkendali. Tangan kanannya mengeluarkan senjata api dari saku jasnya lalu menodongkannya ke arah Yuan.
🌹🌹🌹