"Mereka mengira pertemuan itu adalah akhir, padahal baru saja takdir membuka lembar pertamanya.”
Ameena Nayara Atmaja—seorang dokter muda, cantik, pintar, dan penuh dedikasi. Tapi di balik wajah tenangnya, ada luka tersendiri dengan keluarganya. Yara memilih hidup mandiri, Ia tinggal sendiri di apartemen pribadinya.
Hidupnya berubah ketika ia bertemu Abiyasa Devandra Alaric, seorang CEO muda karismatik. Yasa berusia 33 tahun, bukan seperti CEO pada umumnya yang cuek, datar dan hanya fokus pekerjaannya, hidup Yasa justru sangat santai, terkadang dia bercanda dan bermain dengan kedua temannya, Yasa adalah anak yang tengil dan ramah.
Mereka adalah dua orang asing yang bertemu di sebuah desa karena pekerjaan masing-masing . Awalnya mereka mengira itu hanya pertemuan biasa, pertama dan terakhir. Tapi itu hanya awal dari pertemuan mereka. satu insiden besar, mencoreng nama baik, menciptakan gosip dan tekanan sosial membuat mereka terjebak dalam ikatan suci tanpa cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nōirsyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cumi
Yara memandang ke atas tanpa mengedip, matanya berkaca-kaca, bibirnya menganga kagum seperti anak kecil yang baru pertama kali melihat dunia dongeng menjadi nyata.
Yasa melirik ke arah Yara
“Lebay banget, gitu aja nangis.”
Yara tersenyum sambil ngelap air matanya cepat-cepat
“Mas, aku bahagia tau… Kamu tahu dari dulu aku suka banget nonton princess Disney. Aku cuma bisa ngeliat dari temen-temen aku dan sosial media tentang tempat ini… Aku ngga pernah berharap bisa datengin langsung, tapi berkat mama dan kamu… aku bisa lihat tempat seindah ini.”
“Berarti kamu harus berterima kasih sama aku.”
Yara dengan semangat, berkali-kali membungkuk kayak anak ayam sedang mematuk
“Iya makasih makasih makasih banyak ya mas!”
Yasa tertawa melihatnya.
“Makasih aja ngga cukup, Yara.”
Yara heran “Terus?" kemudian ekspresi kaget jelas di wajahnya"Kamu nyuruh aku… bayar, mas?” yara diam sejenak “Iya deh, tapi… liat dulu ya tabungan aku cukup apa engga…”
“Haha bukan itu, Yara. Aku ngga butuh uangmu.”
“Terus apa dong? Mas… kamu jangan aneh-aneh kenapa sih…” wajahnya sontak memanas
“Memangnya apa yang kamu pikirin?”
“Mas udah deh… kita liat yang lain yuk.” cepet-cepet menarik tangan Yasa
“Mungkin sekarang kamu bisa alihin topik, Yara… Tapi nanti malam kamu ngga bisa kabur hahaha!” tawa Yasa yang menggelegar membuat bulu kuduk Yara merinding. Tapi saat matanya melihat sesuatu...
Yara teriak “Mas! Itu Mickey Mouse!!”
Yasa ikutan nengok, senyum geli liat reaksi Yara
“Kamu mau aku fotoin bareng dia?”
“Aku takut…”
“Ngapain takut? Orang manusia juga, bukan tikus beneran. Sini aku panggilin!”
Yasa jalan ke Mickey Mouse, ngobrol sebentar, lalu memberi isyarat ke Yara. Yara akhirnya mendekat, canggung tapi excited. Kamera Yasa siap di tangan.
Yara langsung pose lucu—tangan di dagu, peace, sampai gaya ala princess. Yasa jepret berkali-kali sambil geleng-geleng kepala.
“Sepertinya senyumnya lebih lebar berfoto dengan badut itu daripada denganku…”
Setelah foto-foto, mereka jalan berdua menyusuri area Disneyland yang dipenuhi lampu warna-warni dan bangunan tematik yang mirip istana dan desa-desa dongeng. Musik lembut khas Disney mengalun di latar belakang.
“Mas! Itu Princess Belle! Itu Cinderella! ASTAGA itu Ariel! Mas liat deh itu Rapunzel! LIAT DEH DIA ADA FRYING PANNYA MAS! LUCU BANGET!!”
Yasa menepuk jidatnya “Berapa banyak sih nama princess yang kamu hafal?”
“Aku ngga hapal tapi ini memang bagian dari hidupku jadi ingat sendiri. Dan aku bisa sebutin semua mas, dari zaman klasik sampe modern!”
Yasa hanya memutar bola matanya
"Mas kamu ngga usah ngejek gitu deh, kamu juga kegirangan kalau melihat sesuatu berbau anime"
"Ya deh"
Langkah mereka berakhir di depan istana besar berwarna biru-putih, dengan puncak-puncak es yang dibuat dari kaca transparan—seolah-olah benar-benar istana Elsa dari Frozen.
Yara histeris, lompat-lompat kecil
“Mas!! ISTANA ELSAAAA!!!”
Yara langsung ngeluarin HP dan selfie dari segala sudut
“Astaga keren banget! Aku udah kayak Anna lagi nyari Elsa!!”
Yasa berdiri di samping sambil nungguin, tapi diam-diam motret Yara dengan ekspresi bahagia dan mata berbinar-binar.
----
Setelah seharian puas keliling Disneyland, Yasa dan Yara memutuskan untuk mampir ke sebuah restoran mewah di pusat kota. Interiornya elegan, dengan cahaya lampu gantung kristal yang hangat dan alunan musik jazz klasik mengisi ruangan.
Mereka duduk di sudut ruangan dekat jendela besar, pemandangan kota Tokyo malam itu terlihat gemerlap.
Pelayan datang membawakan buku menu.
Yasa: "Mau makan apa? Hari ini kamu bebas pilih apa aja. Jangan lihat harga, lihat mood."
Yara tersenyum kecil "lagian sejak kapan kamu lihat harga, selalu pesan apa yang kamu mau. Em aku pengen yang creamy-creamy gitu… kayak pasta carbonara."
Yasa: "Oke, satu carbonara buat yang princess, dan steak wagyu medium rare buat yang jagain princess."
Yara tertawa
Pelayan: "Baik, pesanan akan segera kami siapkan."
Setelah makanan datang, mereka mulai menyantapnya sambil sesekali berbagi tawa kecil. Yara menikmati tiap gigitan, mulutnya kadang sibuk, kadang matanya sibuk lihat lampu gantung di atas.
Tiba-tiba, ponsel Yasa bergetar.
Yasa melihat layar: "Yara, aku angkat telepon sebentar ya. Dari Kyra, urusan kerjaan kayaknya."
Yara mengangguk pelan: "Iya, gapapa. Aku makan pelan-pelan kok."
Yasa bangkit dari meja dan berjalan menjauh sedikit sambil menerima telepon.
Tak lama, seorang pelayan menghampiri Yara dengan nampan perak.
Pelayan: "Selamat malam, ini minuman spesial dari bar kami, complimentary untuk tamu malam ini. Ingin mencobanya, Nona?"
Yara agak bingung, matanya melirik gelas tinggi dengan cairan keemasan bening yang tampak berkilau di bawah cahaya.
Yara: "Ini… jus?"
Pelayan: "Minuman sparkling dengan sentuhan buah, cocok setelah makan malam. Rasanya lembut dan menyegarkan."
Yara mengangguk ragu. Pelayan pun menaruh gelas di mejanya dengan anggukan sopan sebelum berlalu.
Yara mendekatkan gelas ke hidungnya dan mengendus sedikit.
"Hmm… baunya agak aneh ya… bukan kayak jus." gumamnya
Tapi rasa penasaran mengalahkan ragu.
Dia menyeruput sedikit. Cairan itu terasa ringan di lidah, sedikit asam, tapi ada manis samar di akhirnya. Tidak seperti minuman biasa, tapi… menarik. Yara merasa minuman itu aneh, tapi badannya hangat
Rasa nyaman mengalir dari tenggorokannya, menyebar ke dada, lalu perut. Yara memejamkan mata sebentar. Hatinya terasa ringan. Badannya nggak sekaku tadi. Dia mengangkat gelasnya lagi… lalu menyeruput lebih banyak.
Yara mulai bergumam tidak jelas, suaranya pelan tapi terdengar kacau. Tubuhnya sedikit limbung, dan tangannya menekan pelipis seolah kepalanya terasa berat. Tak lama, Yasa muncul dari balik pintu dan mendapati istrinya dalam keadaan tak biasa.
"Yara? Kamu kenapa? Kamu sakit?" tanya Yasa cemas, segera menghampirinya.
Yara menoleh perlahan ke arah suaminya. Sebuah senyum mengembang di wajahnya yang memerah. Tatapannya kosong, tapi penuh kekaguman.
"Siapa kau?" bisiknya. "Kenapa kau… sangat tampan?"
Alis Yasa terangkat. Ia mengamati raut wajah Yara yang mulai berbicara ngelantur, ditambah rona merah menyala di pipinya. Ada yang aneh. Sangat aneh.
"Hei, kamu ngomong apa sih? Kamu salah makan, ya?" tanyanya, mencoba tetap tenang meski bingung.
Tapi Yara justru makin tak terkendali. Ia menopang wajahnya dengan lengan, lalu menatap Yasa dengan tatapan yang jelas-jelas menggoda.
"Aku nggak punya pacar setampan dirimu..." ucapnya dengan nada genit.
Yasa hanya bisa tertawa kecil, geleng-geleng kepala. Pandangannya tertuju pada meja di samping Yara, dan matanya membelalak.
"Astagaaa, Yara... Ini kamu udah habisin berapa botol?" serunya, menatap deretan botol alkohol yang kosong berserakan.
Yara mengikuti arah pandangnya. Ia menatap botol-botol itu dengan kepala sedikit miring, lalu kembali menatap Yasa dengan senyum mabuknya.
“Hmm… satu, dua… lima... sebelas... Hihi! Banyak ya, Mas…”
“Astaga, sebelas dari mana? Botolnya aja cuma tiga!” Yasa mendesah, setengah panik setengah pengen ketawa.
Yara lalu mencondongkan badannya ke arah Yasa, matanya berbinar.
“Mas… kamu tahu nggak? Kamu tuh... lebih ganteng dari aktor Korea kesukaanku. Siapa tuh namanya... Cha... Eun...wooo~”
“Yara, kamu denger nggak? Itu bukan air putih yang kamu minum, itu—”
Belum sempat Yasa melanjutkan, Yara tiba-tiba berdiri dari kursinya. Pandangannya tertarik ke arah akuarium besar di pojokan restoran yang berisi gurita besar mengapung santai.
“Aaaa... cumii!” Yara berseru heboh, lalu dengan cepat berjalan ke akuarium.
“Yara, NO—!”
Terlambat. Tangan Yara sudah masuk ke dalam akuarium sambil tertawa-tawa.
“Aku mau makan cumiii~ Eh kenapa dia licin banget sih? Lucuuuu!”
Para pengunjung restoran mulai melirik ke arah mereka. Seorang pelayan mendekat dengan ekspresi panik, sementara Yasa udah setengah mau tenggelam ke lantai saking malunya.
“Maaf, maaf banget! Istri saya... dia, uh... agak mabuk,” Yasa menjelaskan sambil menarik tangan Yara keluar dari akuarium. “Yara, itu bukan takoyaki, itu penghuni tetap!”
Yara mempout dan memegang tangan Yasa, air menetes dari lengannya.
“Mas, guritanya jahat... dia nggak mau aku makan... padahal aku cinta cumi...”
“Ya iyalah dia jahat, kamu serbu rumahnya!”
Yasa menarik napas dalam-dalam, lalu membopong Yara sebelum dia bikin kerusakan lagi. Tapi Yara malah teriak, “Aku menang! Aku dapet pangeran ganteng dari negeri cumi!”
Orang-orang mulai tertawa kecil melihat adegan absurd itu.
---
Yasa membopong Yara di punggungnya dengan susah payah. Tubuhnya boleh mungil, tapi berat juga kalau orangnya nggak bisa diem.
“Tuuurun… aku masih mau main... pamannn, pulang aja sendiriii...” ronta Yara sambil kakinya goyang-goyang kayak anak TK ditarik pulang dari wahana.
Yasa memicingkan mata sambil ngedumel, “Paman? Ini pamanmu super tampan, Yara. Masa suami sendiri dikira paman...”
Yara tiba-tiba menggembungkan pipinya, lalu berbisik nyaring banget, “Paman, jangan culik aku ya… nanti aku nangis loh...”
Yasa mencelos.
Sampai di parkiran, Yasa membuka pintu mobil sewaannya. Tapi Yara malah lari ke arah mobil orang lain dan menggedor-gedor kaca jendela.
“TOLOOONG! PAMAN ITU MAU BAWA AKU PULANG!!”
Orang di dalam mobil langsung melotot. Seorang pria bule yang lagi ngunyah burger nyaris keselek.
“MISS, ARE YOU OKAY!?”
Yasa panik setengah mati, langsung nyamperin dan membungkam mulut Yara pelan-pelan sambil ketawa maksa ke orang di mobil, “Sorry sorry, she’s my wife. Just… uh, a bit drunk. Hehe...”
Tanpa babibu lagi, Yasa angkat Yara kayak karung beras dan lari kecil ke mobil mereka sendiri. Yara malah masih sempat-sempatnya melambai ke arah pria di mobil lain, “Bye bye orang baik, jangan lupa makan cumi yaaa!”
Yasa naruh Yara di jok mobil dan ngebanting pintu pelan tapi tegas.
“Gila si Yara bikin jantungku hampir copot!"
Bisa berabe urusannya kalau ada yang mencurigainya dan melaporkan pada polisi
*
*
*
To be continued