NovelToon NovelToon
Aku Bukan Siapa-Siapa

Aku Bukan Siapa-Siapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Febbfbrynt

Ketidaksengajaan serta pengorbanan dalam sebuah kecelakaan membuat Alena langsung meninggal dan malah mengantarkan nyawa gadis itu dengan bertransmigrasi ke dalam salah satu novel favoritnya. Alena hanya menjadi adik dari salah satu teman protagonis pria—figuran. Dia hanya seorang siswi sekolah biasa, tanpa keterlibatan novel, dan tanpa peran.

Tapi, plotnya hancur karena suatu alasan, hidupnya tidak semulus yang dia bayangkan. Dia membantu masalah semua tokoh, namun di tengah itu, hidupnya tidak aman, ada orang yang selalu ingin mencelakainya.

____

"Aku memang bukan siapa-siapa di sini, tapi bukan berarti aku akan membiarkan mereka menderita seperti alurnya."—Alena.

~•~
note:
- author 'I Am A Nobody' di wp dan di sini sama

- Tokoh utama cerita ini menye-menye, lebay, dan letoy. Jadi, ga disarankan dibaca oleh org yg suka karakter kuat dan ga disarankan untuk org dewasa 20+ membacanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekolah

Setelah perjalanan sekitar 15 menit, adik-kakak itu sampai di sebuah sekolah elite. Saat Alena keluar mobil, pandangannya disambut dengan gedung tinggi nan luas. Di bagian depan atas gerbang, tertulis nama sekolah SMA LENTERA BANGSA.

Alena mengedarkan pandangan dengan kekaguman yang jelas. Karena ia masih di parkiran sekolah, terdapat berbagai macam mobil dan motor berjajar berkilauan. Mulut gadis itu sampai terbuka kagum tanpa suara.

Beberapa menit lagi bel berbunyi. Jadi, sudah banyak siswa-siswi yang memasuki gedung sekolah. Di daerah sini merupakan tempat parkir yang sangat luas. Lalu, bagaimana dengan bagian dalam gedung? Entahlah. 

Sekolah ini merupakan sekolah terbesar dan ter-elite. Rata-rata, hanya orang di kalangan atas yang bersekolah di sini. Mungkin, kecuali murid beasiswa.

Alena terlalu fokus melihat pemandangan sekolah. Tanpa dia sadari, dirinya sudah menjadi pusat perhatian dan gosip pagi.

"Ravael sama siapa, tuh."

"Ahh! Ravael ganteeeng ...."

"Tumben kak Ravael bareng cewek."

"Iya, ceweknya cantik lagi."

"Sainganku nambah."

"Ravael pagi-pagi udah jadi pemandangan indah aja ...."

Berbagai pandangan dan suara di sekitar tidak Alena hiraukan, atau lebih tepatnya tidak gadis itu sadari, karena dia masih fokus pada apa yang dia lihat.

"Alena, ayo ke teman-teman kakak dulu bentar."

Ucapan dan tepukan bahu yang berasal dari Ravael langsung menyadarkan Alena. Gadis mengerjap dan tersadar. Setelah pulih dan bereaksi, Alena tersipu karena menjadi pusat perhatian. Ia menunduk malu dan meraih ujung baju seragam Ravael yang sudah berjalan mendahuluinya. 

Ravael yang merasakan tarikan di bajunya menoleh dengan bingung. "Ada apa, Alena?"

"Alena malu, Kak Rava. Banyak yang liatin," jawab Alena dengan nada pelan hampir berbisik. 

Ravael tersenyum geli. Lalu ia meraih tangan adiknya, dan itu tidak luput dari pandangan siswa-siswi di sekitar. Begitu juga teman-teman Ravael, termasuk protagonis pria.

Ravael menarik tangan Alena menuju ke arah teman-temannya yang sedang menatap mereka berdua. Di sana, terdapat lima orang remaja dengan tatapan beraneka ragam. Ada yang  datar, biasa saja, tersenyum tipis, malas, dan tersenyum cerah.

"Rav, dia siapa? Cewek lo ya?" Seorang lelaki yang tersenyum terlihat cerah ber-name tag Radhit, membuka suara saat Ravael dan Alena tiba di depan mereka.

"Bukan, kok. Dia adek gue," jawab Ravael santai sembari melirik Alena sekilas

"Sejak kapan lo punya adek?" Lelaki remaja di samping Radhit ikut bertanya dengan ekspresi tertarik.

"Lo aja yang baru tahu. Adek gue suka diem di kamar kalo lo pada main ke rumah gue."

Alena hanya mendengarkan percakapan mereka di balik punggung Ravael. Dia belum melihat wajah-wajah teman kakaknya, karena sedari awal Alena hanya menunduk.

"Namanya siapa, Rav?" Pertanyaan dari lelaki yang sempat memasang mimik biasa saja, melanjutkan percakapan.

"Kenalin, dia Alena Valencia Alvarendra." 

Ravael menarik pelan Alena yang ada di belakang punggung ke sampingnya. Alena yang ditarik sedikit terkejut, dan dengan refleks mengangkat kepalanya menatap mereka. Di depannya ada lima remaja. Wajah mereka sama-sama tampan dengan tatapan tertuju padanya.

Alena yang di tatap langsung menunduk kembali dengan pipi memerah. Mereka yang melihat itu ada yang terkekeh, tertawa, tersenyum geli.

"H-ai ...," sapanya berusaha untuk bersikap biasa saja.

"Hai juga. Nama gue Radhit Adinata." Radhit memulai perkenalan seraya menyodorkan tangannya.

"Alena ...." Gadis itu menyambut tangannya.

"Gue Deva Aldwin."

"Gue Rafka Aprilio Erlian."

"Gue Alvin vio pramudya."

"Andreas Jonathan Ramatha."

Satu persatu Alena menjabat tangan mereka dengan kepala yang telah kembali menunduk. Hanya saja, setelah mendengar nama terakhir, Alena langsung mendongak kaget dengan mata membola menatap lelaki di depannya. Tangan Alena masih menggenggam tangan Andreas. Setelah sadar atas kebodohannya, dengan cepat Alena melepaskan.

"Maaf."

Andreas mengernyit heran. "Lo kenapa melotot? Dan ... kenapa lo harus minta maaf?"

Andreas bingung dan penasaran melihat reaksi Alena setelah mendengar namanya. Begitu juga Ravael dan yang lainnya.

Ekspresi gadis itu menegang. Ia dengan cepat menggeleng dan mengalihkan pandang ke arah kakaknya. "Kak Rava! Ale-na duluan, yah!"

Dengan tergesa, Alena berlari terbirit-birit menuju gedung sekolah seakan dikejar sesuatu. Sedangkan, ke enam lelaki itu hanya melihat punggung Alena heran.

"Kenapa reaksi dia aneh gitu pas denger nama Andreas?" Rafka tak bisa menahan rasa penasarannya.

"Mungkin dia fans-nya si Andre yang langsung kaget denger nama idolanya. Apalagi, nyampe pegangan tangan. Jarang-jarang tuh, dia mau di sentuh cewek," celetuk Radhit. Sesekali menunjuk Andreas dengan raut tengilnya.

"Tapi, menurut gue ekspresinya lebih ke kaget karena gugup, bukan ekspresi kaget yang seneng gitu. Selain itu, setelah denger nama si Andre, dia langsung lari ngehindar kayak gak mau lama-lama disini?" terka Rafka menduga-duga. 

Mendengar ucapan Rafka, yang lain pun membenarkan, termasuk Andreas. Dia juga sedikit bingung. Padahal, Andreas merasa tidak pernah bertemu dengan adik temannya itu.

"Adek gue gak punya idola. Dia cuma ngefans sama kakaknya," bantah Ravael dengan muka songongnya.

"Alah, bacot lo!" sergah Radhit menepuk bahunya. Lebih tepatnya memukul. Ravael menatap Radhit tajam. Yang ditatap malah cengengesan dan menambahkan. "Kayaknya, adek lo lugu banget. malu-malu lagi."

Ravael mengangguk. "Iya. Makannya, gue takut ada yang ganggu dia di sini." 

"Tenang aja, ada kita. Gak bakal ada yang bisa gangguin adek lo," tutur Rafka santai seraya menepuk bahu Ravael meyakinkan. 

Yang lain hanya mengangguk pertanda menyetujui ucapan Rafka. Di sisi lain, Andreas hanya mendengar Percakapan temannya dengan tatapan rumit.

Tiba-tiba terdengar suara bel masuk yang menghentikan percakapan mereka.

"Yok! kita cabut!" Ajakan Radhit diangguki semua temannya.

Lalu, mereka mulai berjalan memasuki gedung sekolah. Semua Siswi yang setia melihat dan mendengar percakapan mereka dari awal ikut bubar.

***

Saat ini Alena tengah berjalan di koridor sekolah untuk mencari kelas yang sudah ditentukan. Sembari berjalan, Alena sepertinya tenggelam dalam pikirannya. 

Alena lupa dan baru sadar bahwa Ravael berteman dengan protagonis pria. Karena itu, dia merasa terkejut saat mendengar nama Andreas. Alena merutuki diri sendiri saat mengingat reaksi bodohnya dihadapan Andreas beberapa saat lalu.

Andreas Jonathan Ramatha, merupakan putra satu-satunya keluarga Ramatha, yang di mana kekayaannya berada di urutan pertama. Selain Andreas, Deva dan Rafka juga merupakan protagonis pria. Rafka adalah protagonis pria kedua. Sedangkan Deva, merupakan pengagum rahasia protagonis wanita di balik wajah datarnya. Kedua orang ini juga termasuk anak dari keluarga yang masuk sepuluh besar terkaya.

Alena cukup penasaran dengan protagonis wanitanya. Apakah mereka berada di kelas yang sama? Memikirkan itu membuatnya sangat bersemangat. 

Saat ini, Alena belum menemukan kelasnya yang merupakan kelas X Ipa II. Lalu, tiba-tiba pandangannya menangkap pintu kelas yang sedari tadi ia cari. Karena pintunya terbuka, Alena bisa mendengar suara-suara yang ramai di dalam. Ia menduga sudah banyak Siswa-siswi yang sudah berada di kelas. 

Huh ... aku gugup.

Setelah mengumpulkan keberanian, gadis itu melangkah ke dalam.

Setelah Alena masuk, semua mata langsung menoleh ke arahnya dan terjadi keheningan.

1
Fitri Apriyani
bagus banget kk cuma ap nya kuma satu bab jadi aku lama nunguin nya mana dah ngak sabar lagi aku harap jangan gantung ya ceritanya harus sampai tamat oke kk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!