NovelToon NovelToon
BEBEK GENDUT

BEBEK GENDUT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: Hyull

Setiap kali Yuto melihat bebek, ia akan teringat pada Fara, bocah gendut yang dulunya pernah memakai pakaian renang bergambar bebek, memperlihatkan perut buncitnya yang menggemaskan.
Setelah hampir 5 tahun merantau di Kyoto, Yuto kembali ke kampung halaman dan takdir mempertemukannya lagi dengan Bebek Gendut itu. Tanpa ragu, Yuto melamar Fara, kurang dari sebulan setelah mereka bertemu kembali.
Ia pikir Fara akan menolak, tapi Fara justru menerimanya.
Sejak saat itu hidup Fara berubah. Meski anak bungsu, Fara selalu memeluk lukanya sendiri. Tapi Yuto? Ia datang dan memeluk Fara, tanpa perlu diminta.
••• Follow IG aku, @hi_hyull

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 | Bakwan Gosong

“Itu daun salam, daun jeruk, sama sere nggak usah dibakar juga lah Yuto…” Neneknya mengomel saat sedang melihat bagaimana nasib ayam dan ikan yang sedang dibakar cucu gantengnya.

Yuto yang tadinya asal meletakkan ayam ke panggangan, cepat-cepat mencapit satu persatu daun salam, jeruk, dan sere yang masih menempel. “Maaf, Nek. Nggak tahu,” jawabnya.

“Gitu aja nggak tahu. Kalau kayak gini, harus cari istri yang bisa masak,” kata neneknya lagi.

“Ada tuh, di dalam, lagi bikin bakwan,” goda Endah.

Yuki juga ikut menggoda, “Sihi… ponakan Om mantap kali, ah. Baru balik ke Langsa, langsung bawa calon di acara keluarga.”

“Loh, ada apa ini? Kok ateu nggak tahu apa-apa. Calon apa? Calon istri ya, Yuto?” Arin—tantenya yang biasa ia panggil ateu—menimbrung.

“Yuto mau ikuti jejak Om kayaknya. Pulang dari Kyoto langsung deketin target secara maksimal. Iya, kan?” lanjut Ran, istri Arin.

Yuto yang sejak tadi sibuk menata ayam dan ikan di panggangan, hanya senyam-senyum. Ia tidak malu, sudah siap kali soalnya. Ia hanya menikmati cara keluarganya menggodanya.

“Ruka, coba lihat itu orang itu di dalam. Kok nggak siap-siap bikin bakwannya,” tegur Hani kepada anaknya.

Ruka, ibunya Yuto—yang saat itu sedang duduk bersama sang sahabat yang telah menjadi iparnya, Endah dan Arin, lekas bangkit dari duduk. Ia berjalan melewati para anggota lelaki, papanya, suaminya, adik dan saudara kembarnya, dari halaman belakang yang cukup luas itu—di mana area gym dan lapangan basket berada, Ruka melangkah menuju halaman samping di mana ada pintu untuk masuk ke rumah.

Tiba di depan pintu, ia mendapati anaknya, Sora, sedang berbaring di sofa sambil menyantap bakwan sementara Fara menggoreng bakwan seorang diri dapur—satu ruangan dengan ruang keluarga di mana Sora berada.

“Sora! Kok malah Fara yang sibuk sendiri!” langsung mengomel si Ruka, membuat Sora terperanjat hingga melompat turun dari sofa.

Tak hanya Sora yang kaget, Fara juga. Dia sampai melompat kecil di depan kompor saking menggelegar suara Ruka, ibu bosnya.

“Ih, mama ini lah, bikin kaget aja!” balas Sora, sama-sama gemar mengomel.

“Ya masa Fara dibiarkan masak sendiri! Kita undang dia biar bisa makan banyak!” Ruka mengomel lagi, masih berdiri di ambang pintu.

Fara yang sudah menoleh ke belakang—ke arah mereka—jadi canggung, bingung harus bagaimana, tetapi tetap mengamati bakwan yang sedang digorengnya.

“Habis ini kan bisa makan banyak loh, Ma! Lebih lapar malah karena habis masak bakwan, capek!” balas Sora lagi, memang jago melawan dan nggak ada takutnya.

Ruka jadi geram. “Anak ini, ya! Melawan aja kalau dikasih tahu. Fara! Udah, tinggalin aja itu! Biar Kak Sora yang goreng sisanya!”

Fara terperanjat lagi dan semakin bingung harus bagaimana. Masa iya dia tinggalkan begitu saja?

“Tapi, Bu… tinggal dikit lagi, kok. Ini gorengan terakhir,” jawabnya lembut, tampak takut.

“Biarkan aja! Sini, Fara ikut ke belakang aja! Biar Kak Sora yang urus sisanya. Cepat ke sini!”

Tak berani membantah lagi, Fara lekas meninggalkan dapur dan melangkah cepat menghampiri Ruka yang masih menunggunya di ambang pintu. Saat melewati Sora, ia tersenyum canggung dan mengatakan, “Bentar lagi bisa langsung diangkat kok, Kak…” ujarnya takut, setelah itu, ia sudah ditarik oleh Ruka menuju halaman belakang, meninggalkan Sora yang langsung melahap satu potong utuh bakwan, lalu dengan mulut penuhnya, ia menghampiri wajan di atas kompor.

“Bentar lagi katanya, bentarnya itu berapa lama?” tanya Sora kepada dirinya sendiri saat melihat beberapa potong bakwan mengambang di atas minyak.

Tak lama Fara tiba di halaman belakang dan mendapati Yuto sedang fokus membakar ayam dan ikan, datanglah mama dan papa sang sahabat, bersama adik, dan nenek kakeknya. Dan kakek sahabatnya itulah salah satu pemilik dari PT. Ahmad Jaya. Biasa dipanggil Kek Rio oleh mereka.

Fara yang baru saja hendak duduk, langsung menghampiri mereka lebih dulu lalu menyalami satu persatu. Sejak kecil selalu bermain bersama Kira, tentu hubungannya dengan mereka sudah sangat dekat.

“Eh… ada Fara di sini ternyata…” kata Citra, ibunya Kira.

“Pasti Abang Yuto yang bawa, kan?” tanya Kai, papanya Kira yang merupakan seorang detektif di satgas pembunuhan. Cara Kai mengatakannya, seakan ia sudah mengetahui sesuatu. Ia bahkan melirik Yuto nakal, yang langsung senyam-senyum padanya.

“Hm… bau bakwan,” kata Alya, neneknya Kira. “Pasti Fara yang buat bakwannya, kan? Mana bakwannya, kok belum Nampak? Nenek udah kangen kali sama bakwan buatan Fara.”

“Masih di dalam, Nek… mau Fara ambilkan?”

“Nggak usah! Duduk aja! Makan aja yang banyak! Biar Kak Sora yang selesaikan,” sosor Ruka lagi.

Esha, sepupu Yuto, langsung menariknya dan membawanya duduk di salah satu kursi. “Dengerin aja kata Bu Ruka, Kak. Ribut kali soalnya. Masih mending cuma Bu Ruka yang merepet. Kalau Nek Ani ikut merepet, bisa kayak pasar malam di sini,” bisik Esha, anak Yuki dan Endah.

Fara mengulum bibir, takut tawanya lolos.

Yuto datang menghampiri, meletakkan empat potong sayap ayam dan seekor ikan kakap. “Mau pakai nasi?” tanya Yuto lembut, penuh perhatian.

“Fara ambil sendiri aja, Bang—“

Tapi Yuto menyela cepat, “Abang aja yang ambilkan. Fara duduk aja. Esha mau nasi juga?”

“Mau, tapi dikit aja,” jawab sepupunya.

Yuto tersenyum dan lekas menghampiri rice cooker yang mereka pindahkan ke sana.

Tanpa Yuto sadari, semua anggota keluarga yang sudah berkumpul di sana—kecuali Sora—sedang memerhatikan bagaimana dirinya yang begitu perhatian. Mengambil nasi, dengan porsi Fara yang lebih banyak dibandingkan Esha, lalu ia antarkan ke meja mereka. Mengambil semangkuk sambal kecap yang pedas. Yuto juga mengambil dua botol air mineral, juga dua minuman kotak yang dingin untuk mereka. Ia sampai bolak-balik sebanyak tiga kali untuk memastikan Fara mendapatkan semuanya.

“Nanti kalau ayam sama ikannya kurang, kasih tahu aja, ya. Oh iya, sayurnya,” ia kembali menyiapkan lalapannya, dan kembali meletakkan di meja Fara dan Esha. Setelah itu, barulah ia kembali ke depan panggangan, namun sesekali tetap melirik ke arah Fara untuk memastikan apakah Fara merasa nyaman atau tidak.

Di tempat duduknya, Fara terdiam sesaat, mendapati dirinya begitu diperhatikan di sana.

Senyuman tipis tersungging di bibirnya, namun dalam hatinya, perasaan itu berkecamuk, hangat, dan sekaligus asing.

Ia merasa diperhatikan… untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama.

Yuto, dengan semua perhatian kecilnya—mengambilkan nasi, memastikan ada sambal kecap, air mineral, lalapan—membuat dada Fara sesak. Tapi bukan sesak karena sedih. Ada rasa hangat yang memenuhi ruang kosong di dadanya. Seakan ia baru menyadari betapa biasanya ia harus mengurus semua itu sendiri.

Di rumahnya sendiri, perhatian bukan sesuatu yang tumbuh dari cinta, tapi lebih seperti tuntutan. Seolah, kalau ia baik, itu sudah seharusnya. Kalau ia lelah, ya wajar. Kalau ia sedih, ya disimpan saja. Tidak ada yang benar-benar melihatnya sebagai anak yang butuh dipeluk. Butuh dihargai. Butuh dicintai tanpa syarat.

Ia juga sadar, di halaman belakang rumah Yuto ini, semua orang ramai dan banyak yang bicara keras—bahkan bisa dibilang berteriak saat bercakap. Tapi anehnya, tidak ada rasa takut. Tidak ada tekanan. Tidak ada luka di dada yang mendadak muncul hanya karena mendengar nada suara tinggi.

Karena di sini, meskipun suara mereka keras, tetapi hatinya tetap merasa aman. Suara itu bukan amarah. Mereka tidak sedang ingin menjatuhkan atau mempermalukan. Mereka hanya penuh warna. Kadang menggoda, kadang meledek, tapi semua dengan senyum dan tawa. Jauh berbeda dari suara teriakan di rumahnya sendiri yang selalu membuat lutut lemas dan mata panas, karena setiap nada tinggi berarti omelan, makian, atau kekecewaan yang menusuk-nusuk harga dirinya.

Akhirnya Sora menghampiri mereka, dan dengan raut wajah lelah meletakkan dua piring saji bakwan. Seketika semua pandangan orang terpaku pada beberapa potong bakwan yang paling gelap—atau sebut saja gosong—yang Sora susun di tepi piring.

Hani, nenek mereka, yang sejak tadi sudah tenang kali, langsung bergetar mulutnya, memang selalu tidak bisa bersabar jika berhadapan dengan cucunya yang satu ini.

“Memang lah, ya! Goreng bakwan aja nggak bisa!”

“Ya kan udah digoreng loh, Nek!” balas Sora seperti biasa.

“Mana ada bakwan yang gelap kali kek gitu! Cobalah makan! Enak, nggak?!”

“Enggak! Pahit!”

“Lah, jadi kenapa tetap di taruh di piring?!”

“Masa dibuang!”

“Ih, anak ini ya! Ruka! Harus mama apakan anakmu ini!”

.

.

.

.

.

Continued...

1
Umi Jasmine
bukan sedang tpi lgi endut, spti saya byk yg mengira hamil
Hyull: /Curse//Curse//Curse//Curse//Curse/
total 1 replies
titissusilo
kode alam....istri alias otw istri ye kn fara
Tita Rosmiati
gitu amat yh orang tua nya Fara bikin emosi ,,,,duh modus terus nih Abang yuto 🤭🤭
Kirey Ruby
Yaah..10 org model kek Yuto,para pedagang bisa naik haji bbrp kali ini sih,faktor kasihan ama penjual,pembeli kek Fara lah yg rugi kali,secara uangnya pas2an /Grin//Grin/
EsTehPanas SENJA
hangat pasti dadamu 😌 bahagia pasti ya kaaaan ! 😁
EsTehPanas SENJA
kan orangnya yang ngomong sendiri far ....😅😭 dia bilang sendiri kan! ahh gemes aku sama si gendut ini 😭
magdalenad dewi simarmata
kenapa la Mak sama bapak Fara ngk perhatikan si Fara, aneh kalii
titissusilo
boleh gak Thor scene ortu nya Fara dkit aja,jd esmoni trs soal nya,prnh di posisi itu soal nya,perlakuan gak adil tuh membekas,gtu pun sampai Fara nikah msih di rongrong....klu Yuto gak tegas bsa jd keset....kmrn nenek Hani kurang garang ancaman nya
titissusilo: cman ntu yg msih minjem2 itu loh Thor yg bkin gedeg gmn pun anak klu sdh kluarga sndri udah gak jaman rongrong bgtu memang hrs di tegesin lagi
Hyull: Kalau udah nikah, Yuto bakal bawa Fara keluar dari rumah itu kok...
total 2 replies
Umi Jasmine
klu ke pasar sama bang yuto brtul fara bisa rugi, semua karena kasihan bang....
~ Dyan Ramanda ~
modusnya abang yuto boleh juga.. 🤭🤭🤭
Kirey Ruby: pasti Sora nih gurunya kak /Facepalm/
Hyull: Pasti ada yang ajarkan /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 2 replies
Ikha Mangil
Yuto semangat buat luluhkan hati Fara🤗😌🥰
Ayu retonisa
🥰
Umi Jasmine
fara kelihatan org nya tenang damai dan penyabar
Hyull: Sama kayak Yuto /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Ikha Mangil
katakan cinta ala si Yuto,,😁
EsTehPanas SENJA
wakakaak salah tingkah dia 🤣🤣🤣
Tita Rosmiati
Fara masih ragu takut di bully dia
Kirey Ruby
Pasti akan ada pertanyaan dlm diri Fara,knp Fara..? krn semua org memandang sebelah mata ke Fara,Fara yg dikatain gendut dll tp itu semua adl ciptaan Allah,siapa yg mau minta dilahirkan dg tubuh gendut,pipi tembam,pasti kalo boleh minta dikasihnya tubuh yg sempurna,jarang banget ada cowo spt Yuto,makasih Yuto krn sdh mau menikahi Fara agar terbebas dr keluarganya yg toxic 🤗🤗😘😘
mak² rempong
so sweet🥰🥰🥰🥰🥰
mak² rempong
AQ juga suka sama Abang Yuto😘😘😘
mak² rempong
best lah pokok nya/Drool//Drool//Drool//Drool/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!