Nikah Paksa Amrita Blanco
Perkebunan Luhan terkenal sangat indah dengan kebun apelnya yang lebat.
Tanah subur yang menjadi lahan perkebunan itu merupakan milik keluarga Blanco yang berada di area tanah hijau luas.
Sayangnya nasib tanah perkebunan Luhan sekarang ini dalam masa sulit penyebabnya adalah keadaan perekonomian keluarga Blanco sedang bermasalah besar untuk mengelolanya.
Tuan Blanco Frederick sang pemilik perkebunan Luhan pada generasi ketiga sedang mengalami krisis ekonomi sulit sehingga kondisi perkebunan miliknya agak terbengkalai.
Pengelolaan perkebunan Luhan membutuhkan dana besar supaya jalannya perkebunan terus berlanjut.
Perkebunan Luhan sangat luas berhektar-hektar dengan area kebun apel yang subur serta sejumlah ratusan orang pemetik yang bekerja disana dan hal itu membutuhkan dana yang tidak sedikit, seperti menggaji para pemetik buah dari kebun memerlukan dana keuangan besar bahkan untuk transportasi pengiriman buah juga membutuhkan uang agar para pengirim buah cepat sampai ke lokasi pemesanan.
Tidak berhenti disitu, Blanco harus menyediakan makanan buat para pekerjanya serta tunjangan-tunjangan sebagai bonus tambahan bagi mereka, jika tidak maka perkebunannya dapat ditutup permanen oleh negara karena bermasalah dengan tingkat level kelayakan pekerja.
Tuan Blanco Frederick duduk termenung di beranda bungalow miliknya dan seorang wanita berparas cantik duduk bersamanya menghadap ke area perkebunan.
"Minumlah dulu, secangkir teh lemon ini agar tubuhmu hangat, sayang !" ucap wanita cantik itu sembari menyodorkan cangkir keramik motif mawar kepada Blanco yang duduk disampingnya.
Blanco hanya tersenyum tipis seraya menoleh sejenak kepada wanita cantik itu lalu memalingkan mukanya ke arah kebun.
"Aku berpikir mungkinkah ada cara untuk menyelamatkan perkebunan yang telah lama berada di tangan kita sebagai penerus generasi ketiga", ucapnya murung.
"Pasti ada cara untuk menyelamatkan tanah perkebunan Luhan, sayangku", sahut wanita itu kemudian meletakkan secangkir teh di meja marmer.
"Demi Tuhan, Pamela !" ucap Blanco sambil menahan nafas. "Aku tidak mungkin melepaskan lahan perkebunan Luhan namun aku tidak dapat mempertahankan tanah ini tetap bersama kita, sayang", sambungnya.
Tampak roman muka Blanco Frederick berubah murung saat dia harus mengatakan hal pahit tentang tanah perkebunan Luhan yang menjadi miliknya sebagai penerus generasi ketiga karena telah gagal mengelolanya lagi.
Tak terasa sudut matanya berair sedih, saat Blanco harus mengingat masalah berat yang menimpa dirinya sebab dana untuk pengelolaan tanah perkebunan Luhan telah turun berkurang lantaran Blanco ditipu oleh rekan bisnisnya yang memaksanya memakai dana tersebut sebagai dana bisnis saham yang ternyata bisnis saham itu fiktif, tidak nyata.
Blanco terpaksa harus kehilangan uangnya yang terlanjur dia investasikan ke dalam bisnis saham fiktif.
Ketika Blanco Frederick hendak menanyakan tentang hasil keuntungan bisnis saham kepada rekannya yang merupakan sahabat baiknya sendiri ternyata sahabatnya itu telah kabur menghilang tanpa jejak ataupun tidak ada kabar berita lagi sehingga Blanco harus kehilangan sejumlah uang miliaran karena hal itu.
Buruknya lagi, uang itu adalah uang untuk pengelolaan tanah perkebunan Luhan.
Bulan ini, Blanco harus menggunakan uang itu untuk dana pembiayaan pemetikan buah apel karena akan dikirim ke tempat agen pemesanan serta toko-toko buah yang menjadi langganan tanah perkebunan Luhan.
Sialnya, uang tersebut raib dibawa kabur oleh sahabat karibnya yang merupakan partner bisnis saham fiktif yang sudah menipu Blanco Frederick.
Blanco terpaksa menunda pemetikan buah apel dari pohonnya serta memberi janji pada pemesan agar mereka menunggu.
Namun para pemesan tidak dapat bersabar lagi, mereka terus menerus menghubungi Blanco Frederick dan menanyakan tentang pesanan buah apel mereka karena harus di kirim kepada pelanggan mereka.
Blanco terdesak akibat permintaan para pemesan buah agar segera mengirimkan pesanan milik mereka secepatnya sebab para pemesan juga dikejar-kejar oleh pelanggan.
Wajah Blanco semakin murung sedangkan pandangannya jauh tertuju pada tanah perkebunan Luhan yang terbentang luas di hadapannya.
"Bagaimana jika kita menjual tanah perkebunan Luhan kepada pengusaha estate, mungkin saja dia mau membelinya, sayangku", ucap Pamela seraya menyentuh tangan suaminya.
Blanco menghela nafas panjang seraya menoleh ke arah Pamela.
"Siapa pengusaha estate itu, kau mengenalnya darimana, Pamela ?" tanya Blanco dengan sorot mata sendu.
"Ada orang yang memberitahukan padaku, dia salah seorang pemetik buah yang bekerja pada kita, dia menyarankan supaya aku pergi ke ibukota untuk mencari pengusaha estate", sahut Pamela dengan suara lembutnya.
"Tapi kita tidak mengenalnya bahkan alamat pengusaha estate itu tinggal di ibukota, kita berdua tidak tahu dimana dia tinggal, Pamela", kata Blanco.
"Pengusaha estate itu sangat terkenal di ibukota bahkan semua mengenalnya siapa dia, kabarnya hanya dengan bertanya saja tentang dia maka semua orang akan memberitahukan dimana dia tinggal, sayang", sahut Pamela.
"Itu mustahil, kita tidak bisa membiarkan orang lain menipu kita lagi, jangan berharap berlebihan tentang dia, Pamela", kata Blanco lalu memalingkan muka kepada lahan kebun Luhan di bawah bungalow mewahnya.
Pamela menggenggam erat-erat tangan Blanco sembari tersenyum.
"Apa salahnya jika kita mencobanya, bukankah lebih baik mengantisipasi masalah sekarang dengan mencoba sesuatu yang mungkin baik untuk kita semua, Blanco sayang", kata Pamela bersabar.
Blanco tertunduk diam namun dia tidak menolak pendapat istrinya, Pamela untuk mencoba saran baik itu.
Kemungkinan saja, mereka akan mendapatkan solusi dari permasalahan yang sedang mereka hadapi saat ini ketika mereka mendatangi pengusaha estate di ibukota nantinya.
Pamela kembali membujuk Blanco agar suaminya itu mau datang ke ibukota, mencari sang pengusaha estate itu disana.
"Mari kita mencobanya, mungkin saja kita akan menemukan sesuatu yang memudahkan kita untuk mengatasi krisis ekonomi ini, sayangku", ucap Pamela.
"Baiklah, kita akan pergi ke ibukota dan menemui sang pengusaha itu, siapa tahu dia mau membantu kita", sahut Blanco mencoba tersenyum meski terpaksa.
Pamela bernafas lega karena Blanco mau mendengarkan sarannya untuk menemui pengusaha estate di ibukota yang kabarnya sangat terkenal.
"Aku akan mempersiapkan keperluan kita selama perjalanan ke ibukota, dan kuharap kita akan menemukan solusi dari masalah kita ini secepatnya", kata Pamela.
"Semoga saja urusan cepat teratasi...", sahut Blanco yang masih memandang jauh ke arah tanah perkebunan Luhan.
"Semoga saja apa yang kita harapkan segera teratasi dan kita dapat memanen buah dari kebun", ucap Pamela.
"Yah, aku berharap sama denganmu, Pamela", sahut Blanco dengan pandangan murung.
"Kita juga tidak bisa menunggu lama untuk panen sebab buah harus segera dipetik dari pohonnya sebelum buah-buah itu membusuk yang menyebabkan kita gagal panen", lanjut Pamela.
Pamela beranjak berdiri dari tempatnya duduk di beranda bungalow lalu melangkah ke arah pintu masuk.
"Akan sangat disayangkan jika hal itu sampai terjadi pada perkebunan meski dana keuangan tidak ada namun setidaknya kita masih dapat menyelamatkan hasil panen dan tidak membiarkan kerugian semakin luas dampaknya pada kita, sayangku", ucap Pamela sambil tersenyum simpul.
Blanco hanya duduk terdiam sembari termenung tanpa bereaksi terhadap ucapan istrinya, Pamela.
Pamela melangkah masuk ke dalam bungalow yang menjadi tempat tinggalnya sehari-hari selama dia dan Blanco berada di tanah perkebunan Luhan.
"Ayo, sayang ! Cepatlah bersiap-siap ! Kita akan berangkat hari ini !" ucap Pamela dari dalam bungalow.
"Ya, baiklah, sayangku...", sahut Blanco sambil tergesa-gesa bangun dari tempatnya duduk dan berjalan masuk ke bungalow miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe untuk karya keren ini 🥰
2025-04-05
0
kura kura ninja
like plus and subscribe karya sekece ini 🌹
2025-04-24
0
Tamara Black
like plus and subscribe karya film ini deh keren
2025-04-24
0